Bali menjadi salah satu tempat berlibur yang kami (saya dan suami) inginkan jauh hari sebelum liburan ke Indonesia. Sampai sampai berita gempa yang silih berganti pun tak menyurutkan keinginan suami untuk berlibur ke sini. Kami sama sama menyukai pulau Bali. Biar dikata Bali sudah mulai kotor dan macet, tetap letsgo!
Buat saya, Bali itu bukan sekedar pantai. Tapi pulau ini komplit untuk urusan liburan. Selalu inovatif dan kreatif tanpa harus meninggalkan cultur budayanya. Bali itu magis. Selalu terpanggil untuk kembali datang. Padahal kalau dipikir banyak pantai di luar Bali yang lagi naik daun. Bahkan jauh lebih bersih dan indah. Tapi ya itu, Bali selalu sayang untuk dilewatkan. Setidaknya untuk saat ini.
Bali punya banyak beach club. Keren keren pula. Salah satunya ya OMNIA yang lagi hits di kalangan milenial jaman now. Saya salah satu jiwa yang penasaran ingin masuk ke beach club ini. Mostly reviewsnya bagus bagus. Meski tak sedikit yang ngeluh di urusan harga. Omnia Bali juga sering menjadi tuan rumah untuk pertunjukan DJ terkenal dunia.
Sebelumnya saya sudah searching tentang Omnia. Banyak yang bilang masuk ke Omnia harus melalui pemeriksaan yang relatif ketat. Minimal berusia 21 tahun. Pakaian pun ga boleh sembarangan. Ga boleh ngejeans. Dress codenya smart casual gitulah. Ga boleh bawa kamera DLSR. Handphone atau go pro its oke. Jadi semua foto di dalam tulisan ini cuma pakai hape ya. Harap maklum.

Kebetulan hari itu kami berencana melihat pertunjukan tari kecak di daerah Uluwatu. Berhubung pertunjukannya sore hari, kami memutuskan ke Omnia terlebih dahulu. Karena lokasinya masih di sekitaran Uluwatu. Setibanya di sana, kami harus melalui pemeriksaan security. Ga lama kok. Dan ga seheboh yang saya bayangkan juga. Berhubung kami datang bukan di hari sabtu minggu dan masih pukul setengah satu, jadi masih sepi.
Pegawai resepsionis memilihkan kami tempat di area the Cube, spot utama yang juga sekaligus iconicnya Omnia. Ada fasilitas sofa bed yang terletak di bagian paling depan. Viewnya direct ke hamparan laut hindia yang biru. Berdiri di atas tebing curam pula.
Ahhhh…………………………spektakuler bangetlah buat saya. Saya merasa bukan sedang berada di Bali. Konsepnya ga main main. Rapi dan terstruktur.

Sehingga tidaklah heran jika omnia sangat identik dengan ajang selfie dan foto foto. Sangat bisa dimaklumi. Dan emang sayanglah hai di tempat kece gini ga fotoan. Ga perlu jaim jaim. Semua pada fotoan kok. Bahkan pegawai Omnia sesekali suka nanyain mau difotoin apa ga. Tapi jangan habisin waktu cuma buat fotoan juga yeeee…nikmati waktu ketika berada di sana. Sayang kalau sampai dilewati begitu saja.

Untuk biaya, sepertinya dihitung berdasarkan area dan fasilitas tempat duduk yang kita pilih. Untuk tiket masuk konon biayanya sebesar duaratus ribu rupiah. Tiket belum termasuk makanan maupun minuman. Fasilitas tempat duduk juga nihil alias hanya berdiri.

Kalau mau lebih nyaman dan beneran santai, paling harus rogoh kocek agak dalam. Sebagai gambaran, untuk area the cube dengan sofa bed yang kami pilih dikenakan biaya minimum order 2,5 juta rupiah dan harus dibayar di muka. Tapi biaya sudah all in one. Semisal pesanan lebih dari harga ini, maka harus membayar biaya tambahan lagi. Dan semisal minimum order ini ternyata masih bersisa, ya harus direlain. Tidak bisa dikembalikan lagi.

Seperti kami misalnya, biaya yang kami bayarkan masih lumayan bersisa. Padahal makanan yang kami pesan lumayan bikin kenyang. Order minuman juga beberapa kali. Bisa jadi karena kami tidak terlalu banyak memesan minuman beralkohol. Selain saya tidak begitu suka, suamipun membatasi. Karena kami akan menonton pertunjunkan tari sore harinya.

Tapi pegawainya baik dan jujur. Sewaktu kami hendak keluar, langsung infoin kalau kami masih punya sisa uang yang lumayan. Sampai ditawari mau order apalagi atau sisanya mending dibeliin wine botolan. Ahhh…ga perlulah sampai segitunya. Ikhlasin aja.
Buat saya dan suami, yang paling penting bisa menikmati suasana di tempat kece ini saja sudah sangat menyenangkan. Empat jam di Omnia membuat otak kami segar. Beneran liburan.
Untuk lebih lengkapnya, bisa klik video di bawah aja ya.
Biruu banget. Bangunannya juga unik. Pakai HP saja keren kok mba. Wa ga boleh bawa DSLR. Kalau mirrorless?
LikeLiked by 1 person
Iya mba kerenlah. Sebenarnya sewaktu saya ke sana ada beberapa yang menggunakan camera sejenis mirrorless deh. Jadi yaaaa dicoba aja hehe
LikeLiked by 2 people