Kjeåsen, Riwayatmu Dulu

“Ini adalah tulisan yang sangat menyentuh gue. Tulisan yang gue tulis pakai hati dan niat. Entah mengapa tempat yang gue kunjungi beberapa waktu lalu, mampu menggiring emosi. Akal sehat gue agak sulit membayangkan ada manusia manusia kuat yang harus hidup terisolasi padahal mereka bukanlah suku primitif. Sengaja gue memilih beberapa video dari Youtube agar yang rela membaca tulisan ini bisa lebih mudah memahami gambaran nyata sebuah tempat yang akan gue ceritakan. Selamat membaca”

*******************************

Suatu malam gue dan suami secara tak sengaja menonton sebuah acara televisi. Sayangnya acara itu sudah tayang beberapa menit sebelumnya. Liputannya mirip tayangan dokumenter di National Geographic or Discovery Channel. Dan seperti biasa gue termasuk orang yang menyukai acara televisi sejenis ini.

Kurang lebih bercerita tentang  seorang pria tua dan anak lelakinya yang tetap bertahan dan memilih hidup di Farm Mountain yang sepi, jauh dari keramaian dan kehidupan sosial. Cenderung terisolasi.

Keseharian hidup mereka bisa dibilang sedikit tidak wajar. Apalagi jika dibandingkan dengan kehidupan serba canggih di zaman sekarang. Di sebuah negara yang notabene dikenal bukan negara kere pula. Norwegia!

Tidak ada akses jalan dan transportasi. Nihil listrik! bahkan kalau tidak salah air ledeng pun tidak ada. Menurut mereka, memilih tetap bertahan di farm mountain yang terisolasi seperti itu, tak lain karena mereka lahir dan besar di sana. Tidak ada alasan untuk tidak tetap tinggal. “This farm is the only one of the most beautiful” ujar si bapak tua itu.

Melihat si bapak tua tadi berjalan tertatih saja sudah membuat gue miris. Bagaimana kalau mendadak sakit? Punya telepon ga? Di liputan itu kurang detail dijelaskan. Kalau sesekali sih mungkin masih bisa ditolerir ya. Seperti summer house di Swedia misalnya, masih banyak pemilik yang memang dengan sengaja tidak menyediakan fasilitas listrik dan air, tapi akses jalan sih sudah okeh. Lah ini? Seumur hidup menjalani keseharian tanpa fasilitas vital. Belum lagi akses kendaraan menuju kediamaan mereka ini susah sekali.

Sampai sekarang sepertinya masih ada beberapa kawasan farm mountain di Norwegia yang cenderung terisolasi. Dan itu tetap dihuni. Namun memilih bertahan untuk tetap menjalani kehidupan di tempat terisolasi seperti itu bagi beberapa kalangan dianggap unik dan luar biasa. Mendapat perhatian sudah pasti. Tak terkecuali oleh media televisi dan juga turis.

Berangkat dari tontonan itulah, rasa penasaran dan ingin tahu gue berkobar. Pengen banget melihat farm mountain langka seperti itu. Rasanya amazing aja kalau berhasil melihat langsung. Gue bilang amazing karena tempat tempat seperti itu sudah tidak banyak kan. Terkhusus di zaman modern ini. Ada nilai historinya pula.

Nah, akhirnya suami pun memberitahu gue kalau sebenarnya Norwegia mempunyai wisata farm mountain lumayan terkenal. Lengkap dengan cerita fantastisnya. Hah? Makin penasaran. Dan tanpa direncanakan sebelumnya, kami pun memutuskan untuk melakukan trip ke Norwegia. Coba….betapa sadisnya dampak acara tv itu. Hahaha.

Singkat cerita setelah beberapa hari menikmati wisata alam Norwegia akhirnya di hari terakhir kunjungan kami, perjalanan menuju kawasan pegunungan pun dimulai. Sebuah kawasan yang lumayan melegenda. Farm mountain berbalut cerita haru biru. Namanya Kjeåsen! (Bacanya kira kira seperti ini : Keosen)

IMG_8534.jpg
Kjeåsen

Sehari sebelumnya kami menginap di kawasan Eidfjord. Dari Eidfjord sampai ke perbatasan kaki gunung, kami butuh waktu tak sampai setengah jam. Dari jalan utama kami berhenti di sebuah jalanan kecil menuju puncak farm mountain.

Sejenak membaca jadwal kendaraan yang tertulis di sebuah plank. Ternyata rute jalan menuju Kjeåsen hanya bisa dilewati oleh satu kendaraan.

Bahkan beberapa ruas jalan kondisinya lumayan curam dan terjal. Sehingga demi menghindari pertemuan mobil dari arah yang berlawanan dan untuk menjaga keselamatan pengendara juga maka jadwal kendaraan pun diatur sedemikan.

Untuk kendaraan yang naik hanya diperbolehkan dalam hitungan persatu jam. Mulai pukul 9, 10, 11, 12, dan seterusnya hingga pukul lima sore. Sedangkan untuk kendaraan yang akan turun dihitung persetenga jam. Mulai pukul 9.30, 10.30, 11.30, 12.30, demikian seterusnya hingga pukul setengah enam sore.

Jadi semisal kita tiba dan hendak naik di luar jadwal yang sudah ditentukan, katakanlah pukul 10.30 misalnya, maka mau tidak mau ya harus menunggu. Demi menghindari kemungkinan bertemu dengan mobil yang turun.

Demikianlah pas menuju puncak Kjeåsen waktu menunjukkan pukul 9 pagi. Melewati jalanan yang walaupun sempit tapi masih lumayan nyaman untuk dilewati. Kiri kanan jalan banyak pohon, tebing gunung yang besar, juga landscape yang sesekali membuat terwow. Indah.

Sampai akhirnya kami memasuki sebuah terowongan tua. Terowongan dengan kondisi yang jauh berbeda dibanding terowongan yang biasa kami lewati. Selain suram dan gelap juga berasa creepy alias horor.

IMG_8529
Gue meminta suami menyalakan lampu mobil agar kondisi di dalam terowongan bisa dilihat. Jika tidak gelap gulita banget.

