Category: THE FOUR SEASONS
SALJU TURUN DI BULAN OKTOBER
Meski sudah 6 tahun tinggal di Swedia, tapi yang namanya salju di hari pertama selalu membuat hati gue senang. Buat saya pergantian musim itu selalu punya warna dan cerita. Masalah bosan di musim dingin yang panjang ya itu urusannya nantilah
Belakangan ini iklim bumi semakin tak menentu. Bayangkan sebentar lagi akan memasuki bulan November tapi suhu di tempat gue masih dominan plus. Minus cuma numpang sehari doang. Di tengah kekhawatiran akan berkurangnya kuantitas curah salju justru di bulan Oktober ini malah sudah turun.
Itulah sebabnya ketika salju turun gue senang banget. Meski saljunya tidak begitu deras dan tebal seperti biasanya. Salju turun masih dalam hitungan musim gugur sebenarnya. Dan sudah dua kali turun meski tak bertahan lama dan dalam hitungan sehari sudah kembali mencair. Mudahan nanti turun lebih tebal lagi. Rinduuuuuu gue……………………..
Gue bikin videonya di youtube. Jika mau ditonton silahkan ya…
Musim Gugur Kece
Melihat Smurfs di Dunia Nyata
Saya penggemar garis keras Amanita Muscaria. Tak pernah bosan saya fotoin mereka. Mungkin followers di instagram saya sudah eneg dengan postingan koleksi foto jamur liar yang satu ini. Kegalauan saya berpisah dengan summer lumayan terhibur dengan kehadiran mereka. Iya…dengan munculnya jamur liar ini pertanda musim gugur akan segera tiba.
Saya sudah pernah menulis lebih detail tentang musim jamur di Dalarna di tulisan sebelumnya
Bisa dibaca di situ juga. Koleksi fotonya lebih lengkap.
Untuk melihat lebih jelasnya, silahkan klik link video di bawah. Bentuknya lucu lucu.
Anggap saja sedang melihat smurf di dunia nyata.
Lupiner, Cantik Tapi Berbahaya
Setiap musim panas, ada satu jenis tanaman yang menghiasi beberapa wilayah Swedia. Terkhusus di wilayah Dalarna. Beraroma semerbak dan beraneka warna. Cantik.
Di Swedia orang orang menyebutnya Lupiner. Sedangkan asal katanya berasal dari bahasa Latin yaitu Lupinus yang artinya serigala. Dinamai demikian karena keganasan lupiner yang mampu mengekspansi pertumbuhan tanaman di sekitarnya sehingga sulit berkembang.
Awalnya gue berpikir jika tanaman ini hanya tumbuh di wilayah dingin. Ternyata tidak. Malah dari beberapa sumber yang gue baca, di wilayah panas seperti Indonesia pun lupiner bisa dibudidayakan. Dan gue juga baru tau jika lupiner dianggap berbahaya terhadap kelangsungan hidup species lain di sekitarnya. Karena sifat serigalanya itu tadi.
Beberapa waktu lalu, pemerhati lingkungan di Swedia mulai dibikin resah oleh ekspansi tanaman ini. Dihimbau agar warga yang melihat lupiner sebaiknya segera menebas dan membakarnya agar tidak membawa pengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman liar lain yang dianggap lebih nature.
Walaupun dalam kenyataan yang gue lihat, warga tetap membiarkan bunga ini hidup dan menikmati keindahan warna warninya. Emang cantik sih. Ibarat melengkapi keindahan musim panaslah. Apalagi kalau dilihat dari jauh, warna ungunya mirip bunga lavender.
Lupiner aslinya berasal dari Amerika Utara dan Selatan. Konon di sana bunga ini sangat terkenal. Selain di Swedia, lupiner juga tumbh subur di wilayah New Zealand, Afrika Utara dan kawasan Mediterania. Konon biji Lupiner bisa dimakan dan sering menjadi suguhan dalam bentuk cemilan di wilayah mediterania.
Lupiner sangat menyukai air. Makanya tanaman ini lebih subur di tanah yang memiliki kandungan air yang banyak. Seperti di pinggiran sungai, pantai dan danau. Sehingga kalau gue lihat, tanaman ini tumbuhnya memang tak jauh jauh dari sekitar air. Tumbuh di pinggir jalanpun karena jalanan berada tak jauh dari sungai atau danau. Atau di sekitar selokan yang ada aliran airnya. Jadi tanaman ini tidak tumbuh di sembarang tempat.
