Dari sekian banyak propinsi yang ada di Swedia, propinsi Dalarna adalah salah satunya. Ibukota Dalarna bernama Falun. Di sinilah gue tinggal tepatnya di sebuah desa kecil bagian dari kota Mora. Dalarna sendiri bisa dibilang berada di wilayah pertengahan Swedia. Di musim dingin propinsi ini memiliki temperature udara yang lumayan kejam. Dingin bangetttt!
Sebagian besar wilayah Dalarna berada diantara hutan pinus yang lebat. Sehingga tidak heran jika Dalarna diclaim sebagai salah satu dari sekian propinsi di Swedia yang mampu menghasilkan kayu pinus dalam jumlah yang banyak. Pun kualitas pinusnya sudah diakui karena pertumbuhan pinus di hutan Dalarna termasuk stabil. Tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
Luasnya hutan di alam Dalarna serta merta berpengaruh terhadap kehidupan orang orang yang bermukim di sekitarnya. Hampir bisa dikatakan sebagian besar rumah penduduk tidak jauh dari hutan. Apalagi di desa tempat tinggal gue meskipun tidak harus keluar, jejeran hutan pinus bisa dilihat dari jendela rumah. Hutan kayu ada dimana mana. Bahkan jarak dari pusat kota ke lokasi hutan bisa dibilang tidak terlalu jauh. Pun ketika berada di dalam mobil, mata lumayan terbiasa dengan suguhan pohon pinus di ruas kiri kanan jalan.
Berangkat dari kondisi alam Dalarna inilah gue akan bercerita tentang asal usul sebuah patung kuda yang tidak hanya di kenal di Swedia namun juga di beberapa wilayah negara. Patung yang familiar dengan sebutan Dalahäst atau Dalahorse. Dala artinya Dalarna dan Häst adalah Kuda. Jadi Dalahäst bisa diartikan Kuda dari Dalarna.
Cerita Dalahorse diawali dari kehidupan masayarakat Dalarna di sekitar abad ke 16. Kala itu bertani adalah kegiatan mereka sehari hari. Tempat tinggal pun sudah jelas, berada diantara lebatnya hutan pinus, yang jarak satu sama lain lumayan berjauhan.
Persoalan pun muncul ketika musim dingin tiba. Malam datang menjelang tanpa tahu harus mengerjakan apa. Ketika duduk bersama mulailah terpikirkan untuk membuat mainan sederhana yang akan diberikan kepada anak anak mereka. Tentu saja dengan menggunakan bahan yang mudah didapat. Apalagi kalau bukan batang kayu yang tumbuh subur di sekitar tempat tinggal mereka.
Singkat cerita pilihan jatuh ke sebuah patung berbentuk kuda. Kenapa harus kuda? Karena kuda adalah jenis binatang yang sangat akrab dengan kehidupan mereka sehari hari. Yang banyak membantu aktivitas mereka. Awalnya mereka membuat patung kuda dengan bentuk yang sangat sederhana dan apa adanya. Polos dan tanpa warna.
Sekitar tahun 1830an seorang seniman Swedia bernama Stika Erik Hansson tertarik dengan patung kuda yang dihasilkan sekelompok masyarakat Dalarna. Dia berinisiatif memberi sentuhan lukisan dengan motif dan warna khas Dalarna di tubuh patung yang masih polos. Seiring waktu sosok Dalahorse juga menginspirasi Grannas Anders Olsson. Seorang pria yang berasal dari Nusnäs, sebuah desa kecil yang letaknya tidak jauh dari Mora.
Tanpa pernah disadari oleh Grannas, inspirasinya justru merupakan awal kesuksesan besar yang berhasil mempopulerkan Dalahorse menjadi sebuah brand terkenal. Dan tentu saja berimbas kepada kepopuleran desa Nunäs sendiri hingga sampai saat ini.
Alkisah Grannas memiliki dua orang saudara laki laki bernama Nils Olsson dan Jannes Olsson. Lahir dari keluarga yang serba pas pasan mendorong Grannas meminta kedua adiknya untuk membuat patung kuda dalam jumlah yang banyak. Prinsip Grannas kala itu selama bayi masih berada di dalam ayunan maka mereka akan membutuhkan mainan.
Tidak tanggung tanggung sekitar tahun 1928, Nils Olsson (sang adik) memberanikan diri mengajukan kredit ke bank sebesar 400 SEK. Yang justru mendapat tangisan dari sang ibu, karena cemas sang anak tidak sanggup mengembalikan pinjaman tersebut. Namun sungguh diluar dugaan usaha yang dikelola Nils bersama adiknya Jannes Ollson terbilang sukses di pasaran. Toko yang diberi nama Nils Olsson Hemslojd berkembang dan maju pesat.
