Setelah mengikuti dua tour ke Little Venice di Puerto De Mogan dan kota Las Palmas, maka inilah puncak kebahagian gue selama mengikuti tour di Gran Canaria, Kepulauan Kanaria.
Sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar, gue itu uda suka nonton acara berbau Flora dan Fauna. Atau tempat terkenal dan menarik akibat maha karya alam yang luar biasa. Makanya selalu (tepatnya sok) menyimpan mimpi kelak bisa ke tanah Real Afrika sana, karena wilayahnya yang selalu mengisi topik ulasan di Discovery Channel, Nat Geo Wild, dan National Geographic.
Itulah sebabnya ketika bisa melihat Gurun Pasir ala Sahara di Canary Island, gue senang banget. Sangkin terkesimanya, gue belain dua hari berturut jalan di gurun. Sampai lupa kalau jalan di gurun pasir itu melelahkan.
Nah, pas tau ada tour Camel di list wisata yang ditawarkan Ving (travel company yang melayani jasa holiday ke Canary Island), gue langsung iyessss.
Padahal suami gue tidak begitu interest. Takut dia. Si gendut gue itu emang. Liburan versi dia kalau ga ke museum, ngiderin kota, duduk santai di cafe, ngebir, makan, ya apalagi kalau bukan sengaja bangun cepat dan sarapan yang buuuuanyak. Hahaha.

Selain takut bulunya gatal, dia bilang si unta bisa ngamuk. Karena temannya pernah diamuk unta. Hahaha. Tapi gue sih tetap kekeh. Uda bayangin naik unta ala ala musafir (tinggi imajinasi). Untung imajinasinya ga sampai pakai jubah dan penutup muka. Uda kaya orang majus aja.
Sehari menjelang tour Camel, suami gue uda terlihat gelisah. Sampai sampai bilang gini, “mudah mudahan cuaca jelek, jadi batal deh tour Camel besok”. Segitunya coba.
Tapi sejujurnya, sedikit banyak gue jadi terpengaruh. Ngebayangin duduk sendiri di atas unta, yakin bisa? kalau tiba tiba untanya stress dan ngamuk gimana. Trus urusan duduk nih yang lumayan bikin baper. Punggung unta kan melengkung ya. Bayangin duduk di situ kok rasanya tertusuk balok banget. Hahaha.
Bisa bisa menggelindang jatuh mak! Belum lagi terik matahari pasti ngebakar kulit. Tengil bangetlah, lupa kalau liburannya bukan di tropis 🙂

