Musim panas tahun ini merupakan musim yang lumayan menyita waktu gue dan suami. Terutama suami sih. Mempersiapkan lelang, terkait warisan mendiang kerabat, yang ternyata merepotkan juga. Sampai sampai suami harus cuti beberapa kali dari kantornya.
Belum lagi segala urusan yang berhubungan dengan pajak, notaris, buyer, membuat dia enggan memikirkan hal lain. Termasuklah urusan liburan. Dan gue pun bisa mengerti, karena kalau ngomongin liburan harusnya pikiran bebas dari segala urusan ini itu kan. Kalau dipaksakan yang ada liburannya malah kurang asik.
Tapi cerita pun menjadi lain, karena di luar dugaan kami, ternyata segala urusan tetek bengek di atas bisa terselesaikan lebih cepat. Dan singkat cerita, akhirnya kami pun bisa dengan tenang memikirkan acara liburan musim panas tahun ini. Dan tempat yang kami pilih juga ga jauh jauh. Masih di sekitaran wilayah Baltik, tepatnya di kota Riga, Latvia. Meskipun cuma sebentar, akhirnya kami bisa juga menikmati summer holiday, sekalian merayakan anniversary tiga tahun pernikahan kami. Huraaaaaaaaaaaaaaa!!
Berkunjung ke negara bekas pecahan Uni Soviet ini, sebenarnya sudah ada dalam agenda jalan jalan kami jauh sebelumnya. Tepatnya sehabis mengunjungi kota tua Tallin Estonia tahun lalu, yang kebetulan juga sama sama berada di wilayah Baltik. Waktu itu kami benar benar terpesona dengan keindahan kota Tallin. Yang akhirnya membuat gue berinisiatif searching di google tentang negara Baltik lainnya. Dan ternyata ketemu kota Riga.
Ya uda, langsung masukin destinasi trip selanjutnya. Makanya liburan summer tahun ini, kami ga pake susah nentuin tempat berlibur. Karena Riga sudah masuk dalam agenda. Apalagi, memilih Riga sama artinya juga dengan kami bisa menikmati quality time di dalam kapal sekitaran laut Baltik yang terkenal mampu memanjakan para penumpangnya dengan berbagai fasilitas yang uhuiiii. Menikmati hari layaknya di kota berjalan. Bisa Klik di Sini.
Dari Dalarna, kami berangkat dengan bus tepat pukul 9 pagi. Tiba di Stockholm sekitar pukul 3 sore. Menjadi lama karena bus harus keliling menjemput penumpang di beberapa stasiun kota. Bus yang kami tumpangi merupakan bus travel yang bekerja sama dengan Tallink Group. Perusahaan kapal besar yang melayani jasa transportasi di seputaran laut Baltik.
Sekitar pukul 5 sore, kapal meninggalkan Stockholm dan tiba di kota Riga pada pukul 10 pagi. Hari itu cuaca di kota Riga lumayan panas dan terik. Ada cerita tak mengenakkan di awal ketibaan kami. Sistem layanan taxi di pelabuhan kota Riga lumayan kurang terkontrol. Ternyata main serobot masih berlaku di sini. Ga jelas menunggu taxinya dimana. Kami sempat bingung dan demikian juga dengan beberapa warga Swedia lainnya. Berdiri menunggu untuk sesuatu yang tidak jelas.
Banyak orang yang sudah terlebih dahulu berdiri di halte, ditikung ama calon penumpang lain. Kami cuma bisa bengong. Di sekitar area ketibaan, tidak terlihat satu taxi pun yang parkir menunggu calon penumpang. Murni menunggu taxi yang datang. Harusnya ada yang kontrol ya. Jadi penumpang ga rebutan.
Apalagi kepala mulai berasa dipanggang. Tensi pun mulai meninggi. Mana taxinya berhenti selonong boy aja, kadang di depan halte kami, kadang di halte lain. Aduh bener benar putus asa nunggunya. Maksudnya kurang jelas gitu loh sistem nyetop taxinya seperti apa. Kalau sekiranya taxi berbaris parkir, mungkin bisa disamperin. Beres kan. Atau pakai sistem ngantri. Ini mah kagak.
Nah, pas sebuah taxi melaju ke halte di sebelah, terlihat calon penumpang langsung berbicara ke supir taxi. Cuma anehnya mereka tidak jadi naik. Suami gue pun langsung sigap berlari menghampiri taxi tadi. Tidak terlalu ingat persisnya seperti apa, ga lama suami pun melambaikan tangan ke gue. Tanda isyarat kalau kami bisa masuk ke dalam taxi. Huaaaaa, surprise!
Dan ternyata, ada cerita dibalik keberhasilan suami bernego dengan si bapak supir tadi. Ceritanya pas suami menuju taxi, ada juga calon penumpang yang berniat masuk ke dalam taxi, tapi ditolak si supir dengan alasan hotel yang mereka tuju tidak terlalu jauh.
Tapi anehnya, giliran suami gue diokein. Padahal tujuan sama sama ke hotel yang juga dituju oleh calon penumpang sebelumnya. Dan akhirnya gue baru paham, ternyata ada permainan harga. Taxinya ga pakai argo. Untuk perjalanan 10 menit, kami dikenakan 20 euro. Dan itu langsung dibayar di muka. Sekitar 300 ribu rupiahlah.
Jadi kesimpulannya, supir taxi tadi tembang pilih calon penumpang. Mungkin mereka punya kemampuan melihat postur wajah si A dan si B asalnya dari negara mana. Gue ga perlu perdalamlah kalimatnya. Sedikit rasis. Dan itu nyebelin banget kan!
Berkiblat ke harga taxi di kota Tallin Estonia yang relatif murah, seingat gue perjalanan 10 menit cuma dikenai 6 euro. Jadi pas ditodong membayar 20 euro di kota Riga lumayan yessssssssss juga kagetnya.
Supir taxi juga bilang, kalau harga taxi di kota Riga tidak ada yang seragam. No argo. Semuanya sesuai kesepakatan. Kami sempat percaya. Sampai sampai malas naik taxi. Ternyata ga benar mak. Masih ada kok taxi yang pakai argo.
Dan itu argonya ya ampun, untuk perjalanan 5 menit cuma 3 euro malah. Dan pas balik ke Swedia, biaya argo dari hotel ke pelabuhan cuma dikenai 5 euro. Jreng jreng jreng!
Tapi namanya juga cari nafkah ya. Rejeki si driver taxinyalah. Dan rejeki kami juga, karena tanpa dia pastinya kami masih menunggu lama di pelabuhan. Untung dapat taxi. Daripada ga, bisa ngesot sampai hotel.
Sekilas tentang Riga, kota ini merupakan ibukota Latvia. Latvia sendiri pernah menjadi bagian dari wilayah Swedia, kemudian direbut oleh Rusia. Pada tahun 1991, Latvia memerdekakan diri dari Uni Soviet dan menjadi negara yang berdaulat penuh.
Riga sampai saat ini tetap melakukan pembenahan. Bangkit dari masa masa suram di jaman pemerintah komunis dulunya. Menurut cerita suami, meskipun wilayah Swedia terbilang dekat ke kota Riga Latvia, warga Swedia dulunya tidak bisa masuk ke kota ini. Akses masuknya sangat sangat sulit. Itu sebabnya, saat ini Riga mati matian mengembangkan potensi wisatanya. Pun dengan warga Swedia, sangat menikmati era keterbukaan di kota Riga sejak Latvia merdeka.
Warga Riga itu sepengamatan gue, terutama kaum wanitanya, sangat fashionable. Postur