Summer!
Musim yang bisa dibilang paling sempurna dari berbagai musim yang ada. Musim yang tidak membatasi aktivitas jika berlama lama di luar rumah. Musim yang identik dengan liburan, kumpul keluarga, berjemur di luar, baik itu di halaman rumah maupun di taman kota.

Liburan summer seperti apa yang disukai warga Swedia? Relatif banyak sih. Dan salah satunya adalah dengan mengunjungi Summer House.
Mengunjungi Summer House merupakan salah satu alternatif berlibur di Swedia. Jadi tidak melulu harus ke luar negeri. Bila mendengar Summer House, apa yang ada di pikiran kalian? yes….dari dua kata itu saja bisa dipastikan jika pengertiannya adalah Rumah Musim Panas.
Ketika musim panas tiba, Summer House menjadi tempat berlibur keluarga yang lumayan menyenangkan. Rumah yang kebanyakan dihuni di saat musim panas saja. Bukan rumah hunian sehari hari. Meskipun demikian kalau cuaca lagi bagus bagusnya kadang ada saja yang tidak sabar mengisi liburan musim semi dengan mengunjungi summer house.


Summer House sebagian besar terdapat di daerah pedesaan yang dekat dengan alam atau nature. Atau bisa juga di daerah yang tidak terlalu ramai. Lumayan banyak penduduk kota besar di Swedia, yang memiliki Summer House sebagai aset pribadi. Ada yang sengaja dibangun dan ada juga yang diperoleh dari warisan turun temurun.
Summer House pada umumnya terbuat dari bahan kayu. Ukurannya pun bervariasi. Mulai ukuran kecil hingga lumayan besar.
Perlengkapan peralatan rumah tangga juga cenderung lebih sederhana. Tidak seperti perlengkapan di rumah hunian sehari hari yang jumlahnya jauh lebih banyak dan lebih komplit. Wajar saja karena Summer House tidak setiap saat ditempati.
Summer House yang memiliki ukuran relatif besar awalnya merupakan rumah tinggal yang ditempati sehari hari. Kemudian diwariskan kepada ahli waris. Misalnya dari orang tua ke anak. Berhubung ahli waris sudah memiliki rumah hunian sendiri maka rumah seperti ini akhirnya dijadikan sebagai Summer House.


Bahkan Summer House yang diperoleh secara turun temurun dari beberapa generasi pun ada. Yang dari awal sudah diperuntukkan sebagai hunian Summer House. Summer House type seperti ini lumayan banyak terdapat di desa kecil termasuk di desa tempat gue tinggal.

Rata rata bentuk dan ukurannya sangat sederhana dan lumayan kecil. Bergaya klasik/vintage. Dinding rumah terbuat dari kayu balok tanpa dipolesi cat warna. Peralatan di dalamnya juga masih terbilang sangat antik. Dan satu lagi, biasanya tidak ada listrik, air ledeng bahkan toilet pun masih berada di luar rumah dengan sistem no septic tank dan no saluran air! *garuk kepala*
Lokasinya juga hampir sebagian besar berada diantara hutan pinus dan pinggir danau. Berdiri sendiri tanpa ada rumah lain di sekitar. Seperti terisolasi. Konon Summer House seperti ini lumayan banyak digemari dan dianggap ideal oleh beberapa kalangan di Swedia termasuk suami gue. Semakin sepi dan jadul semakin nikmat. Jauh dari kebisingan dan modernisasi.

Hal hal yang dianggap merepotkan dan kurang praktis seperti mengangkat air dari danau, menggunakan lilin sebagai pengganti listrik, bagi mereka justru memiliki sensasi beda.
Berasa hidup di jaman ratusan tahun silam. Kehidupan jaman bahela yang berseberangan dengan hal hal praktis. Namun justru di situlah kenikmatannya. Eng ing eng bangetlah. Hahaha
Tetapi banyak juga Summer House yang sudah dilengkapi listrik dan air. Biasanya Summer House seperti ini berada di lingkungan pedesaan yang sudah banyak dihuni warga. Bukan menyendiri di tengah hutan lagi.


Keluarga raja Swedia pun memiliki Summer House di sebuah pulau bernama Öland. Summer House berbentuk kastil. Namun tidak jauh dari bangunan kastil sengaja ditempatkan sebuah rumah kayu antik yang konon katanya dipakai raja dan ratu sebagai tempat bersantai. Jadi yang namanya kehidupan tempoe doloe memang lumayan digemari di Swedia. Tak terkecuali keluarga rajanya.
Dan tidak heran juga jika masih banyak Summer House yang sengaja dibangun di jaman sekarang masih berkiblat pada model bangunan tempo dulu.