Di wilayah eropa lainnya, lupiner ternyata dibudidayakan untuk dijual di toko bunga. Ahhh so lucky me bisa melihat hamparan mereka dan bisa memetik sepuasnya.
Saat gue menulis tulisan ini, lupiner lagi banyak banyaknya bermunculan. Dan gue pun tak ingin ketinggalan untuk mengabadikan momen cantik ini dalam bentuk video.
Bisa klik video di bawah …
Dikutip dari berbagai sumber termasuk Wikipedia
Winter, Ketika Mentari Bersahabat
When Autumn Comes
Bertabur “Rumah Smurf” di Musim Gugur
Musim gugur sudah terpajang di depan mata. Suhu sudah mulai dingin. Rata rata berkisar 10 derajat celcius. Hari ini sudah mencapai 7 derajat celcius malah. Meskipun seminggu ini hujan dan mendung terus tak tertutup kemungkinan cuaca kembali cerah. Namun yang namanya sentuhan dingin sudah tak terelakkan lagi. Sudah mulai berasa. Kuantitas membuat perapian di rumah pun sudah mulai meningkat belakangan ini.
Selain itu, daun pohon birches di sekitar rumah sudah mulai menguning. Bahkan sudah terlihat sedikit berguguran, meskipun belum banyak. Ya ampun…rasanya baru aja kemaren sore nungguin salju menghilang, summernya uda main berlalu aja.
Cara ampuh untuk membuang suntuk akan pergantian musim adalah lebih aktif memotret. Itu yang gue lakukan. Salah satunya ya memotret jamur!
Yup, menjelang hingga pertengahan bulan September, berbagai jenis jamur bermunculan subur di sekitar tempat tinggal gue. Tak hanya di forest tapi juga di sekitar halaman rumah maupun lahan kosong. Jamur jamur biasanya bermunculan dari sela rumput.
Kenapa gue harus memotret jamur? apa istimewanya? Hmmm…setidaknya buat gue sih istimewa. Mungkin bagi yang terbiasa benar benar membaca blog ini, sudah tidak asing kalau di setiap cerita gue sering menyinggung hal hal yang berbau dongeng di masa kecil. Iya…gue memang penyuka cerita dongeng klasik. Jamur jamur yang mengingatkan gue akan cerita dongeng.
Gue lupa kapan tepatnya terakhir kali melihat jamur tumbuh secara liar di Indonesia. Sepertinya sewaktu gue masih duduk di bangku SD atau SMP. Uda lama banget. Yang gue ingat jamur yang sering gue lihat dulu adalah jenis jamur berukuran kecil, berbatang kurus, berwarna kecoklatan dan yang pasti ada payungnya.
Dulu gue suka menyentuh jamur pakai kaki. Dan begitu tercabut rasanya suka aja. Mungkin karena gampang tercabut itulah yang bikin gue senang. Hahaha.
Nah gue juga ga ngerti, semakin hari jamur jamur semakin jarang bahkan nyaris tak pernah terlihat lagi. Sejak mendengar jamur bisa dimakan dan mulai dikembang biakkan secara profesional, sepertinya jamur jamur liar nyaris tidak pernah gue lihat lagi.
Dulu semasa kecil kalau menonton kartun atau membaca buku cerita yang ada rumah rumah jamur, rasanya langsung imajinasi tinggi. Trus suka mikir jamurnya kenapa bisa imut gitu ya. Kok bisa montok. Kok cantik banget?
Ternyata dan ternyata emang beneran ada jamur jamur kayak gitu. Batang payungnya mirip banget dengan cerita dongeng. Montok montok. Hahaha.
Dan itu semua bisa gue lihat menjelang sampai musim gugur tiba. Pokoknya kalau jamur jamur sudah mulai bermuculan tanda tanda musim gugur sudah di depan matalah.