Mana terowongannya juga sangat panjang. Rasanya tidak habis habis kami berada di kegelapan. Kalau bukan karena lampu mobil, nyaris tak terlihat apa apa. Begitu keluar terowongan kami langsung memarkirkan mobil. Lumayan jauh dari mulut terowongan.

Dan cerita Kjeåsen pun dimulai…….

Di bawah jalan gue melihat jurang terjal. Rimbunnya pohon hijau serta derasnya suara air yang mengalir diantara bebatuan gunung. Suara yang meraja diantara sepinya alam Kjeåsen hari itu. Super Nature!

Dan dari celah ranting pohon yang rimbun, gue melihat sekelibat air yang sangat tenang. Spontan membuat mulut gue komat kamit ga jelas. Ada fjord di bawah!

IMG_8528.jpg

Kaki gue melangkah dan melangkah menyusuri jalanan lembab akibat salju yang belum lama mencair. Dan terlihatlah bangunan kayu super tua menyambut kedatangan kami. Huaaaaa….bangunan yang gue lihat menyebar di om google. Ada di depan mata!

So, inikah Kjeåsen yang melegenda itu?

Gue semakin terpesona setelah melihat pemandangan di bawah. Sebuah lukisan alam. Landscape fjord secara utuh dan jelas. Tuhan….indah sekali. Tenangnya aliran air fjord, bersanding dengan besarnya tebing gunung yang rasanya dekat sekali ke wajah gue. Hening banget. Syurgaaaaa!

Punya rumah dengan view seperti ini, kapan stressnya?…………….but wait…!

IMG_8532

IMG_8549
Fjord di sekitar Kjeåsen.

Sebelum melanjutkan, gue sarankan untuk menonton video dari Pål-Harald Uthus di bawah ini.

Agar kalian lebih mudah memahami bahwa bukan karena keindahan alamnya saja yang membuat Kjeåsen terkenal, melainkan cerita pilu yang membalut Kjeåsen. Iya…cerita pilu yang justru berasal dari beratnya medan sekitar.

Jika melihat video di atas setidaknya bisa dibayangkan bagaimana kerdilnya rumah rumah kayu renta itu diantara gagahnya gunung besar di sekelilingnya. Gunung dengan tebing curam, terjal dan cadas. Dataran tanah di sekitar farm mountain ini pun tidak terlalu luas dan langsung mengarah ke bibir tebing. Terpeleset sedikit alamat siap dimakan fjord yang super dalam.

Keindahan alam Kjeåsen tidaklah cukup memberi nilai sempurna ketika gue membaca history Kjeåsen yang jujur membuat gue teriba. Honestly sampai tulisan ini gue tulis, wajah Kjeåsen masih jelas berkelibat. Entah mengapa.

Kjeåsen bermula dari sebuah keluarga petani yang berjuang bertahan hidup. Dengan apa mereka mampu bertahan? Ya tentu saja dengan lahan pertanian. Pertanian yang tanahnya subur, asupan rumput yang banyak, ternak bisa makan sampai kenyang, sinar matahari cukup, bisa berburu hewan, bisa memancing ikan. Dan semuanya itu hanya ada di Kjeåsen.

IMG_8545.jpg

IMG_8536

Unik memang. Kjeåsen yang tidak begitu luas berdiri subur diantara dominannya tebing batu. Tapi sayang…….kekayaan alam di sekitar Kjeåsen harus dibayar mahal.

Wilayah yang mereka temukan tidak memiliki akses jalan sama sekali. Benar benar di atas gunung dengan medan yang kejam dan berbahaya. Satu satunya jalan menuju Kjeåsen hanyalah dengan memanjat tebing terjal. Mereka harus sempurna mendaki agar tidak terpeleset dan jatuh ke fjord.

IMG_8551.jpg
Foto ini menggambarkan perjalanan mulai dari tepian fjord hingga mendaki tebing batu

Melewati gunung batu yang terletak di atas Simadalsfjord, dengan ketinggian mencapai 600 meter di atas permukaan laut. Jika melihat langsung lokasi curamnya tebing gunung di Kjeåsen, rasanya sulit dicerna akal sehat ada kehidupan di situ.

Untuk lebih jelasnya bisa melihat dua buah video dari Visitedfjord di bawah. Di salah satu video terlihat titik titik putih yang sengaja dibuat oleh pemilik akun agar memudahkan penonton mengerti bagaimana curam dan ngerinya tebing yang sehari hari selalu dilalui keluarga petani Kjeåsen dulunya.

Mereka memasang tangga, tali, paku, bahkan batang pohon di atas permukaan tebing batu. Tujuannya agar mereka lebih mudah sekaligus aman berjalan, memanjat bahkan kadang berseluncur di atas tebing. Sedih 😦

IMG_8550
Agar bisa berjalan dengan mudah dan tidak tergelincir, mereka membuat tangga kayu, tali dan balok kayo di permukaan tebing batu

Dan yang membuat miris tralalala, rute itu mutlak adanya. No choice.

Sehari harinya harus melewati jalan angker. Untuk berapa lama? beratus ratus tahun. Sepanjang hidup mereka! 

Jadi bukan cuma sekali dua kali, layaknya kegiatan hiking. Kebayang kan. Gimana gue ga baper coba. Entahlah apa gue mahluk aneh yang tiba tiba cengeng ga jelas. Apalagi pas ngebaca historynya, gue berdiri langsung di tanah Kjeåsen. Yang wujud alamnya terlihat nyata di depan mata. Mungkin itu yang bikin feelnya langsung ngena.

IMG_8533.jpg

IMG_8553

Kjeåsen pertama sekali ditemukan sekitar tahun 1600. Dalam kondisi tidak berpenghuni. Kemudian mereka membangun rumah di atas gunung ini. Semua material bangunan seperti kayu, mereka bawa dari daratan bawah. And you know what? Bahan material itu mereka gendong di punggung atau dijinjing satu demi satu ke atas gunung. Satu satu loh!

Memanjat tebing sambil membawa beban berat. Akibatnya, untuk menyelesaikan satu bangunan rumah kayu, mereka butuh waktu hingga 30 tahun. Gilak!

