SALJU TURUN DI BULAN OKTOBER

Meski sudah 6 tahun tinggal di Swedia, tapi yang namanya salju di hari pertama selalu membuat hati gue senang. Buat saya pergantian musim itu selalu punya warna dan cerita. Masalah bosan di musim dingin yang panjang ya itu urusannya nantilah

Belakangan ini iklim bumi semakin tak menentu. Bayangkan sebentar lagi akan memasuki bulan November tapi suhu di tempat gue masih dominan plus. Minus cuma numpang sehari doang.  Di tengah kekhawatiran akan berkurangnya kuantitas curah salju justru di bulan Oktober ini malah sudah turun.

Itulah sebabnya ketika salju turun gue senang banget. Meski saljunya tidak begitu deras dan tebal seperti biasanya.  Salju turun masih dalam hitungan musim gugur sebenarnya. Dan sudah dua kali turun meski tak bertahan lama dan dalam hitungan sehari sudah kembali mencair. Mudahan nanti turun lebih tebal lagi. Rinduuuuuu gue……………………..

Gue bikin videonya di youtube. Jika mau ditonton silahkan ya…

6 Tahun..

Beberapa hari yang lalu entah mengapa saya tiba tiba menonton ulang semua highlights di Instagram story saya. Dan ternyata melihat postingan beberapa waktu silam seolah mengulang memori. Seperti sebuah album. tepatnya album kenangan. Untung saya susun seperti itu sebelumnya. Apalagi kumpulan video dan gambar ketika saya pulang liburan ke tanah air beberapa tahun lalu. Betapa indahnya. Bali memanggil manggil dari pantainya. Kuliner Medan seolah membuat saya lapar terus……..uuuuuuuu rindu sangat!

IMG_9841~photo-full

Semakin ke sini banyak sekali yang berubah dalam diri saya. Setidaknya itulah yang saya rasakan. Perubahan mana tidak perlu terlalu detail saya tulis di sini. Banyak kejadian sedih dalam setahun ini. Membuat saya semakin menghargai waktu. Semakin meningkatkan kualitas bersama suami. Hidup tiada yang pernah tahu.

Kebetulan blog ini baru saja dibayar iuran tahunannya………………jreng jreng! Jadi harus difeedinglah sesekali. Sayang kan buang buang duit kalau ga dipake. Secara saya ga pasang iklan juga di sini.

IMG_9931~photo-full

Saya putuskan untuk menulis sebisa mungkin hal indah yang saya lalui. Biar kelak jika saya semakin menua dan diberi umur panjang, saya bisa mengulang membaca tulisan saya di blog ini. Kalau saya dulu pernah begini, pernah begitu, pernah quality time berdua suami.

Beberapa hari lalu saya berdua suami mengunjungi Tällberg,  desa kecil nan indah dan tenang yang tidak pernah membuat bosan untuk dikunjungi. Selain itu banyak resto fine diningnya. Jadi cocok untuk menghabiskan quality time.

IMG_9985~photo-full

image_6483441

Selama wabah covid belum usai, kami memutuskan untuk tidak liburan. Tapi tetap melakukan quality time ke tempat terdekat. Baik itu sekedar Fika atau makan siang.

IMG_9826~photo-full

Kami berangkat sekitar pukul 1 siang. Cuaca kadang bersahabat kadang tidak. Sebentar hujan sebentar cerah. Tapi saya sangat menikmati. Saya anggap hari itu adalah pengganti liburan.  Kami mengitari beberapa tempat, melihat perkampungan, rumput hijau, sapi yang lagi malas malasan, kuda yang sedang sibuk dengan rumput rumputnya, rumah rumah kayu berwarna merah serta kabin tua. Oh iya…………danaunya juga.

IMG_9980~photo-full

Kami memutuskan fika di sebuah cafe tua. Bangunan vintage khas skandinavia. Nuansa kayunya autentik sekali. Saya memang semakin menggilai cafe dan hotel tua seperti ini. Hari itu entah mengapa rasanya indah sekali. Menyantap cake coklat dan menatap danau bisu di depan mata. Tak lupa barisan kabin kabin yang seolah membawa saya ke masa lampau.

image_6483441-4
Ini comot foto yang lalu saja. Tempatnya sama.

image_6483441-12

Masih ada waktu buat kami untuk sekedar melihat toko toko vintage dan mengitari area resort di Tällberg ini. Hingga waktunya kami memasuki hotel tua bernama Tällbersgården, sebagai tempat untuk menghabiskan malam yang masih terang.

Makan malam yang nikmat yang lagi lagi disuguhi pemandangan indah. Saya jatuh cinta sekali dengan hotel ini. Semua properti di dalamnya autentik. Old style. Meja makan sengaja tidak diberi taplak untuk menampilkan keautentikan kayunya. Ini sudah yang keempat kalinya kami ke sini dan tetap membuat jatuh cinta.

Pemandangan di luar hotel pun sangat indah. Sangat nyaman. Ternyata untuk sesuatu yang elegan tidak melulu harus dengan gemerlap kristal. Ulasan hotel ini sudah pernah saya tulis di sini.

4e254d49-ab25-42c0-baf2-68cfaaff6028

image_6483441-71

Seporsi dessert menjadi pelengkap terangnya malam di Tällberg. Suhu yang agak dingin mengharuskan saya menarik blanket di kursi. Hingga sunset datang menyapa kami. Kami masih menikmatinya. Hari yang indah meski hanya dalam hitungan jam.

796b4ff3-c619-4718-904a-0cd5a6b6af3e-1

Enam tahun dan tetap bersyukur. Jag älskar dig 

Cerita lengkap dalam video bisa dilihat pada akun youtube saya di bawah ini :

Valentine

Halooo Happy Valentine semua…

Salam cintaaaaaaaaaa mak! Hahaha

Gue barusan upload video terbaru di youtube gue. Edisi  ga jelas sebenarnya hahaha. Ditonton yaaaa mak..

Random Cooking and Baking

Hai hai…..!

Rasanya sudah lumayan lama tidak menghempaskan aroma aroma makanan di blog ini. Dan mumpung lagi senggang, mari pamer pamer dikitlah (gede juga ga apa) hasil masak memasak dan baking di dapur. Tentunya tidak saya posting semua. Paling beberapa saja. Yang paling syurrrlah menurut saya. Apa saja?

Ini dia….cekidot!

Ayam Panggang Bumbu Semur

Jadi ceritanya, suami saya sukaaaaaaaaaaaaaaa banget menyantap ayam utuh. Belum dipotong potong. Mungkin lebih menyelerakan buat dia. Meski setelah matang, ya harus dipotong potong juga. Kali ini saya pakai bumbu yang terbersit di kepala. Campur campur saja semua. Hasilnya mirip bumbu semur. Tidak mengecewakanlah.

IMG_2624.jpeg
Aku seksehhh

Hekeng (Ngohiong)

Ahhhh….kesampaian juga bikin ini. Sampai bela belain bawa kulit tahu dari Indonesia. Secara di Mora kaga ada dijual. Hekeng konon kuliner khas Pontianak. Tapi sebenarnya di resto cina lumayan sering ada. Dijadikan pelengkap mie goreng.

45187390965_732df04e6d_o.jpg

1E20132D-A1E2-4516-B4FC-CC856FC7E8CA.jpg

A54BA7AE-B8BA-4D33-A177-56FCC7AF0FB2.jpg
Dan ini enak sekali. Bisa pakai ayam udang atau pork udang

Hekeng dikukus saja sudah enak apalagi digoreng. Nah, sewaktu saya posting di instagram, ehhh malah ada yang direct message. Katanya pengen dan langsung orderYa udalah berarti rejeki saya.

