Praha menjadi salah satu kota yang ingin gue kunjungi sewaktu masih tinggal di Indonesia. Terlebih setelah mendengar pengakuan dari beberapa orang yang gue kenal, tulisan tulisan dan berbagai gambar di internet, ditambah lagi cerita suami, yang mostly menyebut Praha adalah kota yang indah. Jadi, tidaklah salah jika akhirnya gue menaruh ekspektasi yang tinggi terhadap kota yang memiliki predikat sebagai “kota tercantik di dunia” ini.
Ironisnya, meski sudah masuk dalam list liburan, keinginan untuk mengunjungi Praha selalu terkendala oleh alasan alasan yang gue sendiri pun ga ngerti. Sebaliknya, destinasi liburan yang justru tidak masuk dalam agenda malah terealisasi.
Sampai akhirnya, setelah gue mengunjungi Tallin Estonia dan Riga Latvia, perlahan lahan keinginan mengunjungi Praha pun semakin kendor. Buat gue, keindahan kota Tallin dan Riga justru lebih memukau dibanding Praha, yang waktu itu masih gue tau dari internet. Well, selera setiap umat memang berbeda. Penglihatan gue kurang normal barangkali?
Berbeda dengan gue, suami justru lebih menyukai Praha dibanding Tallin dan Riga. “Kamu belum melihat Praha secara langsung” begitulah dia meyakinkan gue. Sampai akhirnya gue berpikir ada benarnya juga. Mungkin feelnya akan menjadi berbeda jika melihat secara langsung. Demikianlah akhirnya kami memutuskan liburan ke Praha bulan lalu, yang kalau mau jujur ini pun terealisasi karena ada drama dibaliknya (malas ceritalah).
Mendekati hari H, gue tetap kurang bersemangat. Bahkan mencari tau tempat apa saja yang akan kami kunjungi di Praha pun gue tidak antusias. Mungkin karena perjalanan ke Praha harus kami tempuh dengan berpesawat. Sepertinya gue sudah stress duluan.
Singkat cerita, kami sampai di bandara Havel pukul 10 pagi setempat. Entah mengapa, pas menunggu suami ke toilet, secara tak sengaja gue melihat info tentang mata uang czech republik yang letaknya tak jauh dari money changer.
Ternyata barulah gue tau kalau czech republik memiliki mata uang czech koruna. Bukan euro. Sementara sebelum berangkat ke Praha, kami dengan percaya diri menukar sebagian uang ke mata uang Euro. Hahaha. Geblek!
Suami gue pun ga ngeh. Terakhir kali ke Praha puluhan tahun silam dan dia pikir Czech republik sudah bergabung dengan mata uang Euro. Sungguh terlalu kan (kata bang Roma). Tapi untungnya, transaksi dengan mata uang euro sangat diterima di kota Praha. Jadi ya sudahlah.
Dan seperti yang sudah sudah, kami adalah pasangan pemalas. Awalnya sok berjuang pengen naik bus dari bandara ke hotel. Begitu melihat counter taxi………………ehh malah membelok. Setelah kami hitung, relatif tidak terlalu mahal mengingat jarak antara bandara ke hotel lumayan jauh.
Nah, pas nanya harga, si pegawai menawarkan promo. Jika kami membeli tiket taxi dari bandara ke hotel dan dari hotel ke bandara, maka kami akan mendapat diskon. Kami pun langsung menerima tawaran itu karena memang berencana akan naik taxi juga setelah check out dari hotel.
Sewaktu melakukan penawaran harga, si pegawai counter menyebut dalam mata uang euro. Mungkin agar kami lebih mudah menghitung kali ya. Tapi pas didebet, angka yang muncul dalam bentuk czech kurona. Dan itu nolnya langsung banyak banget kan. Trus suami nanya dong. Si pegawai langsung menjawab kalau nilainya setara dengan nilai euro yang dia sebut sebelumnya. Entah mengapa gue uda mikir jelek. Cuma karena antrian di belakang kami lumayan panjang, dan sopir taxi pun sudah menunggu, akhirnya kami memilih buru buru naik taxi. Pas di dalam taxi, barulah gue hitung. Dan you know what? Ternyata sama aja mak. Kaga ada diskonnya. Hahaha.