Yang gue dengar sih saat ini pemerintah Swedia sudah melarang pembangunan rumah termasuk Summer House yang jaraknya hanya beberapa meter dari danau. Larangan ini dibuat dengan tujuan agar orang orang yang ingin menikmati alam di sekitar danau seperti memancing dan berenang, bisa lebih nyaman tanpa harus terganggu dengan rumah rumah yang terlalu dekat dengan tempat mereka menikmati alam sekitar. Semacam privacy lah.


Jadi jangan kaget jika sebuah Summer House tempo dulu yang lokasinya benar benar di tengah hutan atau di pinggir danau menjadi incaran orang orang yang menggilai kehidupan sepi dan dan tidak bising. Bahkan oleh suara mobil di jalan raya sekalipun. Ada benarnya juga. Gue sendiri menyukai ketenangan seperti ini. Alam yang segar. Sampai sampai kicauan burung pun terdengar dekat banget ke telinga. Sangkin heningnya. Ekolife banget.
Belum lagi menikmati sinar mentari sambil ngegrill. Mencium aroma asap dari daging bakar diantara sepinya hutan dan tenangnya air danau. Yuhuii bangetlah. Paling yang belum bisa gue maklumi minimnya fasilitas air ledeng dan toilet tadi. Mental gue masih mental tempe. Terbiasa dengan yang gampang dan tidak mau ribet. |
Jadi sampai saat ini meskipun gue dan suami tinggal di sebuah desa kecil, kami dan beberapa warga di sekitar desa tetap memiliki Summer House. Lokasinya pun tidak terlalu jauh dari tempat tinggal sehari hari.

Lantas mengapa harus memiliki Summer House yang lokasinya tidak begitu jauh dari tempat tinggal sehari hari? Bukankah di rumah sendiri sudah tenang, jauh dari kebisingan dan dekat dengan alam?
Jawabannya simpel saja. Rumah yang ditempati sehari hari, aura dan feelnya berbeda dengan rumah yang hanya digunakan di saat tertentu saja. Apalagi rata rata Summer House di tempat gue memang cenderung menyendiri dan tidak ada tetangga. Lebih tenang. Dan seperti yang gue bilang di atas dengan segala keterbatasan yang ada, sensasi yang mereka rasakan tentu berbeda.

Konon warga Jerman dan Belanda merupakan turis tetap yang lumayan banyak mengunjungi tempat-tempat sepi di sekitar hutan Dalarna seperti di desa gue. Biasanya mereka datang dengan mobil caravan. Dan memilih bermalam di tengah hutan.
Gue pernah memergoki turis dari negara Belanda tengah asik di sekitar area hutan. Duduk santai sambil membaca. Gue sempat nanya kenikmatan seperti apa yang didapat ketika berada di tengah hutan seperti ini. Dia bilang sepi itu liburan yang paling nikmat. Tak ada bandingannya.