Baking Roti Tawar

Sebenarnya saya lumayan sering bikin roti tawar. Tapi baru kali ini ngebaking roti tawar menggunakan cetakan/loaf tertutup. Dan hasilnya bikin gue terpana. Rapi dan bagus banget. Udalah shayyy…buka toko roti aja nyukkk. Hahahaha.

44948516175_6a8a2e08ec_o.jpg
Senang sekali melihat hasilnya. Mirip di toko roti (saya pede…hihi)
45137061464_a57ab9e184_o (1).jpg
Setiap melihat hasil bakingan selalu sumringah sendiri

45137061324_165c31f5b5_o.jpg

44044997740_592ce4083a_o (1).jpg

Trus pernah kebanyang roti tawar Ganda yang ada di Siantar, bikin lagilah roti tawar yang mirip mirip roti tawar Ganda Siantar. Meski hasilnya ga sempurna mirip, tapi setidaknya untuk teksturnya tidak mengecewakanlah. Super lembut dan kempes gitu kalau ditekan. Pengen saya jadikan bantal sangkin gemesnya. Hahaha.

IMG_3453 (1).jpg
Montok montok
IMG_3455
Pengen saya tiduri aja. Hahaha

IMG_3454 (1).jpg

Setelah Empat Tahun Lebih, Akhirnya Mudik ke Tanah Air

Setelah hampir tiga bulan tak menulis di blog……….ooooo my blog! Aku kangen!

Jadi ceritanya, saya belum lama tiba di Swedia. Tepatnya sekitar minggu lalulah. Setelah mudik ke tanah air hampir dua setengah bulan lamanya. Mudik ke kampung halaman. Dua bulan lebih rasanya tak cukup melepas rindu. Keluarga, teman, kerabat, tempat wisata, kuliner hingga keseharian yang terlihat mata. Semuanya masih jelas tersimpan dalam memori. Kemana pun kaki melangkah, kampung halaman ibarat orang tua. Selalu akan diingat.

IMG_2081

Sejak saya pindah dan menetap di Swedia di tahun 2014 silam, saya sama sekali belum pernah mudik ke tanah air. Ada alasan yang paling kuat yang membuat saya selalu mengulur waktu untuk tidak pulang. Penyakit aerophobia yang semakin meraja membuat saya malas pulang.

31033030958_2ed1e79d65_o
Malini Bali. Baru dibuka di awal tahun 2018. Rekomen

Sampai akhirnya saya mendapat kabar kalau saya harus pulang dikarenakan unit apartemen yang pernah saya beli semasa kerja di Jakarta sudah waktunya signing Akta Jual Beli (AJB). Sebelum saya berangkat ke Swedia, sebenarnya saya sudah membuat surat kuasa secara notaril agar penandatangan AJB bisa diwakili oleh saudara saya. Dikarenakan satu dan hal lainnya, saya berubah pikiran dan memutuskan untuk hadir sendiri dan pulang ke tanah air.

43665671320_299a0b7847_o

Saya berangkat sendirian tanggal 2 September 2018 dengan menggunakan penerbangan Garuda Indonesia. Suami saya menyusul datang di bulan Oktober dikarenakan dia harus bekerja. Sekilas tentang penerbangan saya, jauh jauh hari saya sudah sounding ke suami jika saya ingin terbang bersama penerbangan flat merah ini. Mengapa? karena saya punya alasan sendiri.

31621268908_784a4ffa39_o

45494234131_8c10d3748f_o

Dikarenakan phobia terbang, entah mengapa semacam ada perasaan lebih nyaman naik Garuda dibanding maskapai penerbangan lain. Maskapai penerbangan seperti KLM, Emirates dan Finair pun tak berhasil mencuri hati saya. Ini sebenarnya urusan sugesti saja sih. Saya sangat sadar malah. Tapi buat saya pribadi, selama saya bisa memilih penerbangan mana yang mampu memberi sugesti nyaman kenapa tidak? Wuihhhh, ini penerbangan jauh loh. Untuk level saya yang takut terbang, waktu belasan jam itu bukan main main. Sangat menyiksa dan melelahkan batin.

31621269278_67f6faf3f5_o

45410728882_1aeea2cc7b_o

Predikat World Best Cabin Crew yang disandang Garuda Indonesia selama 5 tahun berturut adalah alasan utama saya memilih penerbangan ini. Bersama Garuda ada semacam sugesti kalau saya punya teman baik selama penerbangan karena bisa bertemu cabin crew yang notabene orang Indonesia. Bisa berbahasa Indonesia dengan mereka. Berasa ada saudara atau teman senegara selama penerbangan. Bisa minta tolong kalau saya memerlukan sesuatu tanpa ada perasaan takut dicuekin (pengalaman dengan maskapai penerbangan dari negara sebelah). 

44923567474_46d7229181_o

Dari Arlanda Stockholm, saya naik KLM yang memang menjalin kerja sama dengan maskapai Garuda Indonesia. Saya harus transit ke bandara Schipol di Amsterdam. Begitu tiba di gate, oaaaalah kok malah cengeng. Masa membaca tulisan Garuda Indonesia di tubuh pesawat aja rasanya pengen nangis. Tubuh pesawat dengan embel embel “Indonesia” itu seolah mewakili tanah yang akan saya datangi.

31609052258_d93d93d486_o

30554185707_a28ecb2610_o

Seolah bilang “hai ajheris, welcome to Indonesia ya”. Berasa tanah air uda di depan mata. Uda ga perlu menempuh lautan benua lagi. Berasa keluarga uda menyambut haru saya. Berasa rumah uda di depan mata. Ya ampun, teryata saya beneran uda kangen tanah air. Dan betapa bangganyalah saya, ketika satu persatu para penumpang yang 90 persen adalah orang asing, silih berganti motoin badan pesawat dan selfie dengan latar tulisan Garuda Indonesia itu. Huuu huuu huuu makin terharu!

44757648084_76981a0fc1_o

31776104148_ca0760ac48_o

Sesampainya di dalam pesawat, saya langsung disambut ramah para pramugari dan alunan musik batak. Duh, makin baper deh. Meski selama penerbangan kadang kadang rasa phobia mulai melanda dikarenakan turbelensi, tapi setidaknya gue merasa aman karena ada orang Indonesia di dalam pesawat. Hahahaha. Kocak ga sih. Atau tepatnya aneh? Tapi sudahlah. Susah untuk dijelasin mak!

44029838065_799f84ed3a_o
Pandawa Beach yang kece

Tiba di bandara Soekarno Hatta, saya dijemput kakak, adek dan ponakan. Rasanya tak percaya melihat wajah mereka secara langsung karena selama ini cuma melalui video call. Cipika cipiki sambil menahan tangis gembira. Welcome to Indonesia! Tanah air cuyyy! Yuhuiiiii.

Cuma sayangnya, baru empat tahun tinggal di Swedia sudah membuat tubuh saya susah berkompromi dengan suhu panas di Jakarta. Puuuanassss mak. Bener bener kepanasan. Sudah pakai Ac masih juga kepanasan. Saya butuh satu bulan baru benar benar bisa beradaptasi dengan suhu. Tak ayal saya sering mandi pukul 1/2 satu malam. Kaga masuk angin!

44769044854_2cb4ec4620_o

Belum lagi urusan perut, hari kedua langsung mencret mencret. Hahaha. Tapi emang begitulah. Pokoknya perut saya lumayan gampang mules. Paling setelah memasuki minggu kedua ketiga, makan minum apa saja sudah mulai kebal.

