Jika mendengar kata berburu kok kesannya kejam dan barbar ya. Identik dengan sesuatu yang illegal. Sesuatu yang liar. Tapi berbeda halnya di negara Swedia, berburu merupakan kegiatan resmi dan legal. Bahkan untuk kegiatan ini, ada setoran biaya tahunan ke pemerintah daerah yang harus dibayar oleh peserta sebesar 300 sek, agar bisa mendapatkan kartu “Hunting Permit”.
Kegiatan berburu di Swedia sudah semacam tradisi. Sudah berlangsung ratusan tahun. Tak ayal memang, karena alam negara ini sangat dominan ditumbuhi hutan pinus yang menjadi hunian ternak liar dalam jumlah relatif banyak.
Menjelang musim berburu tiba, stasiun tv lokal pun turut memberitakan suasana euforianya. Apalagi kegiatan berburu diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat. Mulai dari petani, karyawan, pengusaha, profesional, dokter, tanpa terkecuali.
Pun ketika mengajukan cuti kerja dengan alasan “akan berburu” sangat bisa dimaklumi, karena para atasan dan bawahan tak sedikit yang ikutan berburu. Jadi sudah saling mengerti. Tidak tanggung tanggung, mereka mengambil cuti hingga seminggu penuh.
Meskipun kegiatan berburu dilegalkan di Swedia, para pemburu harus mengikuti dan tunduk pada aturan yang ditetapkan oleh Departemen perlindungan alam/nature Swedia (Nature Vards Verket).
Kapan musim berburu bisa dimulai dan berakhir?
Memasuki musim gugur atau awal bulan September. Di wilayah paling utara Swedia biasanya mendapat giliran lebih awal. Wilayah Lapland Swedia misalnya, kegiatan berburu sudah dimulai bulan September. Sedangkan di wilayah Dalarna, biasanya dapat giliran di bulan Oktober minggu kedua. Dan berakhir di bulan Januari.
Berburu besar, umumnya diikuti oeh banyak peserta. Seperti di desa tempat gue tinggal, ada sekitar 30 orang peserta. Mereka melakukan kegitan berburu rutin dalam seminggu penuh. Tapi jika target berburu masih jauh terpenuhi, kadang dilanjutkan di lain hari. Bedanya peserta yang turut tidak sebanyak sebelumnya. Mungkin selain harus bolak balik cuti, faktor tempat tinggal juga berpengaruh. Karena tak sedikit dari peserta yang tinggal di kota besar seperti Stockholm.
Mengapa harus dimulai di musim gugur? Bukan di musim panas?
Ada beberapa alasan. Karena memasuki musim gugur atau di bulan September, suhu udara sudah mulai dingin. Sangat cocok untuk mempertahankan kualitas daging agar tetap fresh meskipun berhari hari disimpan di rumah potong.
Dan konon, antara bulan September hingga Januari, binatang liar tidak melakukan kegiatan reproduksi. Dan mulai bereproduksi di atas bulan Januari hingga summer. Itulah sebabnya, di musim panas dilarang berburu. Karena reproduksi hewan liar di musim ini relatif aktif. Selain itu, berburu di saat summer juga kurang baik untuk mempertahankan kualitas daging agar tetap segar.
Binatang jenis apa yang diburu?
Musim berburu di Swedia sangat identik dengan hewan liar bernama Moose atau di Swedia lebih dikenal dengan sebutan Älg atau Elk. Hewan ini masih tergolong jenis rusa, tapi berukuran jauh lebih besar dan tinggi.
Berapa banyak moose yang bisa diburu dalam setahun?
Pemerintah Swedia melalui Nature Vards Verket (semacam departemen perlindungan alam), mengeluarkan kebijakan terkait batasan jumlah hewan yang bisa diburu. Demi menjaga kesinambungan populasi hewan di masa yang akan datang.
Masing masing wilayah memiliki batas maksimal yang berbeda beda tergantung seberapa luas lahan hutannya. Contohnya di desa tempat gue tinggal, batas maksimal moose yang bisa diburu adalah 14 ekor setiap tahunnya.