“Many generations have carried all they need on their backs up to Kjeåsen. It took 30 years to build one of the houses. All the materials had to be carried up, plank by plank. The haviest load carried up to Kjeåsen is said to be 90 kilogram grindstone.” (Mengutip tulisan yang gue baca).

Bayangin, membawa Grindstone seberat 90 kilogram sambil mendaki tebing gunung. Sekalipun jalan tikus berbukit, selama tidak terjal masih lumayan aman. Lah ini jalanan jelas jelas mendaki terus. Gendongin beban berat pulak. Gimana ga sampai 30 tahun coba nyelesain rumahnya. Jadi masuk akal jika beberapa bangunan yang ada di Kjeåsen diselesaikan oleh generasi yang berbeda.

Konon lagi agar bisa memelihara ternak, mereka harus memulai dari ukuran baby. Agar ternak bisa digendong. Kalau sudah besar ya susah kan.

IMG_8543

IMG_8537.jpg
Kayu bangunan yang dulunya diangkut satu satu dipunggung mereka

Keluarga petani di Kjeåsen terdiri dari dua keluarga. Hidup terisolasi dari dunia luar. Diperkirakan selama beberapa generasi, ada 13 orang anak yang lahir di farm mountain ini. Setiap hari mereka harus berangkat ke sekolah melewati jalanan berbahaya. Naik turun tebing.

Dan sedihnya lagi, di saat winter anak anak harus berpisah dengan kedua orang tua mereka. Karena tebalnya salju yang menyelimuti tebing gunung. Tak baik untuk keselamatan mereka. Bayangkan saja, winter itu kan bisa sampai 6 bulan lebih. Selama bersekolah, setiap tahunnya ada beberapa masa dimana mereka harus berpisah dengan orang tua. Anak anak ini tinggal di rumah kerabat yang bermukim di kawasan Simadal, daratan di tepian Fjord.

IMG_8552
Peace!

Kepiluan ini berlangsung hingga tahun 1974. Sampai akhirnya sebuah perusahaan listrik Sima membangun akses jalan dan terowongan ke Kjeåsen demi kepentingan bisnis mereka. Jadi bukan karena menolong keluarga petani ini.

Bermula dari keberadaan akses jalan dan terowongan inilah, secara tidak langsung Era modern mulai memasuki Kjeåsen. Dan cerita Kjeåsen yang fantastis pun mulai terkuak ke publik. Mungkin ada yang tidak tau, jika di kawasan Kjeåsen ada kehidupan yang sudah berlangsung ratusan tahun lamanya.

Seiring waktu Kjeåsen mulai banyak diminati berbagai kalangan. Dan menempatkan Kjeåsen sebagai “The One of the Famous Visited Tourist Venues” in Simadals Hardanger Comunity.

Bermodalkan cerita pilunya, ditambah lagi keindahan alam yang mempesona, membuat Kjeåsen lumayan mudah menghipnotis orang orang untuk bertandang ke sana.

Hingga saat ini turis bisa bernostalgia melewati jalanan yang dulunya dilewati keluarga petani di Kjeåsen. Semua masih ada. Mulai tangga kayu, paku dan tali.

Gue sebenarnya pengen banget berjalan dan melihat langsung jalanan angker itu. Tapi manalah gue berani. Mungkin kalau sudah terbiasa hiking tidak ada masalah.

IMG_8538.jpg
Salah satu spot cantik di Kjeåsen

Sewaktu kami datang sepertinya belum high season. Karena rumah rumah di Kjeåsen pada tertutup. Sepertinya di saat real summer baru dibuka untuk turis. Hingga saat ini rumah petani Kjeåsen sudah tidak berpenghuni.

Ada satu rumah yang sepertinya dijadikan hunian summer house. Bertuliskan private di depannya. Mungkin masih memiliki pertalian.

IMG_8544.jpg
Eko Life

Tapi berdasarkan info yang ada, waktu yang paling tepat mengunjungi Kjeåsen adalah mulai bulan Mei/Juni hingga awal Oktober. Katanya cuaca sudah mulai dan bagus di bulan bulan tersebut. Alasan tepatnya sih menurut gue karena salju sudah tidak ada.

Senang rasanya bisa menambah pengalaman traveling seperti ini. Mengunjungi sebuah tempat yang penuh cerita sejarah. Tak heran jika bapak tua yang gue lihat di tv, pun nekat ga mau pindah dari farm mountainnya.

IMG_8611.jpg

IMG_8612.jpg
Standing in the land of Kjeåsen

Mungkin cerita masa lalu lebih kuat mengikat kehidupannya dibanding kehidupan modern. Toh ini hanya masalah niat. Niat besar bertahan hidup sekalipun dengan segala keterbatasan. Urusan listrik, air ledeng, akses jalan, internet, mungkin uda urusan taik kucing ama dia. Uda ga perlu.

Alam yang segar, bebas polusi, peace all the time,  green arround, jauh dari teror bom dan demonstrasi brutal, bahkan kalau ada perang, mungkin musuh tak tau kalau dia tinggal di situ. Hahahha.

Begitupun gue, meskipun terbawa perasaan pilu akan beratnya perjuangan hidup keluarga petani di Kjeåsen, belum tentu juga mereka dulunya sepilu hati gue. Kali aja semangat hidup yang mereka miliki mengalahkan semua lelah dan ancaman nyawa. Yang terpenting mereka berhasil kaya, bisa memiliki lahan pertanian yang subur. Itu ibarat emas kan.

IMG_8535

Jika kamu ke Norwegia, tak ada salahnya merasakan cerita dibalik Kjeåsen ini. Sesekali nikmatilah perjalanan liburan yang tidak melulu urusan gedung gedung bertingkat dan hiruk pikuk manusia. Liburan penuh history sambil menikmati magisnya alam di sekitar Simadalsfjord yang indah.

Untuk melihat akses jalan dan horornya terowongan yang dibangun di sekitar Kjeåsen, boleh klik video di bawah.

Salam dari

Swedia.