Selama di tanah air, saya suka kaget dengan klakson mobil yang nyaris tak pernah lagi saya dengar selama tinggal di Swedia. Melihat kerennya pengemudi sepeda motor yang lihai menyelip sana sini. Suami saya suka ternganga kalau melihat yang beginian. Hahaha.

30922415247_de4e5b7d9d_o
Permandian air panas di Sipaholon. Kece dan instagramable sekali. Anggap saja di Iceland/Islandia. Hahaha.

Terus terang tanpa bermaksud melebih lebihkan, saya suka parnoan ketika berada di keramaian. Tapi bukan maunya saya. Perasaan itu datang dengan sendirinya. Meski baru empat tahun tinggal di Swedia, tapi keadaan tenang di desa tempat saya tinggal membuat saya merasa sangat berhati hati dengan kriminalisasi. Ga perlu jauh jauh deh, kartu debet saya belum apa apa ada yang berusaha ngebobol kok. Saya baru tau ketika kartu debet saya diblokir oleh salah satu bank di Swedia karena terlihat ada indikasi penggunaan pin yang salah sampai tiga kali berturut. Untung dana gue terselamatkan. Gila kan.

44252692474_0b4c78cbbf_o
Desa Penglipuran Bali

Selama di tanah air, saya lebih banyak memilih quality time dengan keluarga. Tidak bisa saya penuhi semua ajakan teman untuk bertemu. Paling memilih teman teman yang saya anggap sangat dekat. Buat saya, keluarga adalah yang paling utama. Bahkan untuk menggunakan kamera sekalipun saya batasi. Ya meski sesekali tetap jepret jepret juga. Dikondisikan aja waktunya. Tapi untuk ukuran saya yang suka photograpy, kamera lebih banyak tergantung. Banyakan pakai handphone doang.

31990383828_922eaa69af_o

45872591771_4480fbf227_o
Lake Toba. Saya menyebutnya sebagai Norwegianya Sumatera Utara

Liburan kemaren membuka mata hati saya betapa di umur saya yang sekarang, arti keluarga sangatlah penting. Ada rasa mengharu biru ketika saya harus meninggalkan mereka untuk kembali pulang ke Swedia. Melihat wajah kakak abang saya yang sudah mulai menua, bagaimana mereka melayani saya dengan baik, rasanya ga pengen pulang. Tapi ya memang harus pulang.

Karena rumah kita sendiri adalah tempat dimana hati kita berada. Sekalipun rumah saya berada di wilayah antah brantah mana, ada masa dimana saya kangen dengan rumah. Ketika saya di tanah air, ada perasaan rindu akan kamar tidur, dapur hingga toilet. Ada perasaan rindu akan privacy dimana saya bisa memutuskan sendiri apa yang harus saya kerjakan tanpa ada orang ramai. Ya perasaan gitu gitulah.

44044891900_ce464cd986_o

45136684234_039200dda0_o
Tanah Batak dari Hutaginjang. Danau Toba terlihat secara keseluruhan dari sini

Sehingga tak ayal, sewaktu di Jakarta (ketika suami belum datang ke Indonesia), sesekali saya memilih me time di hotel. Atau setelah suami datang, kami memilih quality time berdua beberapa hari di hotel. Keluarga gue sangat mengerti.

30522669477_58e7cd5b20_o

30522746067_1690587f31_o

Dua bulan setengah rasanya tak cukup untuk hunting semua tempat wisata dan kuliner. Tapi kami cukup tau diri dengan memilih liburan santai. Sesuaikan kemampuan energi badanlah. Bali dan Sumatra Utara adalah pilihan kami. Sekalian pulang ke tanah leluhur keluarga besar dan jiarah ke makam kedua orang tua. Selebihnya nyantai di rumah, makan bersama di luar. Meski selama di tanah air, tak sedikit kuliner yang lumayan mengecewakan. Entah mengapa kok rasanya tak seenak dulu. Atau lidah saya yang sudah berubah? Entahlah.

44948458785_881e79d1b2_o
Danau Toba dari desa Tara Bunga

Apa yang paling saya suka selama liburan di tanah air? Tentunya menyantap buah manggis sampai puas. Menyantap mangga sampai puas. Makan nenas sampai puas. Apalagi? makan salak! Pokoknya buah buah seksi yang kalau di Swedia harus mandi air mata dulu bayarnya dan belum tentu enak.

Trus….trus apalagi? massage!  Dung dung sambil tabur gendang. Muraaaaaah!

Ga keitung deh berapa kali mijet selama dua bulan lebih di tanah air. Norak skala internasional pokoknya.

Uda itu aja? ya kagalah masih ada. Hotelnya! mostly bikin terpana. Paling ga dengan harga yang relatif terjangkau, fasilitasnya relatif bagus dan bersih. Sehingga tak ayal di awal awal kedatangan, saya lumayan suka menginap di hotel dikarenakan kepanasan. Begitupun sewaktu suami baru tiba di tanah air. Nanti akan saya tulis terpisah hotel apa saja yang saya rekomen selama menginap di tanah air.

44565717954_ac761c4904_o
All Seasons Hotel di daerah Thamrin Jakarta. Sekitar 1 jutaan rupiah sudah including breakfast. Lokasi di sekitar Thamrin pula. City view dari kamar juga bagus. Hotel ini juga punya skyloft restaurant di bagian rooftop. City view dari rooftopnya kece terutama di malam hari. ******************************************************************Sedangkan gambar hotel di bawah ini cuma 400 ribu rupiah. Lokasi  dekat bandara Soeta pula. Gile deh pokoknya. 
44548684135_2c188389fb_o (1)
Whiz Prime Hotel ini permalam sekitar 700 ribu rupiah. Lokasi di seberang Mall of Indonesia. Kamarnya nyaman banget dan bagus. Kamar mandi luamyan besar. Gabung dengan gedung apa itu gue lupa. Restoran di bawahnya kozy dan nyaman buat santai sambil makan. Strategis bangetlah pokoknya. 

Menikmati Summer di Summer House

Musim panas tahun ini adalah musim panas yang sepanas panasnya selama gue tinggal di Swedia. Mencapai 33 derajat celcius bahkan lebih. Jarang banget hujan. Dan sekalinya hujan cuma rintik rintik. Itupun cuma sebentar. Alhasil tanaman bunga dan sayuran serta rumput menjadi cepat kering.

Biasanya di musim panas, suami lumayan sering menggilas rumput di halaman sekitar rumah. Tapi tahun ini baru sekali doang. Rumput di sekitar rumah nyaris kehilangan kesegaran. Hijaunya berubah menjadi kuning gersang. Hidup segan mati tak mau. Sudah disiram air hingga beberapa jam tetap tak terlalu berpengaruh. Keringnya benar benar parah. Sampai blueberry di hutan pun nyaris tak terlihat buahnya. Kecil kemungkinan bisa dipetik dalam jumlah yang maksimal. Bahkan beberapa kenalan yang memelihara kuda, sedikit mengeluh karena kekurangan rumput untuk makanan ternak.

29538983788_62fac4fbe4_o.jpg

IMG_4138.jpg

Meskipun begitu, gue lebih memilih musim panas yang seperti ini. Real summer. Bukan musim panas yang harus tetap jaketan karena berasa dingin. Bukan juga summer yang lebih sering hujan, angin kencang dan mendung. Pakai tank top dan shorts kaga bisa. Bah…malas banget.

36FA9770-14D8-468E-9D8B-7C068CE6A01E.jpg
Bunga, pinus dan gubuk. 

