Selayang Pandang tentang Canary Island sudah ada di tulisan gue sebelumnya. Kali ini gue akan menulis sedikit lebih detail tentang salah satu tempat yang gue dan suami singgahi di Canary Island.
Kami berangkat ke Canary Island pada tanggal 5 April 2017. Membooking tiket, hotel dan pesawat melalui Ving, travel company yang melayani jasa holiday ke Canary Island.
Melalui travel company inilah kami bisa terbang tanpa harus jauh jauh ke Arlanda Stockholm. Cukup ke bandara udara terdekat di kota Borlange Dalarna.

Dengan bantuan teman baik suami yang bersedia mengantar kami ke bandara, kami berangkat menjelang siang dan masih sempat lunch di kota Borlange. Setibanya di bandara, tidak pake lama kami langsung check in.
Sambil menunggu boarding, gue melihat semua orang di cafe bandara dipastikan warga Swedia. Dan rasa rasanya pun dipastikan lagi mereka memang hendak liburan.
Atmosfir “Welcome Holiday” sudah sangat berasa. Orang Swedia yang gue kenal sebagai penggila kopi pun nyaris lupa kalau kopi adalah minuman kegemaran mereka. Sepertinya awal perjalanan liburan ini bagi mereka lebih cocok dimulai dengan sebotol bir. Jadi semua meja penuh dengan bir. Kelihatan sekali senang senangnya. Skål!

Tepat pukul 15.30 waktu Swedia pesawat take off. Oh God!
Betapa perut gue kram selama penerbangan. Yang tiba tiba kena migranlah, sendi sendi kok kayanya ngilu, diajak ngomong suami marah, maunya diam aja menikmati stress. Aneh banget. Dikit dikit melihat jam tangan. Trus ngomong dalam hati “ngapai harus ke Canary Island sih ampe terbang 5 jam lebih gini”.
Sampai makan pun ga selera. Pokoknya benar benar depresi. Ampe mau nangis setiap turbelensi dan peringatan lampu sabuk pengaman. Sekalipun disebut turbelensi adalah hal yang wajar di dunia penerbangan, tetap aja ga ngaruh dan malah memicu syndrom gue. Cuma lagi lagi gue mikir “tenang, kan gue mau senang senang. Paling ga sejenak bisa melupakan timbunan setrikaan dan tang ting tung sendok kuali di dapur”.
Kami tiba di Las Palmas Airport sekitar pukul 20.30 waktu setempat. Swedia beda satu jam lebih awal. Cuaca masih lumayan terang. Begitu bagasi beres, kami langsung bertemu perwakilan dari Ving. Langsung cek nama dan hotel, beliau pun menunjuk bus yang kami harus naiki.
Driver busnya agak nyebelin. Ga ada manis manisnya. Ngomongnya sedikit galak. Apa memang karakternya begitu kurang tau juga. Yang jelas namanya penumpang tetap aja kurang nyaman. Mana mood gue masih berantakan pula. Dan benar saja, nyetirnya kencang banget. Ampe suami gue yang jarang complain itu pun sedikit pasang muka bete.
Berhubung makanan di pesawat ga gue sentuh sama sekali, jelas dong gue lapar. Sesampainya di hotel kami langsung berinisiatif mencari makan. Dan ternyata cafe restoran masih banyak yang buka. Rata rata sampai pukul 12 malam. Kami masuk ke sebuah restoran bernuansa Brazil. Dan malam itu pun titik awal kami menikmati liburan di Canary Island. Yipiiii!

Dari tujuh atau delapan pulau besar yang dimiliki Canary Island, kami memilih Gran Canaria sebagai salah satu pulau terbesar di Canary Island setelah Tenerife. Di pulau Gran Canaria inilah terdapat kota Las Palmas yang sekaligus menjadi satu dari dua ibukota yang dimiliki kepulauan Kanaria (Canary Island).
Sebagai ibukota Canary Island tentu saja pembangunan infrastruktur lumayan berpusat di Gran Canaria terutama di kota Las Palmas. Mulai dari jalanan yang oke, penataan kota yang indah, hotel dan cafe restoran dimana mana, hingga shopping center.
Selain Las Palmas dan Puerto Rico, Playa Del Ingles adalah salah satu resort yang menjadi pusat tujuan wisata di Gran Canaria. Playa Del Ingles sendiri termasuk dalam wilayah kota Maspalomas. Pantainya indah karena memiliki bibir pantai yang luas. Bangunan hotel sangat banyak berjejer rapi di kawasan ini. Dan lokasinya rata rata tidak begitu jauh dari pantai.
Berjalan di sekitar tepian pantai jangan kaget jika melihat banyak wisatawan yang berlalu lalang dan tiduran tanpa mengenakan pakaian alias naked. Cuma kawasan pantai memang dibagi dua kelompok. Yang satu untuk kalangan Nudis dan satunya lagi Non Nudis.
Terus terang gue risih sih. Jangankan gue, suami gue yang notabene bule pun lumayan risih. Apalagi ada beberapa wisatawan yang tetap naked dan memilih tempat berjemur di kawasan Non Nudis (campur dengan anak anak).

Playa Del Ingles juga memiliki kawasan Gurun Pasir ala ala Sahara yang lumayan luas dan merupakan cagar nature yang dilindungi oleh pemerintah setempat.
Gurun pasir di sekitar pantai kawasan Playal Del Ingles ini masih bersatu langsung dengan bibir pantainya. Sehingga pemandangan dari gurun pasir terlihat seperti tiga dimensi. Di satu sisi hanya terlihat hamparan gundukan bukit pasir, di sisi lain bisa juga melihat gurun sekaligus laut bahkan bangunan bangunan di sekitar. Eksotik sekali.