Jenis moose seperti apa yang bisa diburu?
Jenis moose yang berumur tua maupun yang masih muda. Artinya jumlah moose yang sudah tua maupun muda haruslah sama. Misalnya 7 ekor moose tua dan 7 ekor moose muda. Nature Vards Verket membuat kebijakan ini agar keseimbangan populasi moose tetap stabil dan terjaga.
Seandainya hanya memburu jenis moose yang tua, populasi moose bisa membludak. Hal ini juga kurang baik bagi usaha pertanian warga yang bergerak dibidang perkayuan. Bibit pohon yang ditanam bisa cepat rusak. Atau pohon pohon yang daun rantingnya masih terbilang muda, bisa habis dilahap moose. Sementara kayu hutan merupakan komoditas penting dalam perekonomian Swedia. Selain itu, populasi moose yang tidak terkontrol dapat memicu meningkatnya rawan kecelakaan di jalan. Karena hewan hewan ini bisa saja muncul seketika tanpa terduga.
Pun jika hanya memburu moose yang masih muda tidak baik. Karena bisa mengurangi populasi moose itu sendiri.
Apakah setiap tahun target terpenuhi?
Tentu saja tidak. Berburu moose tidaklah mudah. Karena penciuman binatang ini sangat peka terhadap bau manusia. Bahkan kadang dalam dua hari berturut, para hunter tidak berhasil sama sekali. Tapi di lain hari, bisa dapat 3 ekor moose sekaligus. Jadi faktor alam dan keberuntungan juga berpengaruh.
Secara keseluruhan, para hunter jaranglah memenuhi target. Maksimalnya paling dapat 6 hingga 8 ekor dalam setahun. Atau kadang kadang bisa 10 ekor dalam setahun. Tapi tidak sering.
Jika moose lewat di sekitar rumah warga, apakah boleh ditembak?
Tidak boleh!
Tempat berburu sudah ditentukan. Jadi tidak bisa disembarang tempat. Gila aja nembak hewan di dekat rumah. Hahaha.
Apa syarat untuk suatu wilayah baru boleh melakukan kegiatan berburu?
Yang pasti wajib memiliki lahan hutan. Lahan hutan yang memang merupakan milik warga sendiri. Kepemilikian lahan hutan di Swedia terbilang unik, karena lebih dari 50 persen kepemilikannya justru dipegang warga biasa. Selebihnya baru dikuasai gereja, perusahaan, baru negara.
Setiap wilayah memiliki satu komunitas berburu yang dipimpin oleh seorang leader. Dari sekian warga yang memiliki lahan hutan, biasanya sepakat jika lahan hutan yang mereka miliki digunakan sebagai area berburu.
Dan sebagai konpensasinya, mereka mendapat bayaran sewa lahan secara proporsional (sesuai luas lahan masing masing), yang mana uang ini berasal dari kumpulan biaya administrasi yang dibayarkan oleh setiap peserta, termasuklah dari si pemilik lahan sendiri.
Jadi misalnya, jika si A memiliki lahan hutan, kemudian lahannya dipakai sebagai tempat area berburu, maka si A akan mendapat konpensasi bayaran dari pemakaian lahan tersebut. Tapi berhubung si A juga turut sebagai peserta, maka dia pun wajib membayar administrasi kepada komunitas berburu yang sudah menyewa lahannya.
Meskipun kadang, biaya adminitrasi yang dibayarkan si A tidak sebesar biaya yang dia dapat dari hasil penyewaan (jika lahan yang disewakan terbilang banyak).Lalu kenapa si A harus turut membayar? karena nantinya, si A tidak hanya berburu di lahan hutannya saja, melainkan berpindah pindah ke lahan hutan orang lain yang juga disewakan oleh sang pemilik.
Siapa saja yang bisa ikut bergabung? Dan bagaimana sistem administrasinya?