Pokoknya musim panas tahun ini sangat gue nikmati. Aktivitas di luar tidak terganggu. Nanam nanam, naik boat dan mancing di danau sebelah rumah, piknik, selonjoran di kursi halaman, sampai makan pun lebih sering di halaman depan rumah. Kulit gosong uda ga gue pikirilah. Sebodo aja. Kapan lagi mak bisa begini. Paling cuma sampai Agustus. September udah mulai dingin. Memble!

DF5AEDEC-BBF2-4EA3-9A62-E317CE4F183A

Berhubung tahun ini kami lebih fokus menikmati musim panas di Swedia, dan kebetulan juga cuacanya cerah, kami putuskan untuk lebih sering mengunjungi summer house yang tidak terlalu jauh dari rumah. Paling cuma 5 menit berkendara. Anggap saja kami lagi liburan dan menginap di cottage.

054C3839-B48B-4D7B-A744-1C5E1BA05F97
Bagian dalam summer house. Vintage dan klasik

Dan lagi lagi baru tahun inilah gue betah berlama lama di summer house. Bisa seharian. Bahkan kami berencana akan menginap. Selama ini terkendala perasaan tak nyaman akan toilet yang berada di luar dan masih sangat tradisional. Trus kamar mandi kaga ada. Kalau mau mandi ya ke danau sekitar.

235C992B-DF20-47E8-9C91-DD24788DB52D
Bunga liar. Not bad kan?

Cuma setelah benar benar dibersihkan oleh suami, ternyata masih bisa ditoleransi. Meski belum nyaman banget. Namanya toilet tua ya. Masih tradisional. Lagian rumah dekat ini, semisal malas banget ya tinggal ke toilet rumah aja. Kalau urusan mandi mah gampang. Gue ga wajib mandi tiap hari kok. Kecuali berasa keringatan banget. Hahaha.

IMG_4015.jpg
And I love this so much

Nah, sudah beberapa kali kami berlama lama di summer house. Gue sengaja bawa makanan dari rumah. Bahkan pernah terbersit ide, gimana kalau kami berdua makan siang cantik di halaman summer house? Sayang kan punya view kece malah dianggurin. Cari suasana bedalah ceritanya.

IMG_4364.jpg

IMG_4367

Dan akhirnya ide itu gue realisasikan. Gue masak pie salmon. Lahaplah makannya. Ternyata makan sambil dipelototin pohon pinus itu beda. Makan sambil dengerin kicau burung itu beda. Table setting bolehlah mirip ala ala restoran tapi nyatanya kami bukan di restoran. Sekeliling kami cuma nature. Justru sensasi beda inilah yang gue suka. Kami makan diantara nature yang masih ramah. Danau kecil, semilir angin, love bangetlah. Tinggal beruang aja yang ga keluar. Hahahaha.

Gue sempat mikir, kemana aja selama ini? kok bisa ga kepikiran berlama lama di sini. Ketagihanlah akhirnya. Datang, selonjoran layaknya di pantai tapi bukan di pantai. Melainkan di hutan! Gue menatap langit biru plus awan awannya. Juga ranting pinus yang saling bertemu. Tidur ahhhhh. Zzzzzzzzzzzz.

IMG_4027
Gue……..di keheningan

Pernah suatu waktu turun hujan. Tapi cuma rintik rintik dan itupun tidak lama. Gue sengaja ga masuk ke dalam. Gue cuma duduk bengong di teras sambil menatap ke arah danau. Mencium bau tanah yang terkena air hujan. Ihhhh suka!

42660351492_1e484dce0c_o

Belum lagi kalau melihat suami mendayung canoe. Rasanya heaven banget hanya dia seorang di tengah air itu. Hening. Sesekali cuma terdengar percik air ketika dayung canoe menyentuh air. Duhhh, beneran jauh dari hingar bingar.

IMG_3991

IMG_4003
Reflection

Summer house ini merupakan peninggalan keluarga suami. Dibangun oleh kakeknya pada tahun 1931. Sudah berumur 87 tahun. Bangunannya rustic dan fotogenik. Sehingga tak ayal kamera gue tak lelah menciduk.

Bagi yang suka nuansa vintage, kemungkinan besar suka suasana di dalamnya. Teman kerja gue pernah berkunjung ke sini. Langsung jatuh hati dia. Dia bilang cukup duduk bengong, minum kopi, udah puas dia.

E3227695-C617-4470-BBF6-F37722EB599E.jpg

1EBE3048-3FBB-4E7A-9912-DE1BFAAB50B5

Selain itu, summer house ini punya guest house kecil. Seperti rumah rumahan. Gue menyebutnya rumah liliput. Tapi begitu dibuka ya lumayan mampu menampung orang. Ada perapiannya pula. Hahaha. Niat bangetlah pokoknya si mendiang kakek bangun ini. Bentuk cerobong asapnya aja dari batu batu gitu. Beneran kayak rumah kartun.

27D7A2B1-6B1A-4A76-841E-2CE446A8D069
Gue menyebutnya rumah liliput. Meski terlihat mungil, tapi dalamnya ada tempat lesehan dan perapian loh. Lihat cerobong asapnya, bentuk batunya jaman dulu banget kan. Gemessss.

Dan tahun ini, kami sudah mantap akan menyewakan summer house ini ke publik. Karena tidak setiap saat juga kami berkunjung ke sini. Sayang juga dibiarkan kosong. Kami sudah pasang infonya di blocket.se. Nothing to loselah.

Dan sejauh ini sudah ada beberapa orang yang ngebooking untuk 5 hari dan dua hari di bulan Agustus. Kebetulan ada pertandingan olahraga sepeda di kota terdekat. Semoga rejeki ya. Kalau tidak ada halangan, lusa rencananya kami akan ke summer house lagi. Gue sukaaaaaaa!

B711FE69-2C65-4C30-B267-96E6A60D9D13.jpg

1C8350E3-473A-4B23-8714-E337B9D799FF.jpg

Berkunjung ke summer house menjadi alternatif menghabiskan liburan musim panas di Swedia. Selain itu, rumah musim panas ibarat tempat meditasi bagi para pemilik dan pengunjungnya, karena sebagian besar dibangun di area yang privat. Dekat dengan alam, tidak terlalu ramai (menjurus sepi), bahkan menyendiri di tengah hutan. Sebelumnya, gue sudah pernah menulis uraian lengkap tentang summer house di Swedia berikut foto fotonya yang lucu. Bisa baca di sini

Seberapa Romantis Suamimu?

Sebenarnya bikin judul di atas agak geli sih. Hahaha.

Iya nih, suami gue itu beneran romantis. Jalan empat tahun usia pernikahan kami, sejauh ini sikap dan sifatnya tidak berubah. Mudah mudahan selamanya ya. Amin!

Gue wanita aquarius yang tidak seromantis suami. Sampai sampai kejutan yang dibikin suami pun suka gue tanggapi biasa. Ga ngerti deh ada apa dengan gue. Kadang suka merasa bersalah. Tapi jauh di lubuk hati selalu gue bawa nama suami di setiap doa doa gue.

Kemaren ketika orang sibuk ngeposting tentang Valentine, gue malah sibuk seharian di rumah ngerjai tugas sekolah. Suami pulang dengan sebuket mawar cantik di tangan pun gue anggap biasa aja karena setiap minggu emang dia suka bawain bunga kalau pulang kerja. Trus dia ngasih bungkusan kecil gitu dan meminta gue untuk membukanya. Isinya? pernak pernik love love gitu mak. Hahaha.