Bentuk, corak, ukuran dan warna jamur jamur ini pun bervariasi. Ada yang kecil, besar, hingga besarrrrrrr banget melebihi telapak tangan. Kadang suka geli kalau melihat yang terlalu besar. Warnanya pun macam macam. Ada yang ngejreng dan cenderung gelap. Jamur jamur ini kebanyakan mengalami perubahan warna setelah membesar dan kemudian rusak.
Sepenglihatan gue mereka seperti mengalami metamorfosis. Dari yang mungil, melebar dan semakin melebar, kemudian retak. Ketika mulai rusak pun bentuknya unik unik. Ada yang cenderung aneh dan menyeramkan tapi ada juga yang malah terlihat cantik.
Sepertinya kerusakan jamur jamur ini kebanyakan diawali karena gigitan binatang kecil di hutan. Entah itu tupai, serangga atau apalah gue kurang tau. Bekas gigitannya jelas terlihat. Kalau gigitan serangga sepertinya membentuk bulatan totol polkadot. Ini masih menurut penglihatan gue sih. Pastinya gue kurang tau juga. Gigitan yang meninggalkan bekas klasik berbentuk totol putih polkadot pada tubuh jamur yang sepertinya menjadi iconic di setiap souvenir maupun dalam cerita komik dan animasi Smurf.
Dari sekian jamur yang ada, ada satu jenis jamur yang paling gue tunggu. Dan sepertinya ini adalah jamur yang paling terkenal karena kecantikan warna maupun coraknya. Sangat mirip dan familiar dengan simbol jamur di smartphone dan kartun. Namanya Amanita Muscaria.
Meskipun tergolong jamur beracun, pengguna hestek jamur ini lumayan banyak di instagram dan menjadikannya sebagai objek photograpy. Bahkan tak sedikit yang secara langsung memegang di tangan. Info Wikipedia, racun pada Amanita Muscaria masih sangat langka untuk bisa menyebabkan kematian seseorang. Tapi kalau gue dan suami emang ga berani menyentuh secara langsung.
Warna Amanita muscaria juga bervariasi. Ada yang merah menyala, merah muda, kuning kecoklatan bahkan kuning orange. Kalau pas ada totol besarnya, ya ampun mirip banget dengan rumah jamur dalam cerita dongeng. Hahahha. Gemyesssss!
Dibanding jamur lain, pertumbuhan Amanita Muscaria ini menurut gue lumayan cepat. Apalagi kalau cuaca lembab. Misalnya hari ini bagian payung jamur masih terlihat menguncup dan batangnya juga masih terlihat di dalam tanah, ehhh besoknya tiba tiba udah melebar kayak kerupuk opak dengan batang yang jelas terlihat. Suka amazing ngelihatnya.
Di sini gue melampirkan beberapa foto jamur yang gue bidik beberapa hari yang lalu. Selamat berkenalan dengan jamur jamur gue yak! Oh iya, cerita jamur ini bisa dilihat dan sudah tayang di NetTV
Video lengkap penampakan jamur jamur ini, bisa ditonton di channel youtube saya. Silahkan klik link di bawah ini ya.
All About Summer
Summer sama artinya, puas motoin apa saja. Bahkan besi karatan pun bisa jadi objek menarik. Menghasilkan sesuatu yang rustic.
Ada satu hal yang sangat gue suka ketika musim panas tiba. Selain landscapenya, di musim ini sejuta wild flowers berlomba lomba pamer warna. Datang dan pergi silih berganti. Cantik banget. Bahkan selevel rumput pun mampu menghasilkan bunga yang indah.
So, ini dia Musim Panas gue!
Sebenarnya, Dandelion pada gambar di bawah, muncul di saat musim semi hingga awal musim panas. Si liar yang tidak disukai warga desa gue. Dianggap mengganggu karena pertumbuhannya yang sangat cepat dan menyebar ke mana mana. Jika dilihat dari dekat, bunga ini kurang menarik. Tapi di saat tertentu, Dandelion mampu menghibur mata, ketika kompak memenuhi lahan kosong yang luas.
Ibarat hamparan karpet kuning. Indah.
Dandelion yang unik. Ibarat manusia, muda kuat, tua melemah. Demikianlah Dandelion mulai rapuh ketika warna kuningnya berubah memutih. Gampang tertiup angin. Bahkan oleh sentuhan jari sekalipun.