Perjalanan Iseng ke Norwegia

Lucu kalau mengingat kegilaan gue dan suami. Ceritanya dua minggu lalu, setelah menghabiskan weekend di Sälen, kami berniat akan pulang ke rumah. Sebelum pulang, rencananya kami pengen singgah melihat salah satu kawasan pegunungan di Sälen yang belum pernah kami kunjungi.

Namun di tengah perjalanan, entah mengapa tiba tiba suami ngomongin kunjungan gue pertama kali ke Swedia sekitar 3 tahun yang lalu. Waktu itu dia mengajak gue ke Sälen, sampai ke wilayah perbatasan antara Swedia dan Norwegia. Di depan tugu perbatasan, gue minta di foto.

Dan pas mau balik ke mobil, terjatuhlah gue diantara tumpukan salju yang tebal. Susah banget waktu itu berdiri. Uda mirip ikan aja, berenang tapi di tumpukan salju. Belum terbiasa. Dan ternyata suami gue ngerekam. Dan dia suka ngulang ngulang liatin video itu. Kocak katanya. Pokoknya ingat bangetlah dia dengan kejadian itu. Sayang videonya kehapus entah karena apa. Atau gue simpan di file mana lupa.

Nah, karena ngomongin kejadian itu, tiba tiba suami gue bilang, kenapa kita ga ngulang aja perjalanan pertama kali kamu ke Swedia. Kita ke perbatasan lagi dan langsung ke Norway. Hahaha dasar si gelo, ya hayuuuulah bang!!

IMG_0803

Dan tanpa rencana ba bi bu, kami cussss jalan ke Norway. Rencana melihat puncak gunung pun berubah seketika. Sampailah kami di perbatasan itu. Ihhhh…emang dia ya, paling jago menimbulkan momen haru. Gue pas berdiri di perbatasan itu lagi, beneran dong jadi ingat kejadian tiga tahun lalu. Ya ampun, ga berasa uda tiga tahun aja. Senang banget gue!

Dan kami pun melanjutkan perjalanan ke Norway, ke kota terdekat dari perbatasan. Sekalian makan siang. Dan lagi lagi, gue bilang ke suami, itu kan rumah yang dulu gue fotoin.

Gue masih ingat banget, tiga tahun lalu, ketika gue melihat tumpukan salju diantara rumah rumah kayu di Norway. Excited banget waktu itu. Mirip foto kalender. Tapi pas kemaren uda ga excited lagi. Hahhaha.

IMG_0761

IMG_0781.JPG

IMG_0764

IMG_0766.jpg

Berhubung hari Minggu, restoran pada tutup. Ketemu penjual donat. Mirip donat kampung. Polos gitu bentuknya ga macem macem. Rasanya enak dan lembut. Aroma butternya berasa. Empat donat dihargai sekitar 80 ribu rupiah. Padahal kecil.

Untungnya ada sebuah hotel yang menerima layanan makan siang. Kami memesen burger. Grrrr burgernya enak mak. Mungkin karena kami sudah lapar ya. Satu burger dikenakan harga 200 Nok kalau ga salah (sekitar 300 ribuanlah).

IMG_0776.jpg
Donatnya enak sih meskipun polos dan sederhana banget bentuknya.

IMG_1771
Burgernya juga enak, dagingnya segar dan lembut

IMG_0780.jpg

Perjalanan dari Sälen ke kota terdekat di Norway cuma satu jam. Deket banget sih. Makanya bisa jalan jalan ke luar negerinya tanpa rencana dan spontan gitu. Sorenya kami sudah nyampe rumah lagi. Gelokk emang. Modal pengen, langsung bisa ke luar negeri. Uda kaya Tangerang Jakarta aja. Berikut di bawah, beberapa foto yang berhasil gue ambil.

IMG_0770.jpg

IMG_0773.jpg

IMG_0771.jpg

IMG_0765

IMG_0772.jpg
Suka melihat batu besar penyanggah jembatan ini

Ternyata jalan jalan spontan tanpa rencana itu asik juga, apalagi seperti perjalanan napak tilas gini. Hitung hitung mengenang masa kemaren. Padahal belom lama juga sih. Hahahaha.

See You in my next story

Salam dari Mora

Dalarna, Swedia

Menjelajah Keindahan Bumi Norwegia!

Norwegia! Sudah pada tau kan negara Skandinavia yang satu ini. Meskipun tidak setenar  negara negara Eropa seperti Belanda, Jerman, Italy, Swiss, Perancis, Austria, atau beberapa negara anggota Schengen lainnya.

Norwegia adalah negara kerajaan yang memiliki  tingkat kemakmuran, harapan serta kualitas hidup yang tinggi. Sejak menemukan minyak dan gas alam puluhan tahun silam, Norwegia sontak meroket menjadi negara kaya.

Sebagai negara penghasil minyak dan gas alam terbesar di dunia setelah Timur Tengah, Norwegia selalu masuk dalam peringkat teratas/terbaik berbagai survey kesejahteraan dan kelangsungan hidup sebuah negara. Dengan hasil minyak dan gas alam yang melimpah, didukung tingkat kepadatan penduduk yang relatif rendah, menjadikan Norwegia bertumbuh menjadi sebuah negara yang tidak terlalu sulit mempertahankan income negara dari hasil kekayaan sumber alamnya.

Norwegia tidak begitu jauh dari tempat tinggal gue, jika mengendarai mobil, kurang lebih hanya 3 jam sudah sampai ke perbatasan terdekat. Buat gue, keindahan alam Norwegia luar biasa mempesona. Setidaknya untuk sebuah negara yang sudah pernah gue kunjungi. Tidak hanya indah, tapi juga bersih dan sangat nature. Dua tahun silam, gue dan suami berkunjung ke alam Norwegia yang dasyat itu. Tempat yang menjadi tujuan utama kami adalah Geirangerfjord dan Trollstigen.

FullSizeRender (19).jpg
Gue foto dari mobil.

Kami tiba di Norwegia melalui perbatasan Riksgräns Norge. Entah mengapa gue suka banget berada di perbatasan seperti ini. Seru! Gimana ga seru, kaki gue menginjak bumi diantara Dua Negara. Dua negara yang hanya dipisahkan sebuah tugu. Begeser sedikit saja, ibarat ngebalikin telapak tangan, huppp….gue nyampe di Norwegia!