- Pemilik lahan hutan dan anggota keluarganya. Anggota keluarga pun dibatasi hanya sampai garis suami/isteri, anak, serta menantu. Cucu, kakek, nenek, paman, bibi sudah tidak termasuk. Diberlakukan demikian agar pemerintah lebih mudah mengontrol peserta.
- Pihak lain yang tidak memiliki lahan hutan.
Untuk sistem pembayaran administrasinya pun berbebeda beda. Berikut rinciannya :
Misalnya si A memiliki lahan hutan seluas 1 hingga 80 hektar, maka si A wajib membayar 1000 sek agar bisa mendapatkan 1 kartu izin berburu dari leader komunitas. Kemudian, jika si A memiliki istri/suami, anak, menantu, maka masing masing dari mereka harus membayar kepada leader komunitas sebesar 1000 sek untuk biaya izin berburu dan 1000 sek untuk mendapatkan kartu izin berburu. Jadi ada biaya untuk mendapatkan izin, dan ada pula biaya untuk mendapatkan katu izin.
Jika si A memiliki lahan yang lebih luas, mulai dari 80 hingga 160 hektar, maka si A wajib membayar 2000 sek agar bisa mendapatkan 2 buah kartu izin berburu. Dan jika si A memiliki istri/suami, anak, menantu, maka salah satu dari mereka tidak perlu membayar izin berburu, cukup membayar kartu saja sebesar 1000 sek. Sedangkan sisa anggota keluarga lainnya masing masing harus membayar sebesar 1000 sek untuk izin berburu dan 1000 sek untuk mendapatkan kartu.
Demikianlah seterusnya, jika si A memiliki lahan lebih luas lagi dengan kelipatan 80 hektar, maka kemungkinan besar anggota keluarga lainnya tidak dikenakan biaya izin berburu lagi, melainkan hanya biaya kartusebesar 1000 sek.
Lalu bagaimana dengan orang orang yang tidak memiliki hubungan keluarga dengan si A, yang juga tidak memiliki lahan hutan? apakah boleh berburu?
Boleh boleh saja. Tapi biaya yang mereka bayarkan biasanya jauh lebih besar. Karena mereka harus membayar izin menyewa lahandari pemilik seluas 1 hingga 80 hektar.
Harga izin menyewa lahan ini biasanya lebih mahal dan tergantung kesepakatan masing masing. Setelah itu, pemilik lahan akan memberitahu leader komunitas kalau tanahnya akan dipakai berburu oleh si penyewa. Kemudian orang tersebut harus membayar ke leader komunitas sebesar 1000 sek untuk mendapatkan kartu izin berburu.
Selain warga biasa, siapa lagi yang bisa menyewakan dan memberi ijin berburu di lahan hutan?
Pihak pihak yang menjadi owner atas lahan hutan. Diantaranya adalah :
- Pihak gereja
- Perusahaan swasta yang bergerak di sektor kehutanan
- Perusahaan milik Negara yang bergerak di sektor kehutanan
Apa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang hunter?
- Minimun berumur 18 tahun
- Memiliki senjata berizin
- Mengikuti latihan pra berburu dua bulan sebelum hari H
- Wajib memiliki asuransi untuk claim pertanggungan jika terjadi kecelakaan tak terduga selama berburu
- Wajib mengantongi Hunting Permit Card dari departemen pemerintah daerah, dengan membayar iuran sebesar 300 sek pertahun (setoran ke pemerintah daerah setempat)
- Wajib membayar Hunting Permit dan Kartu Berburu ke leader komunitas (setoran untuk komunitas berburu setempat atas pemakaian lahan hutan)
Kapan seorang hunter dicabut ijinnya?
Ketika berburu tidak pada waktunya.
Dan jika seseorang berburu tanpa mengindahkan syarat dan ketentuan berburu seperti yang dijelaskan di atas, selain senjatanya ditarik, juga diproses secara hukum.
Bagaimana cara agar para hunter lebih mudah mendapatkan Moose?