Di saat musim panas, sebagian besar warga lumayan senang memetik bunga liar yang tumbuh di sepanjang jalan, halaman sekitar rumah, bahkan hutan, dan menjadikannya hiasan di teras, atau di tempat tempat yang lumayan rustic. Seperti di depan gudang, di atas tumpukan kayu dan besi tua.
Bahkan ada juga beberapa jenis bunga liar yang cocok dijadikan hiasan di dalam rumah. Seperti foto di bawah ini. Lumayan kan, ga harus beli di toko bunga. Hahaha.
Flowers in Spring
Ketika Rindu Sang Surya
Hidup di negeri Skandinavia, apalagi seperti desa gue yang letaknya mendekati bagian pertengahan Swedia, yang namanya salju dan suhu ngedrop sudah menjadi santapan sehari hari dikala musim dingin. Datangnya cepat, habisnya lamaaaaaa.
Negara lain masih roman romanan dengan daun maple, desa gue uda kedatangan salju. Ketiban yang lain sudah berhahahihi dengan spring, tempat gue masih aja memutih ceria.
Makanya tak ayal, kalau berbicara musim panas, otak gue uda bayangin matahari nempel di atas kepala terus. Dulu aja, kalau ngelihat bulek bejemur di pantai suka mikir, ngapai ya manggangin kulit panas panas. Sekarang baru benar benar taulah, merindukan matahari itu kaya apa rasanya.
Musim Panas, Yaiiiiii!
Musim yang paling sempurna. Namanya saja sudah musim panas, tentu suhu udara di musim ini pun relatif lebih panas. Summer adalah musim yang mencukupkan kebutuhan sinar sang surya dibanding musim yang lain. Meskipun tidak sesempurna di wilayah tropis.
Bagi gue pribadi, summer artinya lebih bebas. Lebih bebas beraktifitas di luar rumah dalam kurun waktu yang relatif lama. Bebas keluar modal sendal jepit, kaos oblong, celana pendek, tank top bahkan nyeker pun bisa. Rasanya tubuh gue jauh lebih ringan dibawa melangkah. Tidak banyak printilan tebal yang nyangkut di badan. Meskipun di saat tertentu, kadang kadang gue masih mengenakan jaket. Jaket tipis tepatnya.
Summer juga merupakan musim yang bagi kebanyakan orang, digunakan sebagai ajang untuk berlibur. Cuti kerja sampai bulanan. Bahkan perusahaan pun lumayan banyak yang tidak aktif untuk beberapa minggu. Termasuk kantor suami.
Jelas saja, setelah kurang lebih enam bulan merasakan suhu dingin, minim sinar mentari, saatnya menikmati alam yang terang bahkan sampai malam menjelang. Meskipun berlibur di saat summer ada ga enaknya. Manusianya buanyakkk banget.
Biasanya, Summer House menjadi salah satu pilihan tempat berlibur sebagian warga Swedia di musim panas. Selain itu, mobil Caravan juga semakin sering terlihat di musim ini. Seperti di jalanan, kawasan Camping bahkan sampai di tengah hutan. Tak sedikit tempat yang menyewakan lahan, khusus untuk Caravan.

Di saat summer, pemandangan alam bisa dibilang sempurna. Semua tumbuhan sudah mekar di musim ini. Beraneka rupa dan warna. Tumbuh secara bergantian. Namun ada sisi jeleknya juga. Di musim panas, pertumbuhan tanaman sangat aktif. Jadi yang namanya rumput cepat banget meninggi. Harus sering di potong dengan mesin. Belum lagi yang namanya lebah bunga, nyamuk dan lalat lumayan sering muncul. Menimbulkan suara suara yang ga enak di telinga.
Cuma kalau melihat bunga bunga liar yang silih berganti bermunculan, baik itu di pinggir jalan, hutan, halaman atau lapangan luas, sukak! lihat aja foto di bawah, semuanya bunga liar.
Ngegrill di halaman rumah, duduk bersama di kursi halaman, makan di luar, memasang payung, menjadi kegiatan yang wajib di saat musim panas.
Di desa tempat gue tinggal, biasanya beberapa warga menikmati danau di sekitar desa, dengan menggunakan boat kecil sambil memancing. Jadi tidak heran, boat boat yang biasanya di saat winter bersandar di tepi danau, mulai dipakai di saat summer.
