Ketika Vlogger Mengeksploitasi Kata “Bule”. Segitunyakah?

Gue adalah salah satu orang yang lumayan suka menonton youtube. Dan sebenarnya gue ga terlalu memilih milih tema apa yang harus gue tonton. Jadi apa yang muncul di time line youtube dan sekiranya menarik ya gue akan coba tonton.

Seperti menonton hot news di tanah air, resep, kecantikan, gosip artis dunia dan tanah air, mantengin orang korea makan secara brutal, mukbang enak, dan yang terakhir adalah tayangan vlog.

Nah yang terakhir ini yang akan gue bahas…

Sebenarnya gue tidak terlalu rutin menonton vlog. Apalagi dari beberapa tayangan vlog yang gue tonton, rata rata temanya sama. Daily Vlog yang isinya itu lagi dan itu lagi. Bersihkan rumah, masak kilat lalu makan, ngantar anak sekolah, belanja, Q&A. Seputaran itulah. Dan lucunya, tema ini seolah olah sudah mendarah daging. Tapi mau gimana lagi, namanya juga daily vlog. Pastinya tentang keseharian kan.

IMG_1970.jpg

Menurut gue, tidak ada yang salah dengan daily vlog. Asalkan sesekali adalah informasi yang menambah wawasan penonton untuk bisa disampaikan. Misalnya ketika sarapan, alangkah lebih baik menyelipkan cerita tentang kebiasaan sarapan di wilayah negara mereka tinggal seperti apa. Misalnya seperti di Swedia, mereka mostly sarapan pakai smögås (sandwich ala Swedia) atau fil, sejenis yogurth tradisional asal Swedia dan bukan greek yogurth. Mereka tidak langsung minum kopi, tidak sarapan dengan donat atau cake. Ga minum coklat hangat. Kira kira begitulah.

Atau apa kebiasaan orang orang di sekitar mereka kalau musim panas tiba. Yang simple aja. Ya ga perlu cerita yang berat berat. Karena namanya juga merantau di negara orang, pasti menemukan yang namanya culture shock. Dan itu bisa jadi cerita menarik. Bisalah diselipin dalam sebuah video daily vlog.

Jadi tidak melulu hanya menampilkan muka bangun tidur yang disorot kamera. Ujuk Ujuk ke dapur dan sarapan di meja. Jadi kasarnya penonton hanya liatin mereka sarapan. Ada kucing lewat, kucingnya diajak ngomong. Anaknya nangis ga henti juga terpampang nyata di video. Adakah yang menonton tayangan yang cuma begitu? ya ada. Faktanya malah banyak.

Masyarakat kita justru tak sedikit yang tertarik melihat isi vlog seperti itu. Sekalipun para vlogger ini bukanlah tokoh ternama atau public figure. Bayangkan hanya  untuk sebuah tayangan video berjudul “Hari Ini Pasang Gorden di Kamar Tidur” vierwsnya bisa langsung ribuan dalam hitungan jam. Dasyat kan. Padahal cuma pasang gorden loh. IMG_1941.jpg

Dan ada beberapa vlogger yang terkesan hanya mengejar jam tayang. Sadar atau tidak, ada kepentingan keluarga yang terlalu terekspos. Tak sedikit anak yang terlihat tidak mau lagi direcord. Mungkin lelah harus tampil lagi dan lagi di dalam video. Mulai dari pasang muka manyun hingga terang terangan bilang ga mau. Tapi record on terus demi sebuah target tayang. Sehingga kemunculan para anak anak ini menjadi sangat dominan di dalam tayangan video. Atau memang disengaja menjadi nilai jual sebuah konten saya juga kurang paham. Golongan anak bule blasteran yang imut menggemaskan. Dan itu tak bisa disangkal. Para subscriber memang lebih suka menonton keluarga komplit seperti ini. Suami bule yang ganteng dan anak yang imut. Bebas memilih toh?

Ada salah satu vlogger yang gue lihat lumayan menjaga privacy keluarganya. Jadi dia lebih suka menampilkan dirinya sendiri dalam bentuk video mukbang. Dan ditanya dong, suaminya mana? Ada anak ga? Mertuanya mana? Sesekali ditayangin dong!

