Sewaktu kecil gue suka banget nonton kartun kartun yang diangkat dari karya tulisan Hans Christian Andersen (HC Andersen). Pangeran Katak, Si Itik Buruk Rupa, Raja Tanpa Pakaian, Swans, ahhh masih banyaklah. Ga inget semua. Berkat kartun kartun si bapak inilah menjelang sore gue selalu duduk manis mantengin TVRI.
Namanya juga anak kecil, sehabis nonton (apalagi kalau ada pangerannya) uda ngerti aja genit genitan. Ngebayangin diri sendiri pake baju ala ala princes. Trus kalau ceritanya sedih pasti tiba tiba pengen nangis. Hahaha.
Tapi waktu itu terbayang pun tidak jika gue bakalan berkunjung ke kota kelahiran si bapak yang konon memiliki perawakan jangkung ini. Apalagi nginjakin kaki di rumahnya. Di negara mana dia tinggal pun gue ga tau. Sosoknya kaya apa juga ga tau.
Gue lumayan menyukai trip ke rumah tokoh tokoh terkenal dunia. Meskipun ga harus idola gue. Buat gue rumah tokoh terkenal yang memiliki nilai history jauh lebih touching. Makanya ketika gue dan suami memutuskan berlibur ke Denmark dua tahun lalu, gue uda wanti wanti ke suami. Pokoknya harus ke Odense kota kelahiran sekaligus tempat museum Andersen dibangun. Sayangnya kami tiba uda agak sorean karena kelamaan di Legoland.



Di Odense inilah berdiri museum H.C. Andersen dengan tampilan arsitek yang terbuat dari kaca dan memiliki taman asri yang lumayan luas. Mulai dari pohon rindang, bunga bunga, kolam buatan hingga bangunan mirip istana pun ada.

Seperti museum kebanyakan, museum Hans Christian Andersen berisi barang barang peninggalan beliau. Mulai dari buku tua yang berisi tulisan tangan Andersen, pena aslinya, benda kenangan yang diterima Andersen dari kolega dan kaum bangsawan, perlengkapan perabotan rumah sewaktu beliau tinggal di sebuah apartemen di Kopenhagen, pakaian dan sepatu, lukisan wajah beliau, bahkan sampai ukuran telapak kaki Andersen pun sengaja dibuat yang konon menjadi salah satu keunikan bagian tubuhnya. Telapak kaki yang lumayan panjang. Dan ketika gue berdiri di atasnya, benar saja. Ukuran telapak kaki gue cuma setengah ukurannya.




Sedangkan di ruangan lain kami bisa melihat patung tokoh tokoh karya tulisan Hans Christian Andersen. Seperti swans, raja tak berpakaian, dan lain lain. Selain itu ada perpustakaan juga. Lumayan luas dan bersih.
Nah…., yang membuat museum ini menjadi lebih menarik adalah karena conecting ke sebuah bangunan rumah berwarna kuning. Bangunan yang tidak lain merupakan rumah tempat kelahiran Hans Christian Andersen.
Huaaaaa……rumah Andersen ada di depan mata gue! tokoh yang karyanya selalu gue tonton sewaktu kecil. Terharu!
Sebuah bangunan yang tidak terlalu besar. Rumah yang seketika menyentuh hati gue. Rumah yang sepertinya menyimpan cerita sedih. Cerita sedih tentang apa gue juga ga tau. Merasa gitu aja. Langsung terbayang wajah Andersen yang terkesan kurang ceria itu.


Rumah tempat dimana Andersen lahir ini bukanlah rumah orang tuanya. Waktu itu orang tua Andersen hanya menumpang di rumah sang nenek. Ada meja kayu kecil dengan dua buah kursi. Sampai tempat tidur beliau juga masih ada. Tidak banyak barang di dalamnya. Sederhana banget.
You know what, pas berada di bekas kamar Andersen dan melihat tempat tidurnya, ya ampun……..! sampai ga percaya kalau gue berada di kamar seorang tokoh legendaris. Jadi beneran nih gue berdiri di kamar seorang H.C. Andersen? Huhuhuhu…pengen nangis.
Konon Andersen hanya sampai berumur dua tahun tinggal di rumah sang nenek. Hingga akhirnya mereka pindah ke rumah sendiri. Namun lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah kelahirannya. Di rumah inilah Andersen menghabiskan masa kecilnya. Kalau tidak salah di usia 14 tahun Andersen memutuskan hijrah ke Kopenhagen.