Duhhh beneran deh boong banget. Biasanya gue paling ga suka dibohongi. Cuma gue mikir gini, diskon kaga diskon memang kami tetap akan naik taxi. Jadi gue ikhlasin. Anggap saja membayar taxi tanpa embel embel diskon. Daripada memble kan. Untung sopir taxinya baik. Selama perjalanan selalu memberi tahu nama nama tempat yang kami lewati. Jadi lumayan membuat mood kembali waras.
Hotel tempat kami menginap letaknya pas di kawasan old town square kota Praha. Jadi kemana kemana lumayan dekat. Berhubung kami tiba masih pagi, kami belum bisa check in. Kami memutuskan mengitari kawasan old town square dengan berjalan kaki. Dan liburan pun dimulai. Welcome to Prague!
Dan benar saja, hari pertama di Praha tak mampu membuat gue jatuh cinta. Gue berusaha menikmati suasana kota ini tapi gagal terus. Salah jika gue bilang kalau Praha bukan kota yang cantik. Kota ini memang cantik!
Tapi entah mengapa kurang menarik di mata gue. Kaga ngerti juga. Setidaknya itu yang gue rasakan. Tidak ada yang luar biasa. Gue merasa sama aja dengan kota eropa kebanyakan. Sementara pujian terhadap kota ini luar biasa banget. Dan itu bukan omong kosong belaka. Praha selalu dibanjiri turis. Sampai menyeberang jalan pun susah. Layaknya menonton konser. Dan sukses membuat gue stress di hari pertama itu. Mana Praha waktu itu panasnya minta ampun. Apalagi di area Charles Bridge. Duh, beneran tak bisa menikmati. Suami gue tiba tiba minta balik hotel karena ga tahan dengan panasnya. Mungkin karena terlalu banyak orang juga kali ya. Alhasil kami pun memilih istirahat di hotel.
Tiba malamnya, kami pikir tidak terlalu ramai lagi. Ternyata sama aja. Tak ada perbedaan antara siang dan malam. Praha seolah tak pernah tidur. Sampai pukul 1/2 duabelas malam masih rameeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee banget manusianya. Sangatlah tepat kami memilih menginap di kawasan old town square. Kami bisa nongkrong di cafe dekat hotel tanpa takut sudah larut malam.
Hari kedua, gue mulai bisa menikmati liburan kami. Meskipun gue tetap belum “terwow”, tapi gue mencoba menikmati setiap lorong jalan yang kami lewati. Menikmati landscape kota Praha yang bisa dilihat dari berbagai penjuru. Dari tower charles bridge, tower gereja, tower kastil, hingga kawasan hill seperti metronom.
Gue malah lebih tertarik dengan arsitek bangunan St.Vitus Cathedral yang berdiri pas di tengah kastil Praha. Sampai mikir, kok bisa ya di kehidupan yang nyaris seribu tahun lalu, orang orang bisa mendirikan bangunan sebesar dan sedetail ini. Jaman belum tersentuh teknologi. Jaman serba manual. Gila banget.
Bagian dalam cathedral bisa dilihat secara gratis. Tapi ya itu, sebatas pintu masuknya saja. Tidak boleh melewati tali pembatas. Jika ingin melihat keseluruhan bagian dalam cathedral, harus membeli tiket yang harganya sudah sepaket dengan tiket masuk ke dalam kastil. Kami tidak melihat semua isi kastil. Kurang menarik. Lebih tertarik melihat cathedralnya. Kalau bukan karena cathedral ini, kami uda malas harus ngantri. Parah banget antriannya. Sampai sampai kami membatalkan masuk dan memutuskan kembali esok harinya. Maksudnya agak pagianlah. Ternyata sama saja. Rameeeeeeee!
Suasana kota Praha juga dapat dinikmati dengan boat yang berseliweran di sepanjang sungai Vltava. Cuma hati hati dengan agen penjual tiket yang berada di sekitar Charles Bridge. Kami adalah salah satu korban. Si wanita penjual tiket menyebut, kalau kapal akan berangkat pukul 6 sore. Dan kami diberitahu agar menunggu kapal di salah satu dermaga. Dan itu lumayan jauh dari tempat kami membeli tiket.
Mendekati pukul 6 sore, gue melihat seorang pria dan wanita mendekati petugas boat di dermaga. Dan benar saja. Ternyata bukan hanya kami yang menjadi korban. Pasangan ini juga. Menurut keterangan petugas, ternyata sudah tak ada lagi kapal yang berangkat pukul 6 sore. Dan ketika ditanya masalah tiket yang sudah kami beli, dengan entengnya si petugas bilang kalau mereka ga bisa berbuat apa apa. Si pasangan tadi cuma terlihat pasrah gitu. Sama kayak suami gue juga, lebih memilih diam dan menerima takdir. Wah, kalau gue beda mak. Ga terima gue. Kalau si petugas menjelaskan baik baik, gue masih bisa menahan sikap ya. Lah ini terkesan buang badan. Mana ngomongnya ketus gitu.