Meski si vlogger ini sudah mengklarifikasi bahwa dia tidak akan pernah menampilkan anggota keluarganya, tetap saja kurang dimengerti. Bahkan ada yang lama lama membully. Dibilanglah suaminya ga cinta, dibilanglah malu menampilkan suaminya karena sudah tua. Sadis!

Sebegitu pentingkah? Inilah kenyataan yang ada. Gue ga abis pikir, sebegitu spesialnya sosok bule di mata mereka seolah olah bule adalah sosok langka yang super lezat untuk ditonton atau mungkin juga mahluk tampan dari planet jadi jadian.

Dan hebatnya lagi ketertarikan para subscriber akan sosok kehidupan keluarga bule ini dipandang jeli oleh beberapa vlogger yang bersuamikan bule (meski tidak semua). Dibuatlah judul judul dramatis yang hampir semua kontennya menggunakan kata “Bule”.

“Suami Bule Makan Jengkol, Suami Bule Bisa Makan Pedas, Suami Bule Makan Pete, Suami Bule Makan Durian, Suami Bule Makan Ikan Asin, Anak Bule Makan Ayam Goreng, Mertua Bule Makan Kolak Pisang, Jalan Jalan Bareng Mertua Bule”. 

Semua pakai kata “Bule”. Suami bule, mertua bule, anak bule, saudara bule, teman bule, kantor bule, ………buleeeeeeeeeeeeeeeeekkkk!

IMG_1841.JPG
Foto tidak ada hubungan dengan cerita…

Belum lagi tayangan para suami bule menyantap makanan Indonesia. Makanan mana justru sering diintolerir dalam kehidupan nyata dunia per-bule-an. Suami Bule doyan Ikan Asin, suami bule doyan jengkol, suami bule doyan pete, suami bule doyan terasi, suami bule doyan durian. Judulnya “doyan” loh. Bukan sekedar “mencoba makan”. Bule canggih.

Kalau dibuat judul judul sedemikian, jelas sangat menarik minat subscriber untuk menonton. Gilaaaaaak…bule makan ikaan asin brorr!

Atau meski baru bisa mengucapkan satu dua kata bahasa Indonesia atau bahasa daerah (itupun gagap dan harus mengulang beberapa kali setelah diajari), judulnya dong langsung “Suami bule mahir ngomong Indonesia, atau mahir ngomong Jawa, atau fasih ngomong batak. Mahir dan fasih itu artinya berbeda dengan bisa. Kalau mahir konotasinya sudah lancar berbicara dalam beberapa kalimat tanpa harus diajari lagi. Tapi itulah trik menulis judul bombastis. Click Bait yang mampu menarik perhatian netizen untuk menonton. Target penonton pun tercapai. Tapi buat gue sih ini lumayan sontoloyo dan terlalu berpura pura (sorry to say). Boleh kan beropini? Ga ngajak makar ini.

Ada satu vlogger yang sampai membuat gue geleng kepala. Hampir semua judul kontennya pakai kata bule. Bahkan sangat dramatis. Dan sedihnya itu, rahasia rumah tangganya tercurah habis di dalam tayangan video. Rahasia kelam dan hubungan yang sangat intim. Alih alih ingin berbagi katanya. Di luar sana yang mendengar justru tidak dia dikenal sama sekali. Kadang gue suka mikir, suami dan keluarganya tau ga sih?

IMG_1926.jpg

Tidak ada yang salah dengan ngevlog. Silahkan ngevlog. Pendapat pro dan kontra hanyalah pendapat. Sebebas para vlogger memuat isi kontennya.

Kalau kalian bagaimana pendapatnya? komen ya!

**************************************

Gue,

Si isteri BULE 🙂

32 Comments

  1. Klo untuk daily vlog, ya memang mungkiiin…. vlogger tsb sukanya ya berbagi cerita seperti itu aja. Dapur kasur sumur, antar jemput anak sekolah. Dan yg nonton banyk krn memang dekat dengan keseharian. Klo vlogger2 tsb kudu ngebahas kultur apalah apalah, ya mereka males juga kalik. Kudu siapin skrip, survey dll. Bukan bidang mereka ngevlog gituan. Bagi yg suka vlog keseharian ya nontonnya ya yg seperti itu. Bagi yg ga suka dan memilih another cup of tea, ya cari yg lain yg dirasa lebih berbobot.