Gue tidak menyia-nyiakan kesempatan bernarsis ria di perbatasan ini. Bagi gue berfoto di tempat unik seperti ini tidak boleh dilewatkan. Karena jarang jarang liburan harus melewati perbatasan. Biasanya kalau sudah terlalu jauh, pasti naik pesawat. Ternyata berfoto di tempat yang tidak terlalu biasa itu asik juga.

Setidaknya dibanding menara Eiffel yang sudah kemana mana fotonya. But eitsss tunggu dulu ya, bukan berarti gue ga ngimpi  berfoto di menara Eiffel, cuma untuk sekarang belum masuk list liburan gue. Haiyaaaaaa gayakkk! Naik pesawat aja takoottt!

img_0005
Di belakang gue Swedia dan di depan gue Norwegia.

Yang lebih seru lagi, sebagai bukti jika tugu perbatasan sangat nyata berfungsi, hanya dalam hitungan detik  ketika mobil meninggalkan perbatasan,  gue langsung kehilangan sinyal internet. Baru nyadar beneran, kalau gue sudah berada di bumi Norwegia. Padahal Swedia masih jelas terlihat di belakang gue. Jaraknya cuma hitungan langkah. Ahhh, buat gue itu pengalaman pertama yang seru banget!IMG_0006.JPGIMG_0401.JPGSepanjang perjalanan, gue sangat menikmati pemandangan alam Norwegia. Rugi kalau harus menutup mata. Biasanya gue lumayan cepat jenuh jika terlalu lama berada di dalam mobil dan gampang diserang kantuk. Perjalanan kali ini lumayan berbeda, sepanjang jalan gue sangat menikmati pemandangan yang kami lewati. Rumah rumah kayu khas Norwegia diantara lereng bukit yang hijau, air danau, gunung gunung yang masih diselimuti salju sekalipun saat itu sudah memasuki summer, peternakan biri biri lengkap dengan suara lonceng yang diikat di leher, kelompok sapi yang sedang memakan rumput, sempurna layaknya di film film. Damai banget rasanya.

img_0413
Ketika melewati hutan, mobil kami berpapasan dengan Reindeer ini. Di hutan sekitar tempat tinggal gue, tidak ada jenis rusa seperti ini. Excited melihat mereka bebas berkeliaran di pinggir danau sekitar hutan.
FullSizeRender (17).jpg
Kawanan domba di bukit kecil nan hijau. Suara bunyi lonceng dari leher mereka membuat gue meminta suami menghentikan mobil. Namanya Road Trip ya, apa saja yang menarik perhatian pasti kami akan berhenti. 
IMG_0007.JPG
Rumah rumah kayu di lereng bukit tepi danau. Ahhh sempurna seperti cerita dongeng.

Roros adalah kota pertama yang kami singgahi, langsung cari paket internet, gatal rasanya hidup tanpa internet sekalipun holiday. Lumayan ribet proses register kartunya, si pemilik toko pake minta paspor segala, untung gue bawa. Kami memutuskan  mengisi perut di sebuah restoran Thailand, dan lanjut jalan kaki melihat kota Roros sebentar. Sekilas kota ini seperti kota mati, sedikit banget orang yang lewat. Memang sih toko toko sudah pada tutup, karena sudah pukul 5 sore waktu itu. Berasa horor karena model bangunan tua di sekitarnya. Tinggal nunggu zombienya keluar.

img_0009

img_0010
Kota Roros yang sepi.

Dari Roros kami menempuh perjalanan sekitar 4 jam ke kota Trondheim. Sesampainya di Trondheim sekitar pukul setengah sebelas malam. Berhubung memasuki awal summer, jadi pukul segitu pun masih berasa terang. Check in dan untung masih ada kamar kosong.

Paginya after breakfast, kami langsung berkunjung ke Nidaros Cathedral. Terlihat sudah banyak turis yang mengantri.

Nidaros Cathedral merupakan bangunan gereja abad pertengahan yang dibangun sekitar tahun 1066. Harga tiket seharga 79 Nok berdua suami. Taman di sekitar gereja bagus, ditata rapi lengkap dengan hamparan bunga tulip. Bangunan gereja sangat indah, baik di dalam maupun luar, arsitek bangunan gereja penuh dengan relief dan ukiran. Sayang tidak diperbolehkan menggunakan kamera. Walaupun tidak sedikit turis yang mencoba curi curi kesempatan. Setelah cukup puas mengitari gereja, kami menyempatkan melihat kota Trondheim, khususnya rumah panggung warna warni yang menjadi ciri khas kota ini.

IMG_0013.JPG
Rumah panggung warna warni

Dari Trondheim, lanjut ke kota Molde. Perjalanan kurang lebih 5 jam. Sumpah, gue suka banget kota ini. Bersih banget dan semuanya terlihat so fresh! Baik lingkungan, gedung, rumah dan toko. Uniknya sebagian besar terbuat dari kayu. Ahhh kecelah!

IMG_0014.JPG
Menikmati malam yang masih terang di kota Molde yang bersih. Suka bangunan gedung kayu di belakang gue. 

Di kota Molde, kami mencoba penginapan khas Norwegia yang disebut Hytte. Ke Norwegia sayang rasanya jika tidak mencoba penginapan Wooden House  yang terkenal ini.  Sekilas Hytte kelihatan kecil dari luar, begitu masuk berasa luas. Tipikal bangunan Skandinavialah. Dalamnya lengkap, ada dapur, kamar mandi, teras, ruang tamu, dan kamar tidur. Peralatan memasak seperti piring, gelas, sendok semuanya sudah disediakan. Sebaiknya jangan lupa membawa sprei dan sejenisnya dari rumah. Karena kebanyakan tidak tersedia. Kalau pun ada harus bayar lagi. Sebenarnya kasur bantalnya bersih, cuma ga enak aja tidur tanpa sprei dan sarung bantal.

img_0016
Seperti rumah mini ya.

fullsizerender-15Jenis Hytte bervariasi, tergantung harga. Mulai dari ukuran kecil hingga lumayan besar. Ukuran kecil biasanya nihil toilet, harus gabung dengan toilet umum.  Nah, yang ukuran sedang dan lumayan besar, sudah including toilet di dalam. Berhubung toilet ‘sesuatu’ banget, jadi kami memilih Hytte plus toilet di dalam. Harga permalam sekitar 650 Nok (harga Hytte di setiap daerah tidak selalu sama).

img_0008
 Jika kamu liburan ke Norwegia (khusus wisata alamnya), akan mudah melihat bangunan seperti ini. Mostly  dengan tanaman rumput di atapnya!