Dua bulan sebelumnya, para hunter akan melakukan meeting. Meninjau beberapa titik lokasi yang akan dijadikan tempat berburu. Contohnya, kalau ada 20 titik lokasi, maka mereka akan berpindah pindah ke 20 lokasi dengan cara mengepung atau mengelilingi semua area di satu lokasi tersebut. Ibarat lingkaranlah.
Tapi jarak masing masing hunter lumayan berjauhan. Jika tidak, moose bakalan mencium bau manusia yang terlalu banyak. Para hunter hanya duduk diam di kursi lipat yang mereka bawa. Jadi bukan berjalan jalan. Mereka dilengkapi radio talki untuk mempermudah komunikasi.
Nantinya ada satu leader yang akan berjalan dengan anjing pelacak. Anjing inilah yang akan membantu keberadaan moose di lokasi yang dikepung. Jika anjing mencium aroma tubuh moose, maka anjing akan menggonggong. Leader harus memiliki stamina yang kuat, karena harus berjalan kurang lebih selama 9 jam menggiring anjing. Paling istirahat sesekali.
Yang menjadi persoalan, jika lokasi yang dikepung belum tentu ada moosenya. Karena pergerakan binatang ini sangat lincah. Itulah sebabnya, mengapa dalam sehari para hunter harus berpindah pindah tempat. Setidaknya, diperlukan sekitar 9 jam dalam sehari untuk berburu. Makanya para hunter sudah harus mempersiapkan stamina dan peralatan mereka, mulai dari kursi lipat, minuman, makanan, cemilan, kopi, dll.
Kadang gue suka ga habis pikir, apa enaknya menunggu dan duduk selama 9 jam. Di hutan sepi dan dingin pula. Tapi menurut mereka, berburu bukan sekedar menembak, tapi menghabiskan waktu dengan rasa degdegan, justru di situlah pengalaman luar biasanya.
Lalu setelah berhasil mendapat buruan, apa langkah selanjutnya?
Moose akan dibawa ke rumah pemotongan. Bayangin, setiap desa di Swedia yang melakukan aktivitas berburu tahunan pasti memiliki rumah potong sendiri. Dan itu ga tanggung tanggung besarnya. Jadi kegiatan ini memang benar benar sudah dipersiapkan. Bukan berburu asal asalan. Bisa dibilang hunter profesional. Wong cara memotong daging aja uda pintar dan lihai banget. Mereka sudah tau mana bagian daging yang cocok untuk steak, mana yang cocok untuk meatballs, mana yang harus dibuang.
Biasanya bagian kulit dan jeroan langsung sesegera mungkin dibuang. Tujuannya agar daging tetap fresh dan tidak gampang tertular bakteri. Lalu digantung tanpa dicuci air. Dibiarkan selama berhari hari. Mengapa? Agar tekstur daging nantinya tidak menjadi keras. Sebab jika langsung dipotong potong, apalagi langsung dimasak, daging cenderung alot dan mengeras.
Barulah nantinya, di hari ke 7 (hari terakhir berburu), semua peserta berkumpul dan bersama sama memotong daging moose. Masing masing potongan ditempatkan secara terpisah di atas meja berlapis alumunium. Misalnya bagian fillet dada, paha, punggung, semuanya disusun terpisah. Yang diambil fillet semua.
Sedangkan bagian tulang dibuang. Rasanya sayang banget kalau melihat daging yang masih menempel di tulang iga harus dibuang. Hampir satu mobil pickup. Mengingat di pasar tradisional tanah air semuanya bisa dijual dan diolah.
Selanjutnya potongan daging tadi dibagi rata ke semua peserta. Sesampainya di rumah masing masing, para pemburu akan memotong motong kembali daging ke ukuran yang lebih kecil. Dipilah pilah bagian mana yang ada lemaknya. Bagian kikil dibuang. Daging yang agak kasar biasanya digiling untuk dijadikan meatballs maupun burger. Bagian fillet dengan tekstur lembut akan dijadikan steak.