    Liked by 2 people

    1. Sebenarnya seperti yang aku bilang, ga ada yg salah dengan daily vlog. Tapi kultur budaya yang aku maksud bukan hal hal yg terlalu berat tapi berkaitan dengan keseharian juga. Seperti sarapan yang aku bilang dan contoh sejenis. Ya bebas upload dan bebas memilih untuk nonton apa yg disuka. Aku menekankan ada penekanan judul yang suka dramatis dan hal hal yang lama lama tak menjaga privacy. Mungkin penonton lain ok saja tapi pasti ada juga penonton yang lama lama risih. Teemasuk aku.

      Liked by 1 person

  2. Kalau aku kurang tertarik dengan vlog. Jadi gak bisa berkomentar banyak. Tapi menurutku karena setiap orang bebas mengupload vlog model apa saja ya akhirnya kita pun bebas mau memilih apa saja. Mau tidak mau filter ada pada netizen.

    Liked by 1 person

    1. Memang bener bebas bebas aja kok mengupload dan memilih. Cuma menurutku terkait yg upload terlalu sering menjual kata bule di setiap judul dan hal yang sangat privacy jadi no filter lagi

      Liked by 1 person

  3. Helena, aku salah satu yang tidak nyaman nonton Vlog yg terlalu melibatkan anggota keluarga (khususnya anak2). Ini hanya masalah selera ya. Akupun doyan nonton youtube, tapi yg kontennya kulineran (terutama ini). Kalau daily vlog, aku skip. Ngapain kutonton lha sama aja denganku sehari2 kegiatan di rumah haha. Di blog ada beberapa komen yg menanyakan kenapa aku ga bikin vlog ttg kehidupan di Belanda. Pertama, aku lebih suka menulis daripada bikin video. Kedua, aku tak mau melibatkan anggota keluarga yg belum paham sehingga terekspos dunia luar tanpa persetujuan mereka. Aku bener2 menjaga yg namanya Privacy, bahkan dalam bentuk cerita di blog.
    Memang akan selalu ada market ttg Bule. Dan ini yg jadi celah dan dimanfaatkan para vlogger. Konten Bule ga akan ada matinya, karena kita ga bisa menutup mata, di Indonesia masih banyak orang yg “memuja” Bule. Kalau aku pribadi, lebih memilih memanfaatkan waktu sekian menit daripada nonton Vlog yg ga sesuai selera, untuk masak atau beberes rumah haha. Ya berarti aku bukan target market mereka. Sesimpel itu.

    Liked by 1 person

    1. Nahhh, kupikir cuma aku yg aneh agak risih dengan konten daily vlog yang lama lama cenderung mengeksploitasi kata kata bule ini dan hal privacy tadi. Aku dibilang doyan banget juga ga tapi karena judul2 tadi lamalama penasaran pengen liat video lain untuk cari tau apa videonya sama kayak sebelumnya. Dan ternyata sama. Judulnya itu suka bikin aku bingung. Kuliner makanan memang lebih enak ditonton. Makanya fokus bikin video gituan. Sudah bagus itu dirimu menjaga privacy.

      Like

      1. Sebenarnya kitapun bisa memilih untuk “mengeksploitasi” Bule ya secara kita nikah sama mereka dan tinggal di LN. Apalagi kamu yang sudah punya Channel YouTube. Tapi balik lagi, pilihan memang ada di tangan kita. Kalau aku, lebih memilih menjadi “terkenal” karena diriku sendiri. Bukan karena melibatkan anggota keluarga lainnya. Makanya kalau misalkan aku mau taruh foto suami atau cerita yg ada sangkutannya dgn dia, selalu nanya dulu sama dia. Kalau dia keberatan ya ga aku cantumkan. Makanya aku lebih suka bercerita secara umum, kalaupun cerita ttg keluarga kami, ya secara umum juga. Banyak hal yang harus aku jaga. Kita ga bisa mengendalikan orang diluaran sana, tapi kita bisa mengendalikan apa yg mau kita bagi. Apalagi kejahatan internet semakin canggih. Ngerilah. Apalagi kalau harus melibatkan anak2. Buatku, Big No.