Melihat kesuksesan Nils, Grannas akhirnya mengikuti jejak sang adik. Sebagai orang yang pertama sekali memberi gagasan dan ide kepada adiknya tentu saja bisnis yang dikelola Nils membuat Grannas tergiur. Sampai akhirnya dia pun membuka toko sejenis tepat di sebelah toko sang adik dan diberi nama Grannas A Olsson Hemslojd.
Dua toko bersaudara inilah yang sampai sekarang sukses bertahan secara turun temurun dan berhasil membawa desa Nusnäs menjadi salah satu tujuan wisata terkenal di Dalarna bahkan Swedia. Desa pertama yang berhasil mempopulerkan Dalahorse.
Belum puas dengan sukses yang mereka raih, pada tahun 1939 tiga Olsson bersaudara berangkat menghadiri salah satu pameran seni terbesar di New York, Amerika Serikat. Di pameran inilah kemudian mereka memperoleh penjualan Dalahorse dalam jumlah yang fantastis. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh banyaknya imigran Swedia yang saat itu sudah menetap di Amerika Serikat.
Bahkan sebuah patung Dalahorse dengan ukuran yang lumayan besar pun bisa dilihat di Amerika Serikat. Di sebuah daerah bernama Mora, tepatnya di Minnesota, Kanabec, USA.
Daerah yang sengaja dibentuk oleh komunitas imigran Swedia yang berasal dari kota Mora Dalarna. Hal ini tertuang dalam buku karangan Anne Marie Radstrom berjudul Dalahästen (penerjemah pak suami…haha).
Dalahorse bukan sekedar cerita yang mewakili masyarakat Dalarna namun juga menjadi simbol negara Swedia secara keseluruhan. Sampai ada istilah “Jangan bilang ke Swedia jika belum membawa pulang Dalahorse”.
Bisa jadi karena hampir semua toko souvenir di Swedia menjual patung kuda ini. Bahkan tas, tshirt, topi, sarung bantal, gantungan kunci, kartu pos dan masih banyak lagi tidak sedikit yang menggunakan motif bergambarkan Dalahorse.
Jika berada di kota Mora tidaklah sulit untuk bisa melihat Dalahorse dalam bentuk dan ukuran yang beraneka. Mulai dari toko, taman, restoran, bakery, rumah sakit, perkatoran sampai bank besar. Semua memajang patung ini. Bahkan supermarket sejuta umat di Swedia pun dengan bangga menjadikan Dalahorse sebagai penghias halaman parkir toko.
Sama halnya dengan rumah tinggal warga Dalarna, Dalahorse wajib adanya. Sejauh yang gue lihat belum pernah menemukan rumah yang nihil dengan patung Dalahorse. Jumlahnya pun selalu lebih dari satu. Sebagian besar patung tersebut ada yang dibeli dan ada juga dibuat sendiri. Bahkan tidak sedikit yang diperoleh melalui warisan keluarga. Seperti Dalahorse di rumah gue selain dibeli ada juga yang didapat dari warisan keluarga besar suami. Bentuknya sangat lucu. Lengkap dengan pelana yang sekaligus bisa digunakan sebagai tempat lilin. Umurnya? sudah tua. Sekitar 80 tahun.
Sebelum menetap di Swedia, gue pernah melihat Dalahorse di kedutaan besar Swedia di Jakarta. Ukurannya lumayan besar. Tidak sengaja sebenarnya terlihat ketika berbicara dengan pegawai front office kedutaan. Yang jelas waktu itu gue belum familiar dengan si Dalahorse ini. Bahkan ketika berlibur ke Tallin Estonia, gue lumayan bingung dan sedikit kaget melihat toko souvenir di sana menjual Dalahorse sebagai souvenir. Segitu hebatnya.
Kehebatan Dalahorse juga bisa dilihat di sebuah kota bernama Avesta. Di kota ini terdapat sebuah patung Dalahorse yang berdiri gagah. Ketinggiannya mencapai 13 meter yang sekaligus menjadi patung kuda tertinggi di Swedia.
Tak hanya itu Dalahorse juga diakui sebagai pengganti piagam atau piala untuk pertandingan olahraga tertentu di Dalarna. Jadi bisa dibayangkan bagaimana hebatnya pamor patung kuda ini.
Satu lagi yang membuat Dalahorse bertambah unik adalah harganya. Iya, harganya sangat unik dan tidak main main. Mahal! Mungkin ini adalah salah satu alasan mengapa Dalahorse menjadi terkenal. Tidak seperti souvenir kebanyakan. Harganya suka membuat sakit kepala.