Dan dalam hitungan detik, gue pun berubah menjadi tiger, lion, macan, crocodile, serigala, polar bear, atau apalah itu. Dengan suara kenceng, gue pertanyakan tiket yang kami beli, gue bilang kalau mereka menipu, membodohi, tak bertanggung jawab, bla bla….!
Dan eng ing eng…..!!!! si petugas kaget kali ya dengar suara gue. Dan keluarlah pegawai lainnya dari boat. Singkat cerita, kami diover ke dermaga lain. Kami naik boat yang berbeda.
Nah kan! Kadang kadang ga semua masalah bisa diselesaikan dengan kepala dingin dan lemah lembut. Lupakan itu kalau kalian ketemu jenis manusia kadal. Karena manusia berjenis seperti ini masih banyak berkeliaran di muka bumi. Hantam saja langsung. Hahaha.
Sepertinya mereka gambling. Sukur sukur kalau kami ga bawel. Okelah, mungkin akan berhasil jika korbannya setype suami gue yang malas ribut. Tapi tidak dengan gue. Sejujurnya yang paling bikin gue kesel adalah cara menjawab si petugas yang terkesan ga mau tau. Responsibilty kurang. Gue adalah pribadi sangat tidak suka dibohongi. Merasa dibodohi. Dan kalau gue hanya diam, makin berasa bodohlah gue.
Biarlah foto foto di tulisan ini yang mewakili keindahan kota Praha. Mungkin bagi sebagian besar yang sudah pernah ke kota ini akan berpendapat lain. Tapi setiap orang juga punya selera yang berbeda. Next akan gue tulis sisi lain tentang kota Praha. See ya!
*Semua foto foto di tulisan ini adalah dokumentasi pribadi ajheris.com
Salam, mbak. Dilihat dari gambarnya Praha cantik. Hanya saja banyak sekali pengunjungnya ya, bisa mengurangi kenyamanan juga suasana…terima kasih sudah berbagi kisah. Ditunggu kelanjutannya..
LikeLike
Haloooo makasih ya. Mungkin banyaknya turis yang berkunjung bisa jadi membuat suasana kota jadi kurang nyaman mba
LikeLike
Pengalamanku ke Praha juga hampir sama Helena. Tidak so Wow yang kubayangkan. Maksudku karena aku sejak dulu memang pengen ke Praha ya, tapi begitu sampai sana, ternyata sensasi di hati tidak sampai yang terkesima sekali. Mungkin karena waktu kami ke sana puncak musim panas (Agustus) jadi panasnya beneran sampai bikin pusing, lautan manusia, ditambah kondisi badanku tahun kemaren. Kami ikut free walking tour. Itupun aku bawa kursi lipat haha. Kalau pas guide nya nerangin, aku duduk. Tak sanggup berdiri 😅😅 aku lebih nyaman saat ke Kutna Hora atau Chezky Krumlov kota sekitar Praha. Tidak bising dan lebih tenang dan kotanya bagus.
LikeLike
Iya Den, ekspektasi yang tertanam di kepala sudah terlalu tinggi. Dan lautan manusia itu pun aku rasa banyak berpengaruh sehingga membuat menjadi tak nyaman. Bangunan tuanya kurang magis buat aku. Sampai melihat dari tower aja aku tak terwow padahal kalau dilihat cantik. Sepertinya musim gugur lebih cocok kali ke sini, aku bayangkan kalau ga terlalu ramai masih bisa enjoy. Apalagi Charles Bridge itu kan katanya bagus banget kan, pas uda ke sana kok ya ga berasa apa apa gitu😁
LikeLike
Wah toss dulu kita bertiga. Ternyata bukan aku saja yang tidak tercuri hatinya waktu di Praha 😄
LikeLike
Hahaha begitulah kira kira Beth😁
LikeLike
LUAR BIASA INDAH.
Aku sampe bingung mau komen apa lagi 🙂
LikeLike
Hahaha, kadang kadang memang seperti itu. Habis baca kita ga tau mau komen apa. Penting dibaca ajalah ya. Makasih ya om😁
LikeLike