Paginya kami membuat sarapan sendiri. Gue bawa indomie, telor dan roti. Berada di dalam Hytte menurut gue unik. Serasa berada di rumah mainan. Sepertinya ahli bangunan di negara ini mampu memaksimalkan ruangan dengan luas yang terbatas.

Dari teras Hytte, kami bisa memandang laut yang di kelilingi gunung bersalju. Rasanya baru di Norwegia gue bisa melihat pemandangan seperti ini. Laut diantara gunung bersalju! Seperti iklan coklat (coklat merk apa lupa). Pokoknya cakeplah.

IMG_0015.JPG

Malam itu sekitar pukul sembilan, dan masih terang. Kami berinisiatif mengelilingi kota Molde. Dan berhenti di sebuah kawasan bernama Aker Stadium. Seperti pelabuhan. Kenapa gue bilang pelabuhan, karena lokasinya seperti berada di tepi laut,  dengan sebuah kapal besar yang sedang bergerak meninggalkan dermaga kecil.  Tapi yakin ga yakin sih beneran pelabuhan apa ga. Soalnya kalau beneran pelabuhan, gila banget deh. Cantik dan bersih sekali. Apalagi kalau harus ngebandingin dengan pelabuhan Tanjung Priok. Rasanya sirik tra la la. Mungkin tempat ini hanyalah pelabuhan main main saja. Hahahaha!

FullSizeRender (17).jpg
Tepi dermaga diantara gunung bermahkota salju. Masih terang meskipun sekitar pukul  9 malam.
IMG_0414.JPG
Sekitar dermaga. Bersih banget kan mak!

Dari kota Molde, paginya kami menuju Solsnes. Sebuah kota kecil atau tepatnya bisa dibilang desa. Dari sini kami menyeberang menuju Trollstigen. Dengan menumpang kapal ferry, hanya butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke seberang. Dalamnya nyaman dan lengkap, ada resto/cafe. Dan lagi lagi gue sangat terkesima dengan kebersihan kapal penyeberangan ini.

IMG_0018.JPG
Kapal penyeberangan dengan jarak  waktu hanya 20 menit. Besar, lengkap dan bersihnya seperti ini. Ck ck ck!

Singkat cerita, kami sampai juga di Trollstigen. Kawasan wisata alam dengan jalanan yang berkelok kelok di tebing gunung. Dari jalanan yang rendah sampai meninggi. Sungguh pemandangan yang menakjubkan. Apalagi ketika berada di ketinggian sambil melihat ke bawah, awesome!

Gunung serasa pas di depan wajah, besar banget mak! Kaya nempel di muka gue. Excited banget. Mungkin berasa besar karena mobil berada langsung melewati tebingnya. Jadi bukan melihat dari kejauhan. Di Puncak Trollstigen sudah tersedia mulai dari halaman parkir yang luas, restoran yang besar dengan arsitek bangunan yang unik, hingga jumlah toilet yang sangat banyak dan bersih. Pokoknya teratur deh.

IMG_0019.JPG

FullSizeRender (18).jpg

Dari kawasan puncak Trollstigen, kami bisa menatap view yang super bagus. Apalagi di tempat ini sudah disediakan spot khusus untuk bisa berdiri dan mengambil foto. Tangga tangganya juga kuat. Intinya kami hanya bisa berdiri ditempat yang sudah disediakan. Tulisan tanda peringatan juga jelas, yang artinya untuk area tertentu pengunjung tidak diperbolehkan berdiri.

FullSizeRender (15).jpg
Dari sini bisa menikmati keindahan Trollstigen. Bahkan tempat penatapan lain, sengaja lantai diberi kaca, dan pemandangan curam di bawah jelas terlihat. Ngeri ngeri wow sih. Suami gue ga berani, karena dia sebenarnya agak takut ketinggian.

Jadi ingat deh kalau ke danau Toba, di kota Prapat, Sumatera Utara. Begitu indahnya danau itu, tapi tempat penatapannya ga jelas dimana.  Paling harus singgah ke warung kopi di pinggir jalan atau di beberapa titik yang tidak ada pagar pembatasnya. Kalau dipikir pikir rawan kecelakaan. Dan hebatnya, meskipun tanpa pagar pembatas, sampai saat ini masih aman terkendali aja semua. Indonesia gitu. Kangen Danau Toba gue.FullSizeRender (17).jpgIMG_0020.JPG

Di sekitar halaman Parkir Trollstigen terdapat beberapa toko yang menjual souvenir. Jangan kaget jika hampir semua toko menjual boneka berwajah seram serta hidung mancung menjulur ke bawah. Sepertinya boneka ini menjadi salah satu symbol di kawasan Trollstigen. Boneka Troll, si manusia penyihir yang baik (mitosnya gitu).

IMG_0021.JPG
Pencet ah hidungnya!

Trollstigen juga memiliki restoran besar dengan arsitek yang lumayan menarik dan unik. Berdiri diantara bebatuan dan aliran air yang sangat photogenik. Yang suka photography, gue jamin Trollstigen surganya banget.

Cuma ketika berkunjung ke Trollstigen, gue lebih banyak menggunakan camera handphone. Karena waktu itu, gue belum terkena arus tegangan tinggi hobby photography.  Kamera beneran malah banyakan mengantung di tangan suami. Malas diutak atik. Kalau sekarang jangan ditanya, cepat banget korslet. Iler pun bisa gue foto 🙂

Makan siang di restoran ini untuk satu porsi menu salmon dan satu porsi menu bubur dikenakan 380 Nok.

FullSizeRender (17).jpg
Unik ya arsitek restorannya. Belum lagi berada diantara lereng gunung, bebatuan, dan aliran air. Kece!
IMG_0022.JPG
Pengen ke sini lagi.