Ada satu kawasan yang tidak jauh dari desa gue tinggal, yang biasa dipakai sebagai tempat berenang. Layaknya sebuah pantai. Padahal bukan pantai sih.
Cuma kawasan ini memiliki hamparan pasir layaknya bibir pantai gitu. Jadi lumayan enak buat lenje lenje di atas pasir. Yang begini aja pun uda senang mereka. Hahahaha.



Apalagi ya….hmmmmm…..kawanan ternak! Pas lihat sapi, domba dan kuda lagi makan rumput gitu. Sukak! *Langsung nyanyi Desaku yang Kucinta.
Siapa yang hobby olahraga? Kalau gue angot angotan. Kadang rajin kadang malas. Apalagi pas winter (baca winter ala desa gue). Tapi kalau summer, gue lumayan rajin. Hutan menjadi tempat yang wajib kami (gue dan suami) lewati jika berolahraga di musim panas. Berjalan kaki sambil berlari santai, atau juga bersepeda (walaupun naik sepedanya masih kagok gitu…hahaha). Enak banget loh. Lari di tengah alam yang udaranya bersih. Hening. Cuma ada barisan pinus dan danau. Gue cuma bisa mendengar langkah kaki dan napas gue, serta suara burung. Ahhh damailah.

Dulu kalau nonton film, kan suka ada tuh adegan olahraga lari sendirian di hutan sepi. Kadang suka mikir, apa iya olahraga harus di tempat sepi kaya gitu? Apalagi kalau filmnya film murder. Yang ada suka mikir, ahhh dasar film, suka cari lokasi yang sengaja dibuat seram.
Ehhhh, ternyata kehidupan kaya gitu benaran ada. Gue sudah mengalami sendiri. Hutan memang menjadi salah satu tempat favorite bulek kalau berolahraga.
Memetik buah blueberry di hutan, juga merupakan salah satu kegiatan rutin gue dan suami di saat summer. Blueberry organik yang tumbuh liar dan banyak banget di sepanjang hutan. Gue bisa sepuasnya memetik blueberry di musim ini. Ga perlu beli mahal mahal.
Menjalankan hobby photography di saat musim panas paling enak. Kenyang natural light. Hasil photo lebih maksimal. Mana objek photo juga lebih beraneka. Mulai dari landscape hingga bunga bunga. Dimana mana cetar menghijau. Ahhhh, pokoknya summer aku padamulah!


See you in my next story.
Salam dari Mora,
Dalarna, Swedia.
“Semua foto di dalam tulisan ini adalah dokumentasi pribadi ajheris.com”
Pesta Bunga di Musim Semi
Pergantian musim selalu memiliki warna. Warna dan cerita yang berbeda. Begitu juga dengan musim yang selalu gue tunggu. Spring!
Tidaklah salah jika pergantian musim dingin ke musim semi gue sebut sebagai pergantian musim yang paling excited. Wajar, setelah kurang lebih enam bulan hidup dengan siang yang lebih pendek dan malam yang lebih panjang, sinar mentari yang terbatas, dingin yang tidak berkesudahan, tidak ada bunga, tidak ada rumput, hanya pohon dan ranting tanpa daun. Semua tanah tertutup oleh salju. Ditambah lagi suasana hening yang bebas dari kicauan burung. Sampai akhirnya ketika matahari semakin rajin menampakkan wajahnya, hari demi hari pun semakin cerah dan terang. Salju mulai mencair. Air danau di sebelah rumah sudah tidak membeku lagi. Aliran airnya mengalir seperti biasa.
Rumput yang tadinya menguning perlahan berubah menjadi hijau muda. Pohon pohon mulai berdiri sempurna, memiliki tunas daun di bagian rantingnya. Dan yang lebih excited lagi, bunga bunga liar mungil dan beraneka warna mulai bermunculan dimana mana. Ahhh, rasanya awesome sekali. Penantian lama yang berujung indah 🌸🌺🌷
Ditambah lagi, keadaan hening yang sebelumnya meraja, mulai berasa ramai oleh kicauan burung, terutama di saat bangun pagi. Ya Tuhan, kedengarannya enak banget di telinga gue.