Rumah kediaman mereka ini jauh lebih kecil dibanding rumah sang nenek. Beberapa benda kayu tersusun rapi di atas sebuah meja. Benda benda yang digunakan untuk membuat sepatu. Iya, ayah Andersen adalah seorang tukang sepatu di jaman itu. Entah kenapalah pokoknya gue cengeng banget terbawa suana di dalam. Langsung terbayang kehidupan mereka di masa itu. Ihhh beginilah rasanya kalau memasuki rumah idola ya.
Sayang sepertinya kartun kartun yang diangkat dari tulisan beliau, sudah tidak musim lagi di jaman sekarang. Uda dilibas dengan kartun kartun Jepang.


Ohya, tepat di depan rumah kelahiran Andersen ada sebuah restoran bernama Under Lindetraeet. Awalnya gue pikir hanya sebuah cafe biasa. Ternyata pas suami membaca keterangan di dinding luar restoran, Under Lindetraeet merupakan restoran tua yang memberikan layanan makan untuk sebuah fine dining.

Dalamnya bertolak belakang dengan tampilan luar yang sederhana. Begitu masuk langsung disambut ruangan klasik kuno dan mostly berisi barang antik. Mejanya ditata apik. Menunya enak terutama main coursenya. Sttttt….ada daging bebek. Mantap!
Paling yang kurang cocok di lidah gue adalah apptizernya. Agak sedikit aneh. Ga jelas gitu rasa apa. Penampilan sih okeh.
Berhubung kami tidak merencanakan sebelumnya akan makan malam cantik di restoran ini, sepertinya hanya kami berdua pasangan yang berpakaian gembel dibanding pengunjung lain yang sedikit formil. Tapi sebodo amatlah. Penting makan enak. Ya ga! Hahaha.

Selesai makan kami memutuskan menikmati dessert di luar restoran. Kapan lagi ngemil dessert kaya gini, pas di depan rumah seorang H.C.Andersen. Betul tak? *Langsung halusinasi melihat Andersen berdiri di depan pintu rumahnya* Haha..
Dari buku menu bisa dibaca jika untuk bangunan restoran sudah berdiri sejak tahun 1771. Uda tuek bingits. Dan mampu menampung hingga 50 orang. Selain rumah kelahiran H.C. Andersen, di sebelah restoran juga terdapat sebuah toko souvenir yang menjual pernak pernik sang penulis. Dan ternyata restoran Under Lindettraeet ini pun termasuk sebagai salah satu iconic souvenir khas Odense Denmark loh.

Ada hal lain yang tak kalah menarik perhatian gue ketika melihat berbagai bangunan rumah di sekitar museum H.C. Andersen. Rumah rumah dengan aneka warna. Tidak ada halaman dan langsung nempel ke jalanan komplek. Rumahnya pendek pendek. Dan gue suka banget melihat barisan pohon mawar yang rata rata tumbuh subur di depan rumah warga. Padahal numbuhnya di tanah yang cuma seupil. Selebihnya hanya lapisan batu.




Demark tidak hanya memiliki wisata kota Kopenhagen. Ada kota lain seperti Aarhus dan Billund (kota asal Legoland yang terkenal itu). Dan jika berlibur ke Denmark rasanya sayang untuk tidak singgah ke kota Odense. Kurang afdol rasanya kalau cuma melihat patung Andersen di Kopenhagen doang. Dari Kopenhagen ke Odense tidak terlalu jauh kok. Demikian juga ke Aarhus. Semoga tulisan gue ini bermanfaat ya pemirsah.
See you in my next story
Salam dari Mora,
Dalarna Swedia.
“Semua photo hanya menggunakan Handphone”
restauran nya lama ya kak dari tahun 1771, mantap
LikeLike
Iya win uda lama bgt
LikeLike
Suka banget sama H.C Anderson ka sampe sekarang masih suka nonton,dan rumah di area itu bener2 spt dlm film kartun nya yang aku suka nonton dulu ya..bagus bgt
LikeLike
Iya Fa. Tar kalao uda di Swedia, dirimu bisa berkunjung ke rumah dia ini. Amin ya
LikeLiked by 1 person
Amin ka 🙏😍😘
LikeLike
baca tulisanmu seperti sdh berada di sana
2 jempol buat helena..
LikeLike
Makasihhh Rifa😘
LikeLike