Berdua akhirnya jadi mikir macem macem. Apalagi suami uda wanti wanti, jangan pake celana pendek. Tar kena bulu unta. Opung opung kalau menapak uzur gini deh jadinya. Rempongss.
Maklumlah, namanya perdana. Dan memang berdua sama sama awam tentang binatang ini. Sebenarnya, gue uda malas banget bayangin pake jeans panas panas. Tapi sialnya, takut kena panas juga. Meskipun haus sinar matahari, tapi tetap aja, gue kan produk asli Indonesia. Masih takut gosong.
Pokoknya gaya gue patenlah. Pake celana plus jaket jeans, dan tak lupa topi. Dan you know what sesampainya di sana? gue sukses mirip ondel ondel bergaya sok denim. Beda sendiri dong.
Selebihnya orang orang pada pakai tank top, celana pendek dan leggings 3/4 gitu. Kalau topi masih oke sih. Tapi untungnya gue berada diantara orang orang yang bodo amat urusan salah kostum atau beda sendiri. Ga ada waktu mereka merhatiin gue. Siapa juga kan.
Kami berangkat pukul 9 pagi. Perjalanan yang sungguh memicu adrenalin. Benar benar ga nyangka harus melalui jalanan sempit, meliuk, menanjak dan menurun. Salah sedikit, alamat langsung cusss ke jurang terjal dan cadas. Sepanjang mata memandang, hanya ada tebing gunung dan jurang
Jika bertemu kendaraan lain, bus harus berhenti. Atau sebaliknya, mobil di depan yang berhenti. Akibat kecilnya ruas jalan, jadwal transportasi bus dari berbagai travel tour pun diatur sedemikian. Jadi tidak ada pertemuan antara bus yang datang maupun yang pulang. Sepertinya keberangkatan semua bus dibuat pagi deh.
Sesampainya di kawasan tour Camel, aroma bau ternak mulai berasa. Seperti bau kotoran sapi. Tapi masih level tenggang rasa kok. Ga sampai membuat kepala cenat cenut. Aroma binatang kaya apa sih. Ga mungkin bau body lotion kan.
Begitu melihat gerombolan unta, gue dan suami langsung berpandangan. Sumringah tepatnya. Uda capek mikir ini itu, bertanya sendiri jawab sendiri, ternyata apa yang dikhawatirkan sama sekali tidak terjadi. Kami tidak harus menunggangi unta sendirian, melainkan cukup duduk manis di bangku yang dirancang khusus mengikuti lekukan badan unta. Jadi yang parno kena bulu unta, harusnya ga perlu pake jeans ya. Hahaha.
Dan enaknya lagi, gue dan suami bisa duduk bersamaan hanya dengan satu ekor unta. Biar duduknya tidak oleng, gue duduk di bangku sebelah kiri dan suami di sebelah kanan. Sebelum bangku dipasang, punggung unta harus diberi lapisan bantal busa. Agar unta juga bisa berasa lebih nyaman. Mempersiapkan semua peserta tour lumayan memakan waktu. Karena semuanya harus berangkat berbarengan. Mengikuti seorang leader di bagian terdepan.
Sebelum dinaiki, semua unta terlihat duduk santai di tanah. Barulah peserta tour satu demi satu dipanggil. Didahulukan orang tua yang membawa anak anak. Dan sepertinya para pegawai juga memperhatikan postur tubuh peserta. Yang ini dan itu cocoknya duduk dengan siapa. Mungkin tujuannya untuk menjaga keseimbangan juga.
Kemudian dipasang sabuk pengaman. Kaki harus berada di tali pengait (seperti naik kuda gitulah). Keseimbangan memang sangat sangat diperhatikan. Selain hal yang sudah gue jelaskan tadi, mostly bangku diberi satu karung berisi pasir di bagian sisi kiri dan kanannya.
Untuk memperkecil resiko bahaya, mulut unta diberi jaringan pengaman. Jadi kecil kemungkinan unta mencelakai atau menggangu peserta tour di depannya. Karena jarak antara unta yang satu dengan yang lain saling berdekatan.
Masing masing unta semuanya terhubung dengan seutas tali panjang. Tujuannya agar unta tetap berada di jalur yang sama. Sebab semua rombongan hanya dikendalikan oleh satu leader, yang menggiring unta berjalan di bagian depan. Dan kebetulan pula, unta yang digiring si leader adalah unta yang kami naiki.
Lega banget rasanya, ternyata bisa menikmati tour camel ini dengan santai. Jauh dari bayangan seram. Paling di saat unta di suruh berdiri yang agak gimana gitu. Kaya kena turbelensi. Hahahha.


Soalnya badan unta kan tinggi. Jangankan mau berdiri, disuruh duduk aja agar kami bisa turun lumayan berasa goyang. Karena unta harus menekuk kakinya. Dan tangan kami pun harus memegang erat erat pegangan di bangku.

Apalagi sepanjang perjalananan, view yang dilewati pun mirip semi Afrika gitu. Tanah kering, tanaman kaktus berukuran besar, hingga gunung batu. Eksotiklah. Setidaknya buat gue ya. Mungkin akan berbeda sensasi jika naik untanya hanya di kawasan zoo.
Kalau mau melihat Mini Zoo juga ada. Mini Zoonya terkesan maksa. Ga ada apa apanya. Cuma kandang kecil berisi dua ekor unta. Peserta tour bisa memberi makan unta dengan menaruh makanan di ujung mulut. Nanti si unta langsung ngambil makanan pakai mulutnya juga. Ya kalau mau merasakan ciuman dengan unta sih boleh dicoba. Hahaha.

Nah, keseruan tour hari itu pun semakin sempurna, setelah dalam perjalanan pulang bus melewati kembali jalanan yang terjal tadi. Gue duduk dengan posisi jendela pas menghadap jurang. Seram seram menakjubkan. Dan tak jarang supir bus membunyikan klakson yang sontak membuat gue bergidik. Layaknya himbauan pasang sabuk pengaman di pesawat, bunyi klakson ini seperti mengisyaratkan puncak high risk dari semua ruas jalan yang dilewati. Salah dikit aja, boomsss deh ke bawah. Badan bus ke tepian jurang cuma sejauh pengaman besi saja. Lebih jelas bisa lihat video di akhir tulisan ini.