IMG_6251.jpg

Pengen banget bilang kalau sebenarnya gue ga begitu doyan dibeliin pernak pernik love. Cuma gue ga tega membayangkan wajah dia yang ceria itu. Beneran ga tega. Tapi tulisan di lovenya emang bagus dan menyentuh gue sih. Kira kira artinya “Setiap hati memang tidak pernah bersatu tapi justru hati itulah yang mempersatukan kami” Eaaaaaaa!

“Kamu mau dirayain kapan motong kuenya? sekarang apa besok?” tanya suami yang gue jawab dengan entengnya “emang beli cake? Mana cakenya? gue tanya nyablak aja karena gue tidak melihat suami bawa cake ke rumah.

IMG_6237

Sontak suami gue kayak gugup gitu. Ternyata cake diumpetin di mobil dan sepertinya mau dia simpan di kamar gudang atas. Ceritanya mau bikin surpriselah. Segitunya coba. Kayak gue anak kecil aja dibikinin kejutan gitu. Duh pokoknya dia doyan bangetlah bikin skenario beginian.

Gue juga bingung kenapa dia musti gugup ya sewaktu gue tanya tentang cake itu. Atau mungkin dia tidak berencana untuk bertanya kapan gue mau motong cakenya? Tapi yang ada malah kebablasan nanyain gue dan akhirnya gugup sendiri? Hahaha.

Akhirnya dia ketawa. Gue nanya kenapa harus kasih bingkisan lagi karena sejujurnya gue sudah dibeliin kado sebelumnya. Waktu itu suami bilang alangkah lebih baik jika gue ke sekolah memakai ransel dan  bukan tas biasa. Gue pikir pun ada benernya.

IMG_6238

Cuma sewaktu beli, gue bilang aja kalau ransel yang kami beli ga perlu dibungkus kado segala karena gue mau langsung pake ke sekolah. Awalnya dia ga begitu setuju. Duh beneran deh. Suami gue paling suka ada acara buka kado pas di hari ulang tahun. Itulah sebabnya sekalipun belinya bareng dan sama sama tau, pengennya dia tetap dibungkus. Entalah mak. Ngapai juga ya kan.

Nah akhirnya pas tiba hari ulang tahun gue, menurut pengakuan dia kok ya kurang afdol aja ga ada acara buka kado. Maka dia belilah pernak pernik love dengan tulisan romantisnya itu. Coba pemirsah. Perjuangan banget ya suami gue. Tapi terharu sih. Jadi bikin gue nangis juga. Kok gue ga bisa bikin sampai segitunya di ulang tahun suami. Paling cuma gue beli cake dan kado. Tapi ga pakai skenario kejutan kejutan kayak dialah.

IMG_6227.jpg

Setelah itu gue pikir uda selesai dong ya. Eh…..paginya pas dia berangkat kerja suami ngebangunin gue. Beneran gue masih teler. Dan di tangannya ada kotak lumayan besar. Kali itu beneran gue kaget. Apalagi ini? Pas gue buka ternyata sebuah candle holder. Oimak! Kocak banget. Napa ga sekalian aja sih semalam? Tapi ya begitulah dia.

Mengutip ucapan suami yang bilang apa yang dia kasih hanyalah kado kecil, trus gue balik nanya dong. Kado besarnya apa? Hahaha.

Begitu suami berangkat kerja, gue ga bisa tidur lagi. Gue cuma pengen duduk dan melipat tangan gue. Berdoa.

Semoga suami diberi umur panjang juga, kesehatan, dan gue pun mensyukuri umur yang bertambah ini. Akhirnya jadi menangis haru. Huhuhu.

Gue uda 45 tahun sekarang! yaiiiiii

IMG_6235.jpg

Punya Hobby Baru. Mancing Ikan!

Ada yang suka mancing ga? Mancing ikan ya, bukan mancing emosi. Hahaha.

Dulu nih, kalau melihat abang gue mancing ampe seharian, suka bingung. Apa enaknya sih? Begitupun kalau melihat orang orang di sekitar tempat tinggal gue sekarang, rata rata doyan banget mancing. Ga cuma di musim panas doang loh, musim dingin pun hayo aja mereka. Di atas danau membeku, sambil bikin perapian. Dapat atau tidak dapat ikan sih nomor sekian. Yang penting sensasinya. Surgaaaaaaa kata mereka!

IMG_3001.jpg

Terkhusus di saat musim panas, kuantitas kegiatan memancing memang lumayan sering. Sehingga tak ayal, jika rata rata warga di desa gue punya boat kecil. Ga hanya di desa gue sih, yang gue tau……warga Dalarna maupun Swedia yang tinggal di sekitar country side, terutama yang tempat tinggal atau summer housenya dekat dengan danau atau sungai gitu, biasanya punya boat kecil untuk memancing.

IMG_3127.jpg

Awal awal gue tiba di Swedia, gue moh kalau diajak suami mancing. Apalagi gue kaga bisa berenang. Mana boatnya kecil kan. Dalam bayangan gue, kalau terbalik gimana? Kelelep dimakan buaya. Hahahaha.

Waktu itu masih suka ngebayangin film horor. Monster airlah, buayalah. Sampai diketawain suami. Habis air danaunya tenang banget. Biasanya buaya suka di air kayak gini kan? Atau di rawa rawa gitu. Tapi ini bukan rawa sih. Emang danau kecil.

IMG_2996.jpg
Reflection. Airnya jenir menembus jantung. Haha

Nah, tahun lalu entah kesentrum apa nih, pas suami ngajak mancing, gue malah iyain. Gue masih ingat, menjelang sore waktu itu. Singkat cerita, memancing perdana itu benar benar membuat gue terpesona. Ternyata danau di sebelah rumah yang sehari harinya cuma gue lihat melalui jendela dapur dan halaman, kalau dilihat langsung dari atas danau jauh lebih cantik.

IMG_2992.jpg

Dan itu beneran damai banget. Bisa bayangin kan, naik perahu kecil dan cuma berdua pulak. Sepi hening. Yang terdengar suara mesin boat doang. Rasanya danau yang tadinya kecil tiba tiba berubah jadi besar aja. Merasa boat yang kami tumpangi kerdil banget. Apalagi pas ngelewati barisan pinus di kiri kanan danau. Begh, makin berasa quite. Menjurus magis.IMG_3010.jpg

Pulau pulau kecil yang terdapat di tengah danau juga bikin gemes. Pengen bangun rumah rumahan di atasnya. Hahaha. Pantas aja suami dan warga suka mancing di sekitar danau. Ternyata memang cakep dan nature banget.

Akhirnya sejak itu gue jadi ketagihan. Parno gue lumayan menghilang. Paling gue pakai lifewest. Memang sih agak rempong. Tapi ga masalah deh. Penting mancing!

IMG_3008.jpg
Aborre

Mancing ikan ternyata beneran bikin betah. Waktu ga berasa. Apalagi kalau beneran dapat ikan. Oemji, senanggggggggggggggnya luar biasa. Kayak dapat lotre. Jenis ikan yang paling banyak di dapat warga biasanya ikan Aborre (European Perch), atau ada juga Laxöring atau sejenis Salmon danau. Tapi Laxöring di danau dekat rumah ukurannya tidak terlalu besar dan cenderung kecil. Belum pernah berhasil kami dapat. Kebanyakan Aborre. Konon salmon jenis ini katanya lebih mahal. Karena dapatinnya lumayan susah.