Bayangkan saja ukuran patung terkecil (sekitar 5 cm) bisa dihargai 145 SEK atau setara dengan 200 ribu rupiah lebih (untuk mata uang IDR saat ini). Tak heran jika satu Dalahorse berukuran sedang maupun besar bisa mencapai jutaan rupiah. Apalagi jika membeli dari sekelompok pencari laba besar, harga Dalahorse bisa dipatok lebih tinggi dibanding harga factory di toko Grannas dan Nils Olsson.
Mahalnya harga Dalahorse bukan semata mata dilihat dari besar kecilnya ukuran patung. Melainkan dari tingkat kesulitan pengerjaannya. Mulai dari lekukan patung, motif lukisan bahkan warna pun bisa mempengaruhi harga. Jadi jangan kaget ukuran patung 5 cm bisa lebih mahal dibanding 7 cm. Atau ukuran boleh sama tapi harga bisa berbeda.
Dalahorse berasal dari satu batang kayu pinus. Dipotong kasar membentuk gambar atau pola. Kemudian dilanjutkan dengan proses finishing. Proses finishing inilah yang lumayan menyita waktu. Memerlukan kesabaran dan ketelitian. Membentuk pola agar benar benar kelihatan seperti kuda lumayan membuat tangan pegal. Tidak segampang yang kita bayangkan. Proses pembuatannya 90 persen manual. Tangan yang bekerja. Permukaan kulit patung harus dibuat benar benar halus. Kemudian direndam dengan warna dasar, dikeringkan, dilukis satu demi satu, dikeringkan kembali dan baru diberi lapisan cat terakhir agar terlihat mengkilat. Proses yang lama dan panjang inilah yang menjadi alasan mengapa Dalahorse dihargai mahal. Handmade!
Dalahorse identik dengan warna merah. Sekalipun ada warna lain seperti biru, kuning, hijau, hitam dan merah jambu namun warna merah tetap yang paling dominan. Iya, warna merah adalah warna yang pertama sekali digunakan dalam sejarah mewarnai patung Dalahorse. Maka tidak heran jika Dalahorse yang berdiri di tempat tempat umum selalu berwarna merah.
Sampai saat ini tidak bisa dipungkiri meskipun ada beberapa produsen yang mencoba menjajal keberuntungan dari bisnis Dalahorse, toko Olsson bersaudara sudah menjadi brand pertama yang berhasil mempopulerkan Dalahorse dengan sistem penjualan yang profesional.
Kualitas patung yang mereka hasilkan tidak perlu diragukan lagi. Produksi Dalahorse yang mereka hasilkan mampu mewakili simbol Dalahorse secara keseluruhan di Swedia. Predikat Dalahorse sudah sangat lekat dengan dua toko bersaudara ini.
Selain Dalahorse sebenarnya masih ada bentuk patung lain yang menjadi ciri khas kerajinan tangan khas Dalarna. Sebut saja Dalatupp, patung berbentuk ayam jantan yang meskipun tidak sepamor Dalahorse tapi harganya jauh lebih mahal dibanding Dalahorse. Konon katanya proses pembuatan ayam jantan ini lebih sulit karena memiliki banyak lekukan di beberapa bagiannya. Dan ditambah lagi bobotnya lumayan aduhai………berat.
Nusnäs merupakan salah satu destinasi wisata yang sepertinya wajib dikunjungi ketika berada di Dalarna khususnya Mora. Di saat musim panas desa ini ramai dikunjungi turis. Membeli Dalahorse di toko souvenir biasa tentu saja memiliki sensasi yang berbeda ketika membeli langsung dari pabriknya. Apalagi bisa menyaksikan proses pembuatan patung Dalahorse dari awal sampai selesai tentu saja membawa pengalaman baru bagi yang melihat.
“Jangan bilang ke Swedia sebelum membawa pulang Dalahorse karena satu Dalahorse mampu mewakili berbagai tempat yang kamu kunjungi di negara ini”
Semua foto yang ada di dalam tulisan ini merupakan dokumentasi pribadi ajheris.com.
Salam dari Mora,
Dalarna, Swedia.
see you in my next story
Ahhhh suka banget sama patung kuda warna merahnya itu mbak,..tapi kira” berat gak ya utk 1 buah patung kudanya mbak??