Tujuan berikutnya adalah  Geirangerfjord. Selain Amerika Utara seperti Kanada dan Alaska, Norwegia juga memiliki Fjord yang besar dan terkenal indah. Katakanlah seperti Sognefjord sebagai Fjord terpanjang kedua di dunia. Ke Norwegia kurang sah rasanya jika tidak melihat keindahan fjordnya. Wisata alam Norwegia berarti identik dengan Fjord. Walaupun belum bisa berkunjung ke Sognefjord (terlalu jauh),  tapi kami masih bisa berkesempatan melihat Geirangerfjord. Sekilas Geirangerfjord terlihat biasa saja. Seperti sebuah danau kecil yang dikelilingi tebing bukit. Lantas apanya yang menarik?  Dan mengapa Fjord menjadi “sesuatu” yang harus dilihat ketika berwisata ke Norwegia?

IMG_0023.JPG
Geirangerfjord diantara tebing yang saling berdekatan. Meskipun tidak luas, namun kapal besar mampu melewati fjord ini. Konon kedalaman airnya menyerupai kedalaman air laut.
IMG_0004.JPG
Cantik ya

Dari info yang gue baca, kira kira gue menyimpulkan seperti ini. Mudah mudahan tidak salah. Jadi sebenarnya,  Fjord bukanlah danau, bukan teluk dan bukan pula bayFjord ada karena sebuah kejadian alam. Kejadian alam yang bukan cuma setahun atau belasan tahun, melainkan sudah jutaan tahun silam.

Fjord terbentuk akibat erosi Gletser yang super tebal, yang membentuk landscape dari beberapa jaman es, yang mampu menampung aliran air laut yang super dalam. Untuk sebagian kasus,  ciri khas Fjord bisa dilihat dari sangat dekatnya pertemuan antara tebing yang satu dengan tebing yang lain. Nyaris seperti bertemu. Salah satunya seperti Geirangerfjord ini.

FullSizeRender (19).jpg

IMG_0026.JPG

IMG_0024.JPG
Lokasi penatapan yang khusus dipersiapkan bagi turis. Bersih, rapi, dan terlihat kokoh.

Uniknya, akibat hentakan gletser yang super dasyat itu, kedalaman air Fjord mampu menyerupai kedalaman air laut. Bahkan bisa lebih dalam. Hal inilah yang mengakibatkan kapal kapal besar mampu melewati fjord yang tidak terlau luas.Fjord hanya ada di negara bersalju. Jadi negara yang tidak mengalami musim dingin, dipastikan tidak memiliki Fjord. Akan tetapi, tidak semua negara bersalju atau yang mengalami musim dingin memiliki Fjord. Hanya ada beberapa negara di dunia, salah satunya adalah Norwegia. Kejadian alam yang unik inilah, yang banyak menarik perhatian turis mengunjungi Fjord. Kurang lebih begitu yang bisa gue jelaskan.

IMG_0025.JPG
Geirangerfjord. Kecil tapi mampu menyedot wisatawan berkunjung.
FullSizeRender (18).jpg
Lihat kapal besar itu. Bandingkan dengan luas Geirangerfjord yang kecil.
IMG_0375.JPG
Sekitar Geirangerfjord.

Geirangerfjord terletak di sebuah tempat bernama Geiranger, kawasan wisata yang tidak terlalu luas, hanya terdiri dari restoran, toko souvenir dan hotel. Berkunjung ke Norwegia harus siap dengan bayar membayar yang relatif mahal.

Well, Skandinavia emang lumayan terkenal mahal disegala penjurunya, cuma pengalaman gue ketika jalan jalan di sekitar Swedia dan Denmark, tidak ada perbedaan harga yang terlalu signifikan diantara kedua negara. Berbeda dengan Norwegia, perbedaan harganya lumayan berasa. Terutama di tempat wisata seperti Geiranger Fjord. Makan berdua dengan menu dan rasa yang standard, seperti daging dan sepiring piza, dihargai sekitar 450 Nok.

IMG_0378.JPG
Cafe restoran di Geirangerfjord.
FullSizeRender (15).jpg
Toko di Geiranger.  Sekilas seperti rumah gubuk, begitu masuk, dalamnya bagus. Lihat atap bangunanya, ada rumput dan bunga bunga.  

Setelah puas berada di Geirangerfjord,  kami menuju kota Lom. Kota yang sangat unik. Gue bilang unik, karena sebagian besar hanya terdiri dari Hytte. Sepertinya kota Lom memang strategis sebagai tempat perhentian para wisatawan yang ingin bermalam dan beristirahat. Letak Hytte berada di kawasan berbukit. Sehingga bila dilihat dari jauh, seperti sebuah pemukiman dengan bentuk dan warna rumah yang seragam. The Brown Wooden House! 

FullSizeRender (18).jpg

Landscape di sekitarnya juga sadis. Gunung dan dataran yang dipenuhi bangunan Hytte. Kece topan bukan badai lagi. Ukuran hytte juga lumayan besar. Harganya sekitar 900 Nok/malam.

Sejauh yang gue lihat,  lokasi wisata alam Norwegia sebagian besar lebih menyediakan penginapan jenis Hytte daripada hotel. Sehingga tidaklah heran, jika sangat mudah melihat dan menemukan penginapan sejenis ini. Di Swedia pun sebenarnya ada, cuma ga sewowww di Norwegia.

img_0028

fullsizerender-19

IMG_0030.JPG
Lom diantara penginapan Hytte. Model dan warnanya hampir sama semua. Landscape di sekitar juga bagus.