IMG_3007.jpg
Aborre

Namanya juga ikan liar ya, permukaan kulitnya kenceng banget alias ga benyek. Sisiknya juga keras. Biasanya cukup ditumis pakai butter. Kepala dan ekornya dibuang.  Rasanya manis dan fresh banget.  Bahkan gue pernah goreng loh. Gue sambel. Hahaha.

IMG_3002.jpg
Lucu ya tempat peralatan pancingnya

Aborre ada yang berukuran kecil tapi ada juga yang berukuran superrr besar. Katanya bisa sampai berkilo kilo beratnya. Gue pernah nyaris dapat Aborre seberat 3 kilogram. Narik kailnya susah banget. Berasa berat. Akhirnya lepasssss dong. Sempat ngeliat kepalanya sih. Lumayan gede. Yang ada gue malah ngejerit ketakutan. *dasar pemancing amatiran.

IMG_2991.jpg
View dari boat. Adem.

Tapi begitu tau ikan lepas, gue kepikiran terus. Rasanya penasaran banget pengen lihat sebesar apa. Sampai sampai ga mau pulang, pengen mancing terus supaya dapat ikan gede. Uda kayak main judi aja. Ketagihan.

Konon, agar ikan lebih mudah didapat, idealnya mancing menjelang malam. Mulai pukul 5 sorelah. Semakin malam semakin bagus. Namanya aja sih malam, tapi kalau summer kan tetap terang. Pukul 9 malam juga masih terang. Bahkan kalau cuaca cerah, pukul 10 malam pun ada aja boat warga yang hilir mudik di atas danau.

IMG_3003.jpg
View dari boat

Selain itu, mancing ikannya lebih fokus di bagian danau yang tidak terlalu luas atau lebar. Artinya pertemuan daratan di bagian kiri dan kanan danau lebih berdekatan. Nah, ikan juga lebih suka di tempat seperti ini. Ada benernya juga sih. Gue uda melihat sendiri. Gue lumayan sering dapat  ikan meskipun kebanyakan lepas. Mungkin karena narik kailnya terlalu cepat atau terlalu lambat kurang ngerti juga. Menurut suami sih, mata kailnya kekecilan.

IMG_3004.jpg
View dari boat

Yang ngeselin, kalau tiba tiba kail bergoyang dan berasa sangat berat, dikira dapat ikan. Ehhhh, pas ditarik, kailnya ternyata cuma nangkap rumput air. Huuuuhuhu.

Enaknya memancing di atas danau itu ga ngebosenin. Selain karena boatnya berjalan terus, sekalian bisa ngelihat view di sekitar juga. Kabin kabin kecil menyendiri di tengah hutan, gereja tua yang mungil, ihhh mirip cerita fiksi. Atau sesekali berpapasan dengan boat lain. Seru aja sih.

IMG_3126.jpg

IMG_2998.jpg
Ketemu boat lain

Memancing ikan di Swedia ga bisa sembarangan. Artinya kalau nemu danau ga bisa main mancing gitu aja. Harus lapor ke komunitas setempat. Bayar!

Kalau seperti kami misalnya, cukup membayar 50 Sek pertahun. Biaya yang tergolong murah ini hanya berlaku untuk anggota komunitas pemilik lahan hutan di sekitar aliran danau. Jadi semua anggota bisa melewati danau yang mencakup region komunitas tadi. Bagi yang tidak memiliki lahan hutan dan bukan bagian dari anggota komunitas pemilik lahan, selama mereka warga desa setempat, biaya juga tetap sama sebesar 50 Sek.

IMG_3129.jpg
Kabin di tengah hutan pinggir danau
IMG_3011.jpg
Adem 

Sedangkan warga di luar region atau turis asing, biayanya jauh lebih mahal. Sekitar 350 Sek pertahun, tapi bisa juga dibayar perhari atau per minggu.

IMG_3130

https://www.instagram.com/p/BY52P7hge2_UTBBznYpgmWII93mXtAgjj_Br0o0/?taken-by=my_name_helena

https://www.instagram.com/p/BY52P7hge2_UTBBznYpgmWII93mXtAgjj_Br0o0/?taken-by=my_name_helena

Suatu Sore di Sebuah Farm Place

Cuma mau sharing jepretan. Tidak ada cerita yang istimewa. Biar Blog juga ke isi terus vitaminnya.

Kemaren sore, gue melancarkan aksi foto foto di sebuah Farm Place yang sudah berumur ratusan tahun. Farm place ini dulunya ditempati sembilan orang bersaudara, dan saat ini semuanya sudah meninggal. Dengan kata lain, sudah tidak ada penghuninya.

Farm Place terdiri dari beberapa bangunan rumah, gudang, kandang sapi dan kuda, hingga rumah kecil yang digunakan sebagai tempat membuat roti. Rumah yang pertama sekali dibangun diperkirakan sudah berumur 200 tahun. Sedangkan rumah yang lain, ada yang direnovasi di tahun 1960 an.

IMG_2071 (1).JPG
Farm Place dengan bangunan melingkar.
IMG_1992
Salah satu bangunan di Farm Place. Dulu digunakan sebagai tempat membuat roti
IMG_2079.JPG
Bangunan rumah yang pertama. Diperkirakan sudah 200 tahun umurnya

Sumpah gue agak merinding masuk ke dalam. Conjuring banget. Apalagi bangunan rumah yang sudah berumur 200 tahun itu. Suram banget. Lantainya sudah mulai rusak. Banyak kardus bertumpuk. Banyak barang antik di dalamnya. Segala peralatan ratusan tahun silam masih ada. Cuma karena lama tak dihuni, cenderung kotor dan berantakan.

IMG_2074
Bangunan rumah yang lain, sudah direnovasi sekitar tahun 1960 an
IMG_1989.JPG
Salah satu gudang

Seperti yang sudah gue singgung di atas, generasi farm place ini berakhir di tangan sembilan orang bersaudara. Dari ke sembilan bersaudara ini, hanya satu orang yang menikah. Itupun di usia 50 tahun. Yang terakhir meninggal di usia 90 tahun, tepatnya akhir tahun 2016 lalu. Tak ada anak dan cucu sebagai ahli waris. Hanya meninggalkan lahan farm place dan hutan.

IMG_1749
Kuda milik warga tak jauh dari Farm Place

Memang agak sedih ya kalau dipikir. Tapi namanya juga pilihan hidup dan takdir. Toh selama mereka hidup, hepi hepi aja kata suami. Mereka akur dan saling bahu membahu. Keluarga petani yang berhasil di masanya.

IMG_2060
Aliran air di sekitar Farm Place

Itu hanyalah sekilas cerita. Intinya, sore itu gue sangat tertarik melihat sekitar farm place yang bernuansa Rustic. Ditambah lagi, bunga bunga liar juga mulai bermunculan.

Sekalipun bangunan di farm place terlihat kusam, tapi fotogenik banget buat latar foto foto.

Pintu dan jendelanya benar benar vintage. Di saat suami lagi repot dengan kerabat lain memeriksa gudang, gue sibuklah nyalurin hobby. Jepret sana sini. Rencananya kalau punya waktu senggang, mau minta tolong suami motoin portrait diri ahhhh😎

IMG_2062.JPG
Bunga liar pun terlihat cantik

IMG_2063

IMG_1993
Jepretan dalam perjalanan pulang

Tambah Usia Tambah Tua!

Pukul 12.35 waktu Swedia…..

Hari ini, tidak seperti biasa, gue bangun relatif cepat. Biasanya, pukul 10 pagi pun masih berkutet di tempat tidur. Sudah beberapa hari cuaca sangat cerah di tempat gue. Sinar mentari beradu dengan putih salju yang masih setia menyelimuti tanah.