Gue senang banget melihat gurun pasir ini. Terpersona tepatnya. Ternyata berjalan di atas gurun itu sangat melelahkan. Kebayang kan melangkah di atas gundukan pasir tebal dan kering.
Apalagi kalau gurunnya berbentuk bukit dan menanjak gitu, mau naik rasanya ga nyampe nyampe karena kaki serasa terdorong ke belakang di bawa pasir. Capek banget. Semakin ke atas semakin berasa anginnya. Alamat pasir kena ke muka dan badan.
Tapi gue ga peduli bangetlah urusan yang begini mah. Mau kena pasir apa ga yang penting hati gue senang berada di tempat yang selama ini cuma bisa gue lihat di tipi tipi. Jadi ingat istilah kaum musafir di tengah gurun. Yang jelas berada di gurun pasir yang gundukannya paling tinggi rasanya excited banget.
Jika memasuki kawasan gurun dari tepian pantai banyak terlihat gundukan rumput yang lagi lagi kaum Nudis berjemur diantara semak rumput ini. Bahkan sepertinya mereka memilih masuk ke tengah tumpukan rumput dan tiduran di sana. Lebih privacy juga sih. Ide yang bagus. Hahaha.

Selain dari bibir pantai, gurun pasir juga bisa dilihat dari kawasan Sahara Club. Semacam pedestrian di ketinggian gitu. Aksesnya bisa dinaiki melalui anak tangga yang terdapat di sekitar kawasan Shopping center Anexo II.

Menikmati pagi dan sore di jalanan ini lumayan asik. Bangunan bangunan di sekitarnya pun lumayan kece. Gue kurang tau pasti apakah berbagai bangunan di sisi jalan merupakan rumah atau penginapan.
Bunga, kaktus, pohon palma, menjadi pelengkap keindahan kiri kanan jalan. Dan puncaknya tentu saja hamparan gurun pasir yang bisa dilihat dari ketinggian. Melihat kepala manusia ibarat titik titik hitam yang bergerak berjalan.
Selain itu kawasan Shopping Center Anexo II sepertinya menjadi pusat hang out di Playa Del Ingles. Cafe, bar dan restoran berjejer di sini. Berada pas di bibir pantai.



Mau cari souvenir juga ga perlu pindah ke lain tempat lagi. Banyak yang jual. Ada satu hal yang menarik perhatian gue. Karena banyak sekali souvenir di Playa Del Ingles berbentuk Tokek (kadal raksasa) atau pernak pernik yang pasti ada tokeknya. Mulai dari mug, tempat lilin, bingkai foto, piring, hingga handuk.
Sangkin penasarannya gue nanya dong ke pegawai toko. Ternyata menurut beliau, Gran Canaria memiliki populasi tokek yang sangat banyak. Bahkan bisa dilihat di tumpukan rumput di tepi pantai tempat kaum Nudis jemuran. Tapi setiap kami ke pantai ga pernah tuh nemuin tokek. Bahkan sengaja menilik ke tumpukan rumput (menilik pas ga ada orang jemuran ya..hahaha), dan tetap aja tokeknya ga keliatan.


Dan satu lagi yang tak kalah membuat gue heran campur ketawa, souvenir dalam bentuk alat kelamin pria juga banyak banget. Kalau ini malas nanyanya kenapa. Hahaha.
Mungkin karena daerah pantai ya. Dan banyaknya kaum Nudis yang tanpa pakaian berjemur di sekitar pantainya. Tapi jadi lucu ngelihatnya. Motif dan warnanya beraneka ragam.
Oh iya, berhubung massage di Swedia lumayan mahal, jadi gue ga menyia-nyiakan massage di sini (walaupun massage kaki doang sih). Cuma 10 Euro per duapuluh menit. Ga pake appointment pula. Sangkin maruknya tiga hari berturut turut gue mijet.
Bahkan pas gue datang pertama kali, mereka lagi sibuk banget dan bilang tidak bisa melayani gue. Ehhh pas gue belum jauh ninggalin mereka, gue dipanggil lagi dong. Ternyata ya mak……mereka nelpon karyawan yang kebetulan ga tugas hari itu. Tempo 15 menit nyampe tau. Di Swedia tepatnya di Mora, impossible kuadrat rasanya bisa kaya gini. Hahahha.
Kawasan di sekitar Anexo II lumayan setiap hari kami datangi. Kebetulan pas di sebelah hotel. Bahkan dua hari sebelum balik ke Swedia kami memutuskan hanya menghabiskan waktu di sekitar Anexo II. Berjemur di pantai, makan, minum fresh juice. Gue puas puasin deh. Secara di Mora mana ada jual fresh juice.
Sebenarnya ada beberapa shopping center di Playa Del Ingles. Tapi menurut gue sih kurang menarik. Semua tempat belanja di sini dinamai Shopping Center sekalipun cuma terdiri dari bebeberapa toko. Apalagi Playa Del Ingles memang orientasinya hiburan pantai ya. Jadi wajar Anexo II lebih ramai dikunjungi. Karena multi fungsi.
Salam dari Swedia.
“Semua foto di dalam tulisan ini merupakan dokumentasi pribadi ajheris”
Keren bangeeet mbak… jadi ingin kesana juga…
LikeLike
Iya Ri, boleh dicoba liburan ke sini. Bagus
LikeLike
Luas bgt ya dan bny palem jg
LikeLike
Maksudnya gurunnya? iya lumayan luas non. Palem banyak mky ibukotanya las palmas. krn byk palmanya
LikeLike
Indahnyaa….
LikeLike