Konon supir bus yang mengendara di jalanan ini harus memegang driver license khusus. Jadi Supir bus biasa tidak diperbolehkan katanya. Artinya hanya driver handal yang sudah menghapal benar medan jalan. Kapan dan dimana harus membunyikan klakson sebagai tanda isyarat agar tidak berpapasan dengan mobil lain.
Sebagai orang yang phobia naik bus di jalanan tinggi seperti ini, gue nekat aja melihat ke bawah. Cakep banget soalnya. Kalau melihat hasil video/foto, masih kalah indah dibanding melihat langsung. Feelnya dapat banget. Coba direkam pake drone, pasti kece maksimal.
Tapi begitu sampai di kawasan viewpoint Mirador Degollada de Las Yeguas, semua ketakutan dan desisan tertahan di bus terbayar sudah. Berdasarkan info si guide, tebing dan jurang di kawasan Yeguas ini lumayan mirip dengan tebing batu di Gran Canyon US, makanya sampai diberi julukan “Gran Canyonnya Canaria”. Mereka ini sepertinya suka banget deh memiripkan wilayahnya dengan wisata terkenal lain. Hahahaha.

Sebagai pemupuk mimpi akan keindahan Gran Canyon di Amerika sono, lumayan berpengaruh juga ke gue. Ibarat menyantap appetizer sebelum maincourse. Anggap saja latihan mata dan mental. Kali aja rejeki bisa ke Arizona (…..tuh sampai di bold), jadi uda ga kalap sampai selfie gaya alay di ujung tebing dan cussss terbang ke bawah. Langsung byeeeee deh.


Konon bentukan jurang di kawasan Yeguas merupakan hasil muntahan lava sekitar duabelas juta tahun yang silam. Tepatnya dari tumpahan lava puncak gunung Amurga.

Sepanjang mata memandang, semuanya tebing dan jurang. Tapi kece dan magis. Percaya deh. Kalau melihat langsung pasti takjub. Serasa berada di lengkungan bumi di planet susulan.
Bahkan hingga perjalanan menuju pulang, view yang dilihat sukses membuat mata melek. Sampai sampai view sebuah
Salam dari Swedia.
“Semua foto merupakan dokumentasi ajheris.com”
Ahhhh kereeeennnnnnn. Jadi pengen kesana.
LikeLiked by 1 person
Iya. Rekomen kok menurut aku 👍👍
LikeLike
duuuhh kak… foto2nya keren banget siihh kak jadi mupeng!
LikeLiked by 1 person
Makasih Rie. Masih byk belajar kok. 😊
LikeLike
Aku pernah naik onta waktu diragunan ka dan rasanya ngeri pas jln gujlak2 gitu krn tinggi bgt, dan kapok., wkwkwk
LikeLike
Mungkin keseimbangannya ga diperhatikan banget Fa. Duduknya kiri kanan ga? atau dikasih karung pasir? lumayan pengaruh kalau dikasih itu. kalau sendiri gitu langsung di atas punggung unta kayanya memang wow goyangnya😂
LikeLike
Cuma ada bangkunya aja ka gak ada karung pasirnya,jadi pas si onta jalan ya geol geol gitu,ngerii hahahahahaha
LikeLiked by 1 person
hahaha😂😂😂geol geol
LikeLiked by 1 person
Waw…Fotonya cakep – cakep.
Beuuh, video lagi dibis itu kece – kece nyeri gitu ya mba Helen, emang udah sewajarnya kalo drivernya harus yang handal tulen…
Kayaknya naik onta seruu ya…
LikeLike
iya ngeri ngeri sedap hahahah. menurutku naik unta seru Gus apalagi di alam kaya gini
LikeLiked by 1 person
Kerenn yaa….
LikeLiked by 1 person
iyessss keren dan indah👍
LikeLike
Wah, keren banget di Gran Canaria ternyata ada pegunungan yang pemandangannya keren gitu ya! Padahal selama ini aku asosiasikan dengan pantai dan gurun aja, haha 😆 .
Dan “lucu” juga penumpang untanya duduk di sebelah kiri dan kanannya unta. Jadi penasaran, jadi jumlah pesertanya harus genap ya? Kalau ganjil berarti ada setidaknya 1 unta yang cuma mengangkut 1 orang either di sisi kiri atau kanan? Kan gak imbang, hahahaha 😆
LikeLike
Tenang Ko. mereka bisa atur semua hahaha. Satu orang juga bisa. tapi duduk di atas punggung unta. Cuma pelana tetap dipasang. Kiri kanan bangku dikasih karung pasir. Jd semua tergantung berapa orang yang dibawa untanya. Mereka sudah tau gimana membuat agar lebih seimbang😂
LikeLike