FullSizeRender (36).jpg
Pagi yang foggy
1.jpg
Mentari pagi yang cerah

Berhubung gue bangunnya cepat, sekitar pukul setengah delapan pagi (itu cepat ga sih?…..hahahaha), suasana di luar masih terlihat foggy. Tidak lama berselangmatahari langsung memperlihatkan sinarnya.  Gue beres beres, obok obok dapur, siapin bumbu, dan taraaaaa….ayam goreng lengkuas pun siap disantap! Entah mengapa, gue lagi pengen banget makan ayam goreng kesukaan ini.

FullSizeRender (32).jpg
Ayam goreng kesukaan. Enak kakakkkk!

Lanjut buka sosmed, membaca ucapan/doa dari teman, keluarga di Path, Instagram dan whatsapp. Semoga kebaikan mereka dibalas oleh Tuhan.

Gue sudah berniat, sebisa mungkin setiap tahunnya, akan menulis beberapa rangkaian kalimat di blog, terkait hari spesial. Tujuannya cuma satu, biar di saat gue tua kelak, blog ini menjadi memory. Ada yang gue ingat. Apa saja kegiatan yang gue lakukan di hari lahir gue.

Kemaren, sepulang kerja, suami membawa dua bouquet bunga. Kata dia, satu untuk Valentine dan satunya lagi untuk merayakan hari lahir gue. Padahal satu aja harusnya cukup ya. Wong cuma beda sehari. Tapi ya sudahlah. Kalau dia berniat dan tulus, harus dihargai. Kebetulan gue memang suka banget bunga. Suami juga tau itu.

Gue sempat berpikir, kok gue bisa beda ya dengan suami. Gue ga gitu pinter kasih kejutan. Beda banget dengan dia. Hobby banget kasih kejutan. Banyak yang bilang, pria bule itu romantis. Tapi tidak sedikit juga yang bilang, kalau pria bule itu dingin. Gue ga tau sih. Secara pengalaman menjalin hubungan dengan pria bule ya cuma dengan suami. Dan kebetulan, dia memang romantis. Terlalu romantis malah.

FullSizeRender (39).jpg
Lop lop lop!

Sedangkan gue? kadang memberi reaksi yang maksimal saja pun atas surprise yang diberi suami suka lupa. Cuma reaksi standard dan say thank you. Tapi sebenarnya gitu aja pun uda cukup kan? gue juga ga tau harus gimana. Hahahha. Bukan berarti gue tidak senang ya dikasih kejutan. Cuma ya itu tadi, mungkin karena gue tidak seromantis suami. Jadi tidak terlalu ekspresif.

Padahal kalau dibawa ke tempat romantis gue suka banget. Giliran menciptakan suasana romantis, gue malah susah. Jaranglah punya ide romantis. Kalau suami gue, beghh…hobby banget dia yang gitu gitu. Tapi tetap sih, bahagia pasti. Punya suami yang perhatian siapa sih yang ga senang. Dan itu patut disyukuri. Dan semoga saja selamanya begitu dan tidak berubah 🙂

FullSizeRender (38).jpg

Semakin bertambah umur, semakin berasa tua uda pasti…hahahha. Tapi hari ini, sambil menunggu suami pulang ngantor, I dont know what to do. Nulis di blog menjadi pilihan yang tepat. Tulisan ini mungkin sedikit tidak terarah. Harap dimaklumi. Cuma sekedar menuangkan kalimat di saat usia menapak senja.

FullSizeRender (32).jpg
Hari ini, gue sibuk deh motoin mawar ini. Gue suka soalnya. Mana dapat natural light yang bagus hari ini. Langsung penyakit motretnya bergelora akut 🙂

Flashback ke masa lalu dan masa sekarang. Melewati perkawinan berdua suami di desa kecil. Gue menikmati semuanya. Dan gue merasa diberkati. Sampai sampai berpikir, Ohhh God, siapa sih aku ini? Kok baik banget ke gue 🙂

FullSizeRender (33).jpg
Princes cake. Tar nunggu uncle onti kita potong ya

fullsizerender-36

Tidak ada acara yang luar biasa. Paling paman dan onti akan datang ke rumah kami. Rencanamya kami akan makan Princes Cake bersama sama sambil Fika. Dan yang terpenting, gue sudah kenyang menyantap hidangan ulang tahun yang terlezat hari ini. Si Ayam Goreng Lengkuas tadi.

FullSizeRender (36).jpg

Mora, 15 Pebruary 2017

Grattis På Födelsedagen….ajheris!

fullsizerender-32

Ketika “Berkebun” Menjadi Hobby Baru

Sewaktu masih di tanah air, gue tidak terlalu interest dengan segala hal yang berbau tanaman. Masih ingat banget, ketika mendiang bokap pensiun, dia punya hobby baru,  Menanam Bunga!

Akibat hobby barunya itu, seketika halaman rumah yang tadinya kosong, dari hari ke hari menjadi penuh dengan berbagai jenis tanaman bunga. Sampai ada yang mengira, kalau kami berjualan bunga.

Dan setiap hari, bokap suka berbasa basi, dan cenderung memaksa agar kami anak anaknya menyukai hobby barunya itu. Apalagi bunga yang ditanam bokap, mostly tak ada bunganya, cuma daun doang. Semakin sempurnalah membuat gue untuk tidak tertarik.

Bokap sebenarnya tau kalau kami anak anaknya kurang begitu tertarik dengan hobby barunya, tapi beliau suka banget nanya, “Gimana tanamannya, bagus ga” atau “Lihat, bunga bakungnya udah mulai berbunga” Yang gitu gitulah.

Dan kalau sudah begitu, biasanya gue suka membalas dengan berpura pura “woww”. Biar bokap ga kecewa kecewa amat. Hahaha…..pak, maafkan anakmu ini 🤦‍♀️

FullSizeRender (19).jpg
Menanam bunga

Sampai akhirnya tanpa pernah gue bayangkan, kecintaan bokap terhadap tanaman, pun akhirnya mengalir ke diri gue. Tepatnya setelah gue tinggal di Swedia. Berawal dari berbagai jenis bunga di sekitar gue, yang aduhai banget warna dan bentuknya. Khususnya ketika musim panas dan semi tiba. Bahkan di saat winter sekalipun, lumayan banyak jenis bunga yang dijual (khusus bunga di dalam ruangan).

Tidak butuh waktu lama buat gue, untuk bisa langsung falling in love dengan tanaman bunga ini. Sampai akhirnya, gue memiliki hobby baru yang tidak hanya sebatas tanaman florist lagi, melainkan merembet ke tanaman pangan.

Sudah menjadi kebiasaan sebagian besar warga di desa gue, ketika musim panas tiba, kegiatan berkebun menjadi sesuatu yang wajib dilakukan. Entah itu bunga atau tanaman pangan.

IMG_1679.JPG
Panen

Selain bisa menikmati hasilnya, juga bisa menjadi terapi jiwa. Menghibur banget. Mengisi waktu dengan bercocok tanam memberi kepuasan tersendiri. Sadar atau tidak, kepala beserta isinya berasa ringan banget. Tidak sempat stress. Apalagi di musim panas, rasanya rugi kalau harus ngumpet di dalam rumah. Jadi selain liburan dan duduk santai di halaman, biasanya summer diisi dengan kegiatan ngubek ngubek tanaman di kebun. Gile…summer mak! matahari lagi ramah ramahnya. Jangankan berkebun, dapur pun kalau bisa gue pindahin ke halaman….Hahaha.