Semua bahan daging lalu dimasukin ke dalam plastik yang masing masing beratnya disesuaikan untuk sekali masak. Diberi nama dan tahun juga, biar pas memasak tidak bingung.
Enakan mana dibanding daging sapi?
Kalau ini sih tergantung selera lidah. Tapi banyak yang bilang daging moose jauh lebih enak. Termasuk gue. Yang jelas dagingnya tidak beraroma susu. Rasanya manis. Dan dagingnya relatif empuk. Dijadikan dendeng juga cocok banget. Jika sudah merasakan dendeng moose, dendeng sapi pun jadi kurang nendang. Hehe.

Daging moose kadar lemaknya juga rendah. Dikarenakan moose merupakan binatang liar yang memiliki pergerakan aktif. Makanannya pun rumput dan daun pohon di hutan. Dua orang peserta berburu di desa gue kebetulan berprofesi sebagai dokter. Mereka menjelaskan, jika kadar lemak di tubuh moose memang rendah.
Satu dua restoran tradisional di Dalarna kadang kadang menyajikan menu olahan moose. Sebagai menu fine dining dengan harga yang relatif mahal. Daging moose jarang ada di supermarket Swedia, sekalipun di Dalarna. Kalau pun ada, harganya dua kali lipat harga daging sapi. Karena memang untuk mendapatkan daging moose hanya melalui kegiatan berburu dan itupun tidak bisa setiap saat dilakukan. Sementara para hunter moose sebagian besar hanya mengkonsumsi daging moose untuk mereka sendiri dan jarang diperjual belikan.


Minggu depan, desa gue akan memulai kegiatan berburu selama seminggu. Dan biasanya, sebagian dari mereka melakukan tradisi makan bersama sebelum berburu dimulai. Tahun lalu, gue mendapat giliran memasak menu dinner untuk mereka. Gue menyajikan menu Indonesia!
menarik sekali informasinya….seru keliatannya untuk ikut tapi setelah melihat iuran-iuran yang banyak sebagai hunter, wahahaha..mahal ya. Kalau di Indonesia berburu masih ada yang sembunyi-sembunyi. Tapi kalau suku-suku tradisional seperti di Kalimantan biasanya juga punya aturan tersendiri untuk melindungi ekosistem. Kearifan lokal gitu, deh. Disana biasanya yang ikutan golongan menengah keatas atau bagaiamana?Tapi ini lebih ke tradisi, kali, ya?
LikeLike
Euforianya lumayan berasa sih mba. Apalagi kayak tempat aku kan lumayan sepi, tiba tiba berasa aja ada aktivitas berburu ini 😁.
Sebenarnya di setiap negara ada aja manusia bandelnya, yang membedakan paling dari segi kuantitasnya ya. Di Swedia pun ada aja yang bandel, berburu di waktu yang tak tepat. Tapi biasanya mereka berburu serigala. Karena berburu serigala meskipun dibolehkan, tapi jauh banget batasannya dibanding moose. Moose jumlahnya relatif lebih banyak. Dan para pemburu moose ini sangat sangat mengikuti kearifan lokal mereka. Bahkan kadang mereka bikin aturan sendiri untuk lebih menjaga kesinambungan populasi moosenya. Padahal pemerintahnya ga minta, mereka lebih sadar aja. Sebab bagi mereka tradisi ini bukan untuk sekali dua kali, tapi bisa seterusnya.
Kalau di Swedia agak susah ya mba melihat kalangan menengah ke atas atau kalangan bawah. Tidak ada yang terlalu mencolok. Buktinya yang ikut bisa berbagai kalangan dan profesi. Petani iya, pengusaha iya, pegawai biasa iya, dokter iya, mereka ikut ikut aja. Kalau sudah suka, ya mungkin mereka sisihkan uang supaya bisa ikut. Rata rata di desa tempat aku para hunter sudah mengikuti kegiatan ini hampir seumur hidup mereka. Sejak remaja uda pada ikut. Termasuk suami. Gilak ya . Hahaha
LikeLiked by 1 person