Kadang kadang Summer House bisa juga dikunjungi di saat autumn, menjelang winter atau di saat salju tidak terlalu tebal. Untuk sekedar membuat perapian agar suhu di dalam ruangan Summer House tidak terlalu dingin. Hal ini baik untuk menjaga bangunan agar tetap awet.
Di musim seperti ini pun suasana Summer House lumayan menyenangkan. Duduk di depan perapian, menyalakan lilin sambil melihat putihnya salju dari jendela, serasa dalam cerita dongeng. Atau ketika daun daun memenuhi halaman Summer House di saat Autum rasanya romantis banget. Namun kegiatan maintenance seperti ini hanya dilakukan sekali kali dan itu pun tidak terlalu lama.
Berikut beberapa model Summer House yang tak jauh dari desa tempat gue tinggal. Dan hampir semuanya berada di sekitar hutan dan danau.
Summer House di dalam tulisan ini hanyalah sebagian kecil dari banyaknya Summer House yang ada di berbagai wilayah Swedia. Tentu saja bentuk dan designnya tidaklah melulu sama persis. Foto foto di dalam tulisan ini sebagian besar merupakan Summer House yang berada tidak jauh dari tempat tinggal gue.
“Semua foto di dalam tulisan ini merupakan dokumentasi pribadi ajheris.com“
Tenang banget ya ka, klo disini mgkn kaya villa dipuncak ya.. Bedanya gak deket hutan, tapi klo ada toilet dan listrik aku sih betah aja tinggal disitu, hehe
LikeLike
iya, peace banget. Sebenarnya yang pakai listrik dan air juga sudah ada. Bangunan baru.
LikeLiked by 1 person
Agak – agak gimana ya mba helen pas baca ga ada toilet dsb, bener – bener bahela banget dan agak horor 😀
Btw foto – fotonya selalu top markotop… kereeen, cakep… dan aku sukaa… 😀
LikeLike
Hahaha..iya Gus. Bahela banget deh. Tapi sudah banyak juga kok yang pakai listrik dan air ledeng. Bangunan baru
LikeLiked by 1 person
adem ayem deh kalau bulan madu disini hehee
LikeLiked by 1 person
Huaaaa…bulan madu. Dipastikan ademlah ga ada yang ganggu hahhaha
LikeLike
apalagi rumahnya dari kayu..anget gitu wkwkw
LikeLike
Hahahah…betol sekali pemirsah
LikeLike
Mau summer atau winter, sama cakepnya pemandangannya.. 🙂
nah berhubung sering nonton film thriller yang settingnya banyak rumah2 kayak gini, lsg kebayang yang nggak2 haha..
Salam kenal ya Helen..
LikeLike
Hai mba Campbell, salam kenal juga ya. Thank you sudah mampir dimari. iya bener, kaya di film thriller ya. Dulu mikir kirain cuma di film, ehhh beneran ada ternyata rumah menyendiri di hutan gitu. Cuma memang karena dihuni di saat summer jadi ga horor. Karena kebanyakan terang kan harinya bahkan ampe malam pun
LikeLike
iya sih kalau summer terangnya lebih lama.. Tapi dalamnya sih vintage banget ya..
LikeLike
Banget mba. Jadul banget. Tapi kebanyakan summer house model gini memang bangunan lama. Sudah banyak juga yang sedikit lebih modern interiornya.
LikeLike
Tapi lebih khawatir karena rumahnya gak ada pagarnya, hahaha.. cuma beranda gitu doang depannya..
LikeLike
Hahahah kalau seperti kita yang kadang suka mikir macam macam kaya film thriller uda pasti semua bahaya, yang binatang hutan datanglah, orang tak dikenal masuklah..hihihi…tapi buat mereka ga ada yang gitu gitu. Dan memang sudah berjalan ratusan tahun aman aman saja.
LikeLike
ho oh.. kebanyakan nonton film yah.. jadi bayanginnya yang nggak2 duluan haha..
LikeLike
Aku juga dulu gitu mikirnya. Tiba tiba ada penjahat datang, trus mau minta tolong ke siapa? hahhaha. Tapi memang kenyataannya aman aman aja
LikeLike
hahaha… khayalannya ketinggian.. pasti seru yah ngalamin tinggal disitu..
LikeLike
Buat aku lumayan seru sih mba. Apalagi di awal awal. Berasa di dunia film film dan kalender hahaha
LikeLiked by 1 person
Yoiiiiii
LikeLike
INDAHNYAAAAAA. Aku ngebayangin ngabur ke sana, duduk-duduk sambil minum kopi dan makan pempek (teteeep), trus bisa nulis dengan puas.
***
Lalu kebayang film Secret Window hahaha.
LikeLike
haha hempaskan bisa ga sih pempek itu ke sini😂 makanya baterai menulis aku lumayan akut tinggi. konsen nulis karena sepi. ayo datang ke swedia
LikeLike
Heaven banget Mbak, dan seperti biasa fotonya selalu kece deh. Tjakep!
Impian aku kalo udah tua mau hidupnya di tempat kayak gitu, sunyi sepi enak aja gitu. Tapi karena kebanyakan nonton film kayaknya, berasa aura horror gitu, Mbak.hahahaha
LikeLike
hai mba Wulan, impianmu itu juga menjadi salah satu kebiasaan beberapa kalangan di Swedia. Habis pensiun mereka pindah ke desa kaya gini. Di tempat aku kan kebanyakan pensiunan. Beberapa hijrah dari Stockholm. aura horor itu bisa dimaklumi. Tapi sejauh ini sudah ratusan tahum kaga ada apa apa sih. cuma teteppppp gue juga kaga mau disuruh sendirian. secara halusinasi horor uda nempel di jidat ya 😂😂😂
LikeLike
Impian banget lah, Mbak. Setelah sekian lama hectic nyari duit yak, jadi maunya pas udah pensiun menikmati hidup, tenang adem ayem di pedesaan. hahaha
Iya nih Mbak, halusinasi horror juga udah nempel di jidat ku nih. :))
LikeLike
Betul. Aku dulu kerja di Jakarta. Udah capek kerja, mau pulang pun perih mengingat macet. berangkat juga gt. ahhhh sadis macetnya ga manusiawi kalau menurut aku. makanya sejak move ke desa kecil kaya gini, byk yang mikit ga betah. malah sebaliknya, aku nikmati bgt. kalau bosan datang ya tinggal ke kota. gampang ajalah.
LikeLiked by 1 person
oh iya, aku pun sempat mikir, menghabiskan masa tua di pedesaan Indonesia. pasti enak loh. punya rumah di kebun teh. ihhhhh😍😍😍
LikeLike
Enak banget kak Summer Housenya. Ku lihat dari layar komputer aja udah berasa relax dan tenang gitu hatiku. Cantik kak Summer Housenya.
LikeLike
Iya mba. Tenang dan bikin pikiran rileks
LikeLike