IMG_1693.JPG
Salad dan Dill

fullsizerender-19
Seledri

Untuk tanaman pangan, biasanya yang sering gue tanam adalah tomat dan mentimun. Yang gampang numbuhlah. Atau beberapa tanaman yang memang agak susah gue temukan di supermarket, seperti daun seledri (baca seledri versi Indonesia), karena kebanyakan seledri yang dijual di supermarket, pelit daun alias batangnya doang.

Kalaupun ada, lebih sering di toko asia (baca: toko asia itu rempong banget mahalnya). Jadi mending gue tanam deh, dan hasilnya lumayan, bisa nyetok. Apalagi nanam seledri ga pake ribet. Beli bibit, pindahin ke pot besar, siram sesekali, cahaya matahari juga ga perlu harus kenyang kenyang banget, udah deh pasti numbuh.

Selain itu, gue juga nanam cabe keriting. OMG…….! tahun lalu gue niat banget menanam sampai 50 pot. Dan berujung gagal pemirsah. Warnanya hijau molo. Padahal sudah hampir 5 bulan lebih (terhitung sejak mulai dipindahkan ke pot besar).  Sepertinya sinar surya yang tidak terlalu cukup menjadi penyebab utamanya*Sigh.

Meskipun tidak sesukses yang gue inginkan, setidaknya gue senang punya pengalaman menanam cabe. Cabe keriting pula, yang biasanya tumbuh di tanah asia, harus fight dengan tanah bulek yang nano nano suhunya🤣

fullsizerender-23

Apalagi gue cuma mengandalkan biji cabe yang sengaja gue keringkan, bukan bibit unggul. Dua tahun lalu, gue gagal menanam cabe. Bijinya tidak bertunas. Dan baru summer tahun lalu berhasil. Karena sebelum disemai, terlebih dahulu gue rendam dengan air hangat. Gue biarin semalaman. Senang luar biasa waktu itu. Rumah udah penuh dengan pot cabe deh. Bayangin aja 50 pot. Karena sebelum dipindahkan ke green house, proses pembibitan, dibikin di rumah. Karena di luar masih dingin.

fullsizerender-19
Cabe keriting yang gagal merah

Lumayan pe-er sih nanam si cabe kitting ini, maksudnya jadi kepikiran. Bukan sedekar hobby lagi. Uda pake hasrat menggebu dan ngotot harus berhasil. Secara cabe keriting kaga ada di Swedia. Dan cuma cabe ini  yang cocok di lidah dan perut gue. Sempat minta dikirimin beberapa kali dari Indonesia. Tapi lumayan juga ongkirnya. Belum lagi kalau dibumbui sinetron ditolak alias gagal lolos.

Akibatnya tahun ini gue sedikit galau. Nanam lagi apa ga? Soalnya suami gue bilang, kenapa gue ga coba nanam lagi, tapi sedikit saja. Dan pembibitannya dibuat lebih cepat. Jadi pas dipindahin ke green house, si cabe cabe ini uda sempurna tingginya dan juga pas matahari lagi bagus bagusnya. But we will see lah mak. Kalau gagal, lelah hayati kan 😓

img_1706
Tomat yang tidak kesampaian merah karena keburu autumn

IMG_1768.JPG
Akhirnya cabe hijau dicampur tomat hijau, hasilnya sama dengan Sambal Ijo…hahahha

Tapi gue tetap aja kurang yakin, secara tomat yang gue tanam pun, hingga dipenghujung summer masih banyak yang berwarna hijau. Kalaupun ada yang merah, ya secukupnya aja. Demikian juga dengan tanaman tetangga gue yang lain. Sepertinya bercocok tanam di desa gue itu hanyalah untuk kesenangan semata. Jangan berharap terlalu banyak. Sebab dikala summer sekalipun, mataharinya ga seperti di negeri tropis. Sekalipun suhu lagi hangat hangatnya, paling berapa lama sih. Dua tiga bulan juga uda hebat. Tanaman lagi hot hotnya pengen unjuk gigi, tiba tiba udah letoi lagi keburu musim gugur datang.

fullsizerender-21

fullsizerender-24

Tapi apapun itu, berkebun di saat summer memberi kepuasan tersendiri. Ada perasaan gembira luar biasa, setiap melihat pertumbuhan tanaman mulai dari awal sampai akhir. Dari sebutir biji, bertunas, membesar, hingga tumbuh tinggi sempurna. Dan itu amazing sekali. Lalu berbunga, berganti menjadi buah, membesar dan berubah warna. Warna merah. Yayyy!💃💃

fullsizerender-22  fullsizerender-19

Kadang suka dikagetin juga dengan pertumbuhan mereka yang sepertinya terlewatkan mata. Misalnya seperti buah mentimun. Berhubung warna daun dan buahnya sama sama hijau, jadi ketika berbuah suka ga kelihatan. Tiba terlihat, ternyata uda gede banget. Kalau sudah begini, suka terWowww. Takjub!

FullSizeRender (19).jpg
Timun!

Selain itu, setiap bangun pagi, rasanya seperti ada yang pengen dilihat. Ahh…ke green house aahh. Atau kalau pergi weekend or liburan, setibanya di rumah pasti yang dilihat pertama ya tanaman tanaman ini. Termasuk juga bunga bunga di halaman. Buat gue sih vitamin jiwa raga ya. Apalagi kalau bisa dikonsumsi. Bonus tra.. la…la.

fullsizerender-19
Strawberry, manissss banget meskipun tidak terlalu besar

IMG_1704.JPG
Hasil menanam strawberry. Segar!

img_1659
Tomat hijau dijadikan Pickled

Sebenarnya tinggal beli juga boleh. Tapi ya itu tadi, senang aja nanam nanam sendiri. Dan sekarang baru gue mengerti, kenapa mendiang bokap sangat menggilai hobby bercocok tanam ini. Sampai suka telat makan, seharian ngubekin tanaman.

Tetangga gue, bercocok tanam tujuan utamanya supaya halaman terlihat lebih eko. Begitu dipanen, buah tomat bukannya dimakan, dimasukin keranjang kecil, trus dijadikan hiasan. Kalau dilihat cantik kata dia..😂

img_1603
Tanaman kentang

IMG_1687.JPG
Panen kentang

Di Swedia, kegiatan berkebun memang lumayan digemari. Bahkan di kota Stockholm atau beberapa kota lainnya, pemerintah menyediakan lahan yang disebut Kolonilott, yang bisa digunakan warga untuk bercocok tanaman apa saja. Jadi warga kota yang kebanyakan tinggal di apartemen, bisa melakukan kegiatan berkebun di saat summer. Konon lahan yang disediakan pemerintah ini bisa dibilang nyaris gratis digunakan, mengingat harga sewanya yang sangat sangat murah.

img_1700
Kentang Ekologis/organik

img_1686
Kentang Almond. Jenis kentang dengan rasa yang lezat. Berbeda dengan kentang biasa. Harganya juga lebih mahal jika dijual di supermarket.

So, bagaimana dengan kalian? suka berkebun tidak? atau ada niat nanam nanam apa aja gitu? kalau kalian punya lahan di halaman rumah, ga ada salahnya mencoba hobby ini. Bisa bunga atau apa ajalah. Beneran kok, tanpa disadari, kegiatan ini lumayan menghibur. Cobain di saat weekend juga oke. See you in my next story.

fullsizerender-23
Tomat yang gagal sempurna warnanya

Salam dari Mora,

Dalarna, Swedia. 

Semua foto di dalam tulisan ini adalah dokumentasi pribadi ajheris.com. Dilarang menggunakan tanpa seijin yang bersangkutan.