Bangun tidur jauh lebih bersemangat. Pokoknya bener bener menyenangkan. Mungkin karena gue tinggal di lingkungan pedesaan. Jadi berasa banget bedanya.
Di saat winter, gue memang bisa melihat burung, bahkan sengaja diberi makan supaya mereka tidak kelaparan. Tapi mereka tidak mengeluarkan kicauan. Cuma makan. Keadaan alam yang berbeda inilah, yang selalu membuat gue tidak sabar menanti datangnya musim semi.
Kalau boleh gue bilang, musim semi bukanlah musim yang paling sempurna untuk mendapatkan hangatnya sinar matahari. Akan tetapi, di musim ini gue sudah merasakan suhu yang lumayan hangat dari hari ke hari. Sudah tidak terlalu dingin. Sudah tidak di bawah nol derajat celcius. Sudah tidak ada yang namanya minus 30an.
Bahkan kadang kalau cuaca bersahabat, gue bisa menikmati hari layaknya musim panas. Jaket yang gue pakai pun sudah berbeda. Tidak terlalu tebal. Demikian juga dengan sepatu, tidak perlu boots dengan lapisan bulu tebal di dalamnya. Setidaknya perintilan berat di badan gue lumayan ringan.
Biasanya alam akan memperlihatkan tanda tanda jika satu musim akan segera atau sudah berganti.
Tentu saja, semakin terbiasa semakin lumayan mudah merasakan tanda tandanya. Meskipun tanda tanda yang gue tulis di bawah ini bisa saja berubah setiap tahunnya. Tergantung alam bekerja.
Satu bulan sebelum musim semi, biasanya alam sudah memberi tanda. Misalnya:
- Dinginnya suhu udara relatif sudah tidak terlalu ekstrem.
- Bongkahan salju di atap rumah mulai mencair. Suaranya mirip rintik hujan. Tiik..tik..tik. Suka mendengarnya.
- Memasuki bulan april, biasanya suhu sudah berkisar diantara 5 sampai 11 derajat celcius. Namun bukanlah jaminan suhu ini tidak akan berubah. Bulan April adalah bulan yang suka membuat terkecoh. Dari cuaca yang sangat cerah, tiba tiba berangin, mendung dan hujan. Kemudian cerah lagi, dan mendung lagi. Dan puncaknya, tanpa dimau, salju kembali turun dengan derasnya. Turun di saat sudah memasuki awal spring. Rasanya dalam sehari bisa mengalami empat musim sekaligus. Tipikal cuaca di bulan April. Suka memberi harapan palsu.
- Unggas liar mulai berdatangan ke lapangan rumput dan tepi danau di sebelah rumah. Kehadiran mereka selalu menjadi tanda mujarab jika musim semi sudah mulai tiba. Mendengar suara mereka, melihat mereka memakan rumput, berenang di danau, ihhh..sukalah!
- Sering mendengar suara burung cuckoo. Kuk..kuk..kuk..kuk. Mirip jam antik. Ternyata oleh penduduk desa gue, suara burung ini bisa dijadikan sebagai tanda, kalau musim semi mulai tiba. Jadi selama burung ini masih bersuara, artinya spring belum berakhir sempurna.
Meskipun bulan april bisa disebut sebagai awal datangnya musim semi di banyak wilayah, tapi di desa gue malah relatif telat. Ketika orang orang sudah menikmati mekarnya bunga dimana mana, gue harus sabar menikmati tanaman yang masih gersang dari sisa winter. Kalaupun ada bunga yang mekar, masih sedikit banget. Paling yang membuat gue senang adalah, toko bunga dan supermarket mulai ramai menjual bunga tulip. Setiap melihat tulip, berasa winter segara berakhir.
Dua tahun lalu, gue masih berkesempatan melihat bagaimana bunga tulip yang gue tanam tumbuh dan mekar pertama sekali di halaman rumah. Senang luar biasa. Sayangnya setelah itu, umbinya gue cabut semua. Pertumbuhannya tidak terlalu bagus di sekitar tempat tinggal gue. Masih terlalu dingin sepertinya. Kebanyakan gagal dan cuma sebagian saja yang berhasil tumbuh.