LikeLike
Tergantung ukurannya. Tapi tidak terlalu beratlah. si Daltupp itu yang lumayan berat. Patung ayam
LikeLiked by 1 person
Jadi pengen beli,hehehe btw kata calon suamiku ketempat mbak sekitar 1-2 jam klo dari lindesberg,,jauh juga ya…
LikeLike
Dua jam sangat ga berasa mah kalau di sini. Jalanan lancarrrr hahhaha. Suruh calon kirim. Dulu suami saya pertama cari perhatian saya ya dengan ngirim si kuda ini. Waktu itu ga ngerti kuda apa sih…hahhaa
LikeLiked by 1 person
Hahaha iya neh aku lagi kirimin gambar kedia katanya emang bagua banget dan dekat dari tmp tinggalnya,tapi mbak klo beli apa harus kesana atau ada di toko” di kota swedia?
LikeLike
Ga harus ke Mora kok. Di toko Souvenir sebagian besar menjual ini. Apalagi di Stockholm. Cuma ya memang tidak sebanyak di kota Mora dan Dalarna ya
LikeLike
Iya mbak lagi minta dia kirimin buat aku neh,hehehehehe
LikeLike
Pernah dibawain kuda ini sama temen dari Swedia baru sekarang tau ceritanya. Itu yang bentuk ayam cakep jugaa. Yang sebelum diwarnain juga kece.
LikeLike
Semoga ceritanya bermamfaat ya mba. Iya, si ayam itu cakep. Dan berat banget
LikeLike
Bagusnya kisah dibalik Dalarna Horse…
Selama ini aku udah agak cuek sama si kuda Swedia cakep yang aku punya…aku mau simpen baik baik ah…harganya mahal ya ternyata 😊
Terima kasih Helena…
LikeLike
Hi mba Diah. Makasih ya uda baca. Semoga bermanfaat ya. Iya mba, kalau asli handmade memang lumayan mahal. Dijaga baik baik kudanya ya hahaha
LikeLike
pantas sih mahal kak tp mirip kayak tenun ya kak mahal krena lama buatnya
LikeLike
Iya win. Intinya semua yang berbau handmade ya lumayan mahal ya. Wajar sih capek kan ngerjainya ya
LikeLike
Aku bener2 ga tau lho tentang kuda ini sampai kapan itu kalian bahas di wa. Trus sekarang kamu cerita lengkap tentang Dalahorse ini jadi terkesima. Jadi tahu sejarahnya juga. Karena aku ga tahu, jadi menerima kiriman ke Den Haag, Helena *huahahaha langsung di jitak.
LikeLike
Hahahaha…doain ya Den, celengan kuda aku penuh, semoga bisa meluncur ke Denhaag. Barter makanan Indonesia dari Denhaag ya. Dijitak Deny juga
LikeLike
Hello mbak, salam kenal…dulu saya exchange di Borås thn 2011..tp nggak tau tentang kisah Dalahorse ini 😀 *ngapain ajaaa di Sweden Dew 😀
LikeLike
Hi mba dewi. Kalau kisah aku pun dari buku juga kok terjemahan suami. Hahahha. Tapi yang penting uda taulah ya sekarang. Itupun mudah2an ga salah menulisnya 😅😅. Baru nanya suami, Borås itu dekat ullared ya selatan swedia sono.
LikeLike
Kota kecil sih Borås 😀 tapi kota pelajar ..ah kangen Swedia….main sini mbak..kita tetangga 🙂
LikeLike
Dirimu di Denmark ya mba. Aku tahun lalu ke sana. Semoga next bisa bertemu ya. Salam mba
LikeLike
Iya…baru pindah sih kesini..tdnya mendekam di es mbak..di Nuuk, Greenland 🙂 Mari main kesini..biar pesta kita 😀 ha ha ha
LikeLike
Hahaha iya doain bisa ke sana lagi ya. 😁😁😁
LikeLiked by 1 person
Detail banget ceritanya, hebat ya mba dari hanya untuk mainan bisa simbol swedia…udah gitu tambah kerennya lagi handmade masih dipertahankan.. 🙂
LikeLike
Nah itu dia, sebagai negara maju yang sudah memiliki sistem canggih, yang rasanya sangat mudah mengerjakan dengan peralatan canggih, mereka malah tetap bertahan dengan cara tradiaional. Tapi justru hal inilah yang membuat unik si Dalahorsenya
LikeLike
yang masih original juga harganya mahal ya mba? maksudnya yang belum di lukis… kok malah unik ya, urat kayunya terlihat indah gitu
LikeLike
Ga semahal yang sudah diwarnai. Karena dari kayu pinus. Memang kayu mereka kualitas pinusnya bagus.
LikeLike
Akhirnya bisa baca artikel ini setelah Mbak Hel post di YT Dapursicongok😊
LikeLike