Musim gugur sudah terpajang di depan mata. Suhu sudah mulai dingin. Rata rata berkisar 10 derajat celcius. Hari ini sudah mencapai 7 derajat celcius malah. Meskipun seminggu ini hujan dan mendung terus tak tertutup kemungkinan cuaca kembali cerah. Namun yang namanya sentuhan dingin sudah tak terelakkan lagi. Sudah mulai berasa. Kuantitas membuat perapian di rumah pun sudah mulai meningkat belakangan ini.
Selain itu, daun pohon birches di sekitar rumah sudah mulai menguning. Bahkan sudah terlihat sedikit berguguran, meskipun belum banyak. Ya ampun…rasanya baru aja kemaren sore nungguin salju menghilang, summernya uda main berlalu aja.
Cara ampuh untuk membuang suntuk akan pergantian musim adalah lebih aktif memotret. Itu yang gue lakukan. Salah satunya ya memotret jamur!
Yup, menjelang hingga pertengahan bulan September, berbagai jenis jamur bermunculan subur di sekitar tempat tinggal gue. Tak hanya di forest tapi juga di sekitar halaman rumah maupun lahan kosong. Jamur jamur biasanya bermunculan dari sela rumput.
Kenapa gue harus memotret jamur? apa istimewanya? Hmmm…setidaknya buat gue sih istimewa. Mungkin bagi yang terbiasa benar benar membaca blog ini, sudah tidak asing kalau di setiap cerita gue sering menyinggung hal hal yang berbau dongeng di masa kecil. Iya…gue memang penyuka cerita dongeng klasik. Jamur jamur yang mengingatkan gue akan cerita dongeng.
Gue lupa kapan tepatnya terakhir kali melihat jamur tumbuh secara liar di Indonesia. Sepertinya sewaktu gue masih duduk di bangku SD atau SMP. Uda lama banget. Yang gue ingat jamur yang sering gue lihat dulu adalah jenis jamur berukuran kecil, berbatang kurus, berwarna kecoklatan dan yang pasti ada payungnya.


Dulu gue suka menyentuh jamur pakai kaki. Dan begitu tercabut rasanya suka aja. Mungkin karena gampang tercabut itulah yang bikin gue senang. Hahaha.

Nah gue juga ga ngerti, semakin hari jamur jamur semakin jarang bahkan nyaris tak pernah terlihat lagi. Sejak mendengar jamur bisa dimakan dan mulai dikembang biakkan secara profesional, sepertinya jamur jamur liar nyaris tidak pernah gue lihat lagi.

Dulu semasa kecil kalau menonton kartun atau membaca buku cerita yang ada rumah rumah jamur, rasanya langsung imajinasi tinggi. Trus suka mikir jamurnya kenapa bisa imut gitu ya. Kok bisa montok. Kok cantik banget?

Ternyata dan ternyata emang beneran ada jamur jamur kayak gitu. Batang payungnya mirip banget dengan cerita dongeng. Montok montok. Hahaha.
Dan itu semua bisa gue lihat menjelang sampai musim gugur tiba. Pokoknya kalau jamur jamur sudah mulai bermuculan tanda tanda musim gugur sudah di depan matalah.
Bentuk, corak, ukuran dan warna jamur jamur ini pun bervariasi. Ada yang kecil, besar, hingga besarrrrrrr banget melebihi telapak tangan. Kadang suka geli kalau melihat yang terlalu besar. Warnanya pun macam macam. Ada yang ngejreng dan cenderung gelap. Jamur jamur ini kebanyakan mengalami perubahan warna setelah membesar dan kemudian rusak.
Sepenglihatan gue mereka seperti mengalami metamorfosis. Dari yang mungil, melebar dan semakin melebar, kemudian retak. Ketika mulai rusak pun bentuknya unik unik. Ada yang cenderung aneh dan menyeramkan tapi ada juga yang malah terlihat cantik.
Sepertinya kerusakan jamur jamur ini kebanyakan diawali karena gigitan binatang kecil di hutan. Entah itu tupai, serangga atau apalah gue kurang tau. Bekas gigitannya jelas terlihat. Kalau gigitan serangga sepertinya membentuk bulatan totol polkadot. Ini masih menurut penglihatan gue sih. Pastinya gue kurang tau juga. Gigitan yang meninggalkan bekas klasik berbentuk totol putih polkadot pada tubuh jamur yang sepertinya menjadi iconic di setiap souvenir maupun dalam cerita komik dan animasi Smurf.

Dari sekian jamur yang ada, ada satu jenis jamur yang paling gue tunggu. Dan sepertinya ini adalah jamur yang paling terkenal karena kecantikan warna maupun coraknya. Sangat mirip dan familiar dengan simbol jamur di smartphone dan kartun. Namanya Amanita Muscaria.

Meskipun tergolong jamur beracun, pengguna hestek jamur ini lumayan banyak di instagram dan menjadikannya sebagai objek photograpy. Bahkan tak sedikit yang secara langsung memegang di tangan. Info Wikipedia, racun pada Amanita Muscaria masih sangat langka untuk bisa menyebabkan kematian seseorang. Tapi kalau gue dan suami emang ga berani menyentuh secara langsung.

Warna Amanita muscaria juga bervariasi. Ada yang merah menyala, merah muda, kuning kecoklatan bahkan kuning orange. Kalau pas ada totol besarnya, ya ampun mirip banget dengan rumah jamur dalam cerita dongeng. Hahahha. Gemyesssss!
Dibanding jamur lain, pertumbuhan Amanita Muscaria ini menurut gue lumayan cepat. Apalagi kalau cuaca lembab. Misalnya hari ini bagian payung jamur masih terlihat menguncup dan batangnya juga masih terlihat di dalam tanah, ehhh besoknya tiba tiba udah melebar kayak kerupuk opak dengan batang yang jelas terlihat. Suka amazing ngelihatnya.
Di sini gue melampirkan beberapa foto jamur yang gue bidik beberapa hari yang lalu. Selamat berkenalan dengan jamur jamur gue yak! Oh iya, cerita jamur ini bisa dilihat dan sudah tayang di NetTV
Video lengkap penampakan jamur jamur ini, bisa ditonton di channel youtube saya. Silahkan klik link di bawah ini ya.