Buat gue, musim semi sama artinya dengan Pesta bunga dimulai! Bunga bunga mulai bermekaran. Baik itu yang sengaja ditanam maupun bunga bunga liar. Dan yang paling membuat gue takjub adalah, ketika melihat bunga bunga liar bermunculan dimana mana. Di tepi jalan, di hutan, di sela rumput, satu demi satu muncul silih berganti. Jumlahnya banyak!
Uniknya lagi, rata rata bunga liar tersebut hanya bertahan dalam hitungan minggu. Kurang lebih seminggulah. Kemudian disusul jenis bunga liar yang lain. Bentuknya mungil mungil, warna beraneka ragam. Kuning, merah jambu, biru, ungu, putih. Setiap waktu, ada saja bunga baru yang muncul dari permukaan tanah.
Sekalipun hanya bunga liar, tapi keindahannya tidak perlu diragukan. Mampu membuat mata segar. Rasanya excited banget setiap melihat pergantian jenis bunga yang muncul. Ciptaan Tuhan memang luar biasa.
Bunga liar pertama yang muncul di sekitar tempat tinggal gue adalah Tussilago, bunga kecil berwarna kuning (seperti gambar di atas di sebelah bunga tulip). Bunga ini tumbuh secara berkelompok dalam jumlah yang lumayan banyak. Kemudian disusul oleh bunga liar lainnya, seperti Vitsippa, dan Liljekonvalj.
Vitsippa merupakan jenis bunga liar yang sangat identik dengan musim semi di daerah sekitar tempat tinggal gue. Warnanya putih, tumbuh subur memenuhi sepanjang jalan di depan hutan. Cantik sekali jika dilihat dari jauh.
Sedangkan Liljekonvalj merupakan salah satu jenis bunga yang digemari di desa gue. Tumbuh liar di hutan. Sebagian warga dulunya sengaja mengambil bunga ini dari hutan, dan menanamnya di halaman rumah mereka. Bentuknya yang mungil dan aromanya yang harum, menjadikan Liljekonvalj sebagai bunga liar elite di saat musim semi.Karena terlalu kecil dan mungil, Liljekonvalj cenderung tidak terlihat diantara rimbun daunnya yang tumbuh rapat. Mirip daun tulip. Dahulu, sebelum libur sekolah dimulai, anak anak suka memetik Liljekonvalj di hutan dan memberikannya kepada guru. Benar atau tidak, dibalik kecantikan dan keharumannya, konon katanya Liljekonvalj mengandung racun yang berbahaya.
Di saat musim semi, kegiatan menanam bunga di halaman sekitar rumah sudah bisa dimulai. Biasanya bunga yang di tanam adalah jenis bunga yang memang cocok untuk musim ini. Ada beberapa jenis tanaman bunga yang sangat identik dengan musim semi. Salah satunya adalah bunga Pansy.
Bunga dengan beragam warna mulai dari ungu, kuning, biru, merah jambu, coklat, dan putih. Seperti gambar di bawah ini.
Kelopaknya bunganya sangat lembut tapi lumayan kuat berada di suhu relatif dingin. Pansy hanya bertahan sampai di penghujung musim semi.
Sangkin senangnya warga Swedia terhadap pergantian musim dingin ke musim semi, ada satu tradisi besar yang selalu dilaksanakan mereka setiap tanggal 30 April. Namanya Valborgsmässa, tradisi menyalakan api unggun besar yang dimaknai sebagai tanda berakhirnya musim dingin yang berkepanjangan (kurang lebih selama enam bulan) dan digantikan musim semi yang lebih hangat dan lebih terang.
Setiap musim memiliki keindahan dan cerita. Hidup setiap waktu lebih bervariasi. Sadar atau tidak, ada perubahan yang ditunggu. Meskipun winter hanya memiliki salju, namun putih salju memberi kesempatan untuk bisa merasakan kehidupan layaknya dalam cerita dongeng. Negeri winter wonderland! Dan cerita dongeng pun berganti dengan suasana yang lebih berwarna. Warna warni flora yang baru! Ciptaan Tuhan yang luar biasa.
“Semua photo di dalam tulisan ini adalah dokumentasi pribadi ajheris.com. Terkecuali ada keterangan tertentu seperti gambar burung cuckoo”