Kenapa Hytte sangat digemari di Norwegia, alasannya sih sederhana. Ketika Spend Time Arround Nature, menginap di Hytte sangatlah tepat. Lebih sensasional ketiban di hotel. Karena selain lebih bebas, juga lebih efisien. Bisa masak sendiri, bisa kumpul satu rumah dengan anggota keluarga, bisa keluar masuk ruangan dengan cepat tanpa harus naik turun tangga atau keluar masuk lift hotel, bisa duduk santai di terasnya sambil memandang alam sekitar. Namanya juga liburan di dekat alam, pastinya pengen dong menikmati lingkungan sekitar lebih leluasa.

img_0017
Ruangan Hytte

Esoknya kami menyempatkan melihat gereja tua berumur sekitar seribu tahun, bernama Lom Church. Gereja yang sangat identik dengan budaya Viking. Gereja yang unik. Tidak seperti gereja gereja kebanyakan di Eropa. Sekilas bangunannya seperti rumah adat. Gue belum pernah melihat bangunan gereja seperti ini di Swedia. Norwegia memang terkenal dengan Stave Church,  gereja yang dibangun dengan bahan dasar kayu.

IMG_0027.JPG
Lom Church berumur hampir seribu tahun. Aroma budaya Viking masih jelas terlihat. Seperti warna dan design atap yang menyerupai sisik ular serta  kepala naga.

Begitu masuk, aroma tajam kayu lapuk sangat jelas tercium. Dinding  dan bangku kayu gereja juga sudah buram, tapi masih terurus.  Kelihatan umurnya yang mendekati seribu tahun itu.

Sehingga tidak heran beberapa kali gereja ini mengalami maintenance bangunan. Tidak sedikit penduduk kota Lom yang merantau di Amerika, menggalang dana untuk kelestarian dan ketahanan bangunan Lom Church.

Selain itu, sisa sisa keindahan lukisan di atap gereja masih bisa dilihat meskipun sudah mulai memudar. Jika kamu memperhatikan foto di atas, akan terlihat beberapa kepala naga menghiasi bagian atap gereja. Simbol yang sangat identik dengan peradaban bangsa Viking di jamannya.

Dari kota Lom kami menuju perjalanan pulang. Selama perjalanan kami melewati bongkahan salju di kiri kanan jalan. Melebihi tinggi badan gue. Semuanya serba putih. Kami serasa berada sebuah negeri langit tanpa nama. Sudah tinggi banget. Gunung rasanya sudah sejajar dengan kami. Sepi, tidak ada rumah dan bangunan lain. Sesekali kami hanya melihat rumah kayu kecil menyendiri. Ahhh seperti berada di acara liputan National Geographic. Pengalaman yang sangat mengesankan. Pengen gue ulang.

FullSizeRender (15).jpg
Ketika kami berhenti menikmati alam.
FullSizeRender (17).jpg
Jalanan pegunungan yang kiri kanannya hanya tumpukan salju mengeras. Serba putih, berasa di atas langit, tidak ada kehidupan dan bangunan. Serasa di liputan National Geographic!
FullSizeRender (15).jpg
Me! dengan tumpukan salju melebihi tinggi gue.

Sampai akhirnya kami tiba di sebuah kota kecil Lillehammer. Cuci mata sejenak, keluar masuk toko mana tau ada yang murah. Ternyata nyari yang murah dan cocok itu pun susah. Hahaha.

Di Lillehammer kami sangat susah menemukan restoran yang menyajikan menu  lengkap. Kebanyakan kebab, burger, pizza. Apa mungkin karena kami tidak memiliki waktu yang cukup, untuk bisa lebih lama mencari restoran yang lain. Tapi perasaan uda dikelilingi deh, sampai sempat menggerutu karena lapar.Menurut keterangan suami dan beberapa tetangga yang sudah pernah berlibur ke Norwegia, untuk beberapa tempat di wilayah negara ini, memang lumayan susah menemukan jenis restoran dengan menu makanan yang lengkap. Artinya menu dengan beberapa pilihan. Seperti steak daging atau steak ikan. Bukan jenis makanan siap saji seperti kebab, burger dan pizza. Ada benernya sih, kalau gue bandingkan dengan restoran di kota Mora, Swedia. Cuma kota kecil, tapi restorannya lumayan banyak. Tapi ini masih menurut guelah, jangan di generalisasi. Bisa saja secara kebetulan memang kami susah menemukan restorannya. 

Dari Lillehammer kami singgah ke rumah lilin bernama Loiten Lys. Ya ampun  gue kalap di sini sodara sodara. Gedungnya sangat besar sampai tiga lantai.  Dan isinya lilin semua! Gue nyaris kehilangan keseimbangan, untungnya cepat nyadar.

IMG_0421.JPG

IMG_0416.JPG

Baik bentuk maupun warna lilin semuanya menarik. Pun setiap ruangan temanya berbeda. Ada wedding party, dinner, segala bentuk cake, jenis jenis buah, shabby style, dan masih banyak lagi. Dan ditambah pula, setiap tema dilengkapi props seperti gelas kristal, bunga dan tissue bermotif. Pokoknya yang suka lilin rekomen banget deh.

fullsizerender-17

IMG_0341.JPG

img_0033

Dan satu lagi, Loiten Lys pun memiliki satu ruangan khusus bertema horor. Dengan ruangan yang sengaja dibuat gelap layaknya sebuah gua, dilengkapi pernak pernik lilin berbentuk tengkorak dan props horor lainnya. Ihhh..niat banget pokoknya. Keren!

IMG_0381.JPG

FullSizeRender (15).jpg

Akhirnya wisata ke Norwegia pun berakhir. Negara yang sangat meninggalkan kesan. Pemandangan alam negeri ini sungguh luar biasa. Bersih, nyaman dan sangat natural.

Suatu saat,  gue pengen kembali ke bumi Norwegia. Masih banyak tempat indah yang belum gue lihat di sini. Mengunjungi tempat yang tidak ‘biasa’ itu sensansinya menjadi ‘luar biasa’. 

Dan sampai waktunya kami pulang, menyadari jika kami sudah tiba di hutan Swedia. Terbukti dari  jejeran pinus di sepanjang jalan. Welcome Home !!!  See you in my next story.

fullsizerender-18

img_0031
Ahhhh gunung salju itu…
“Tulisan ini merupakan revisi dari tulisan sebelumnya. Segala penampakan wajah gue, mohon diabaikan. Dan semua photo hanya menggunakan camera Handphone”  

 

Salam dari Mora,

Dalarna, Swedia

“Semua foto di dalam tulisan ini merupakan dokumentasi pribadi ajheris.com”