        Like

      2. Di instagram dapursicongok aku itu, lumayan banyak yang minta bikin vlog. Tapi untuk hal yang aku sebut di atas, aku ga interest. Ga kebayang aku bangun tidur langsung on video di tempat tidur. Hahhaa. Aku lebih suka liput sebuah perayaan tradisional, makanan, tempat bersejarah, itupun masih mikir takut wajah orang keliatan karna bisa saja mereka ga setuju kan. Amannya video masak aja haha. Ada hal yg harus kita jaga. Perasan dan emosional orang lain. apalagi melibatkan anaka anak yg dominan banget.

        Like

      3. Kata Beth ya, dulu aku pernah nanya, untuk ditempat umum ga masalah menampilkan wajah orang tanpa persetujuan mereka. Namapun di tempat umum. Ada diaturan apaa gitu. Dia kan mendalami hal2 itu berhubungan dgn profesinya jadi tukang foto.
        Ada yg minta aku bikin vlog masak. Andaikan mereka tahu, tanpa dibuat vlog aja masakku sudah kejar2an dengan waktu apalagi dibuat vlog, bisa2 serumah ga makan masaknya lama haha. Eh yg ngeri tuh klo ada vlog isinya room tour. Kayak ngundang maling

        Like

      4. Nah, itu dia. Kalau di instagram berhubung aku private, aku suka foto sudut salah satu ruangan di rumah. Kebanyakan meja makan karena aku suka fotoin kalau ganti bunga hahaha. Tapi lebih fokus ke satu objek. Kalau u foto aku masih okelah asal bukan ruangan private dan itu aku private kecuali yang dapursicongok. Anak instagram banget🙈 tapi kalau video kayak room tour seluruh rumah sampai halaman, itu aku suka ngeri. apa ga takut ya. Dulu aku ambil video ke net aja suka takut keliput orangnya haha. Tapi bagus juga itu kalau ternyata dibolehin di publik.

        Like

      5. Btwy bikin video masak itu ga mudah memang. Lumayan lelah. Kebetulan aku memang ada waktu dan senang banget ngerjainya. Aku cinta banget dengan baking dan masak. Kalaupun youtube aku itu ga berkembang ya aku ga ngoyolah Den. Aku aja yang nontonin bolak balik sebagai tanda rasa puasku. Enak lihat hasil karya sendiri. Kalau ada yang subscribe ya bonuslah. Memang harus punya waktu dan ga bisa buru2 apalagi editing lama

        Liked by 1 person

  4. Aku kurang suka nonton VLog hehe. Bosen karena itu2 aja jadi nonton yang lain. Cuma kalau vlognya misalnya ada resep masakan, yah aku tonton aja kalau butuh cuma kadang2 lewat 1 menit kubosen. Mending nonton resep Tasty. Cepet dan jelas haha. Tapi yah Vlog kayak yang diceritakan di atas banyak yang demen nontonnya jadi banyak deh video sejenis. Tergantung selera sih, ya jadinya.

    Like

    1. Haha betol sekali. Pilihan di tangan kita ya. Dan Tasty itu memang juara banget. Sama denga video kilat satu menit lainnya. singkat padat tepat sasaran. Wajar jd sukses itu channel ya👍

      Like

  5. Nah itu yg bikin bingung, byk vlog2 yg ga ada isinya tp kok subscribernya dan juga viewnya banyak bgt, pdhal vlog itu cuma tentang bersih2 rumah, arisan bareng temen2, belanja di warung asia, home tour dll. Sptnya penonton memang kepo bgt pengen tau kehidupan para vlogger di luar negri. Sampe ada yg buka2an soal gaji segala.

    Like

  6. aku sih kalo kontennya bermanfaat ya aku tonton…kalo aku sih baru baru-ini buat vlog gak terlalu terkenal sih baru 3 subcriber wkwkwkkw dan sekarang aku lebih fokus buat blog tapi sesekali buat vlog juga……

    Like

  7. Menurutku itu kembali ke tujuan ketika ngevlog, seseorg ingin dikenang dan diingat sebagai vlogger yg bagaimana? Ada yg tujuannya murni spy ngetop dapat viewer deni uang shg segala cara di lakukan.Termasuk menggunakan anak dan menjual kata bule (kata bule itu nilai sensasinya gede). Sampai menukar privasi demi konten. Krn mayoritas tgkt pendidikan org Indonesia masih begitulah, konten semacam itu yg laris, susah menyaingi vlogger penuh sensasi. Tapi kembali lg ke alasan personal. Ingin dikenang sbg vlogger yg bagaimana? Oleh semua org, oleh anak cucu (kl YT msh eksis ya).😅 Krn yg ada di internet walau dihapus akn tetap ada. Ada harga tdk terlihat yg hrs dibayar utk itu.😁

    Liked by 1 person

    1. Awalnya mungkin ga punya tujuan apa apa. Tapi begitu ada peluang untuk menjadi besar, disitulah kejar tayang dan no limit akan segala kehidupan pribadi itu tak terbendung. Kadang cerita ttg masalah pribadi pun bisa jadi tema. Sebenarnya itu krmbali ke si vlogger lagilah. Aku sebenarnya membatasi tulisan2 yang berkaitan dengan kata bule. Cuma yg ini aku ga tahan untuk ga tulis. Karena sering banget aku liat kata bule ini diangkat di judul sebuah vlog. Menurutku sudahlah ga perlu.

      Like

      1. Begitu ya..Nah itu dia mba menurutku justru bahaya kalau melakukan sesuatu tdk ada tujuan. Tdk ada alat ukur utk menilai bila kita tlh bablas..🤣

        Like

    2. Hahaha begitulah mba. Kalau aku pengen dikenal seluruh penjuru dunia dari channel vlog aku karena aku congok (rakus) sesuai namanya dapursicongok🤣🤣🤣🤣 apalah daya channelnya gt gt aja hahah

      Like

      1. Temanya menarik kok mba. Kl memang mau fokus ke kerakusan (bkn lokasi)..berarti yg perlu sensasional tema kerakusannya di dapur?…hihihi😁😁

        Like

      2. Nah aku suka nonton orang makan. Konyol ya nonton orang makan itu beneran bikin lapar🤣 padahal kalau dipikir apa coba liatin orang makan. Tapi aku ga pede nampilin mukaku. Jadi udalah bagi resep aja😁

        Liked by 1 person

  8. hahaha mba menarik tulisannya. Berawal dari cari info soal penjelasan midsommar dalam bahasa Indo, malah nemu blog ini dan kecantol terus buat lanjut baca. Saya juga lagi mulai nge vlog, tapi berusaha ada sisi informatif nya. Ga pengen punya content boring. Tapi herannya yang disenengi penonton kok ya yang begitu ya.. heheehe.. apalagi suami saya ga bule.. entah bisa laku apa engga nantinya. Masyarakat indo kan tertariknya kalo vloggernya punya pasangan kulit putih yang cantik or ganteng..

    Like

  9. Aku bukan fans vlog… Jarang buka youtube juga… Paling buka youtube kalau memang ada yang dicari (kebanyakan tutorial dan Jimmy Fallon hihi…) Anyway menurutku pengguna sosmed (IG, Vlog, FB dan apalah namanya semua) bebas mau posting apa saja sih selama nggak mengandung SARA, tinggal kita yang melihatnya aja yang harus pinter-pinter seleksi sendiri. Dan me think nggak semua postingan harus ada unsur edukasinya, it’s not their job. Lihat aja acara2 di TV banyak yang rubbish apalagi pelem-pelem :D. Btw kalau di Indonesia ‘bule’ itu laku, sebaliknya kalau di sini posting2 tentang Asian women/men kira2 laku juga gak ya? Hihi…

    Like

    1. Kayaknya ga laku deh Beth hahaha

      Memang harus kitalah yang nyeleksi tontonan. Sebenarnya setiap orang bebas mau share apa saja, tapi ketika itu ditonton dan dilihat publik, ya segala pendapat pro kontra pasti ada. Aku sebenarnya lebih berasa aneh dengan judul judul bulenya itu loh. Duh gusti bgt rasanya buat aku hihi

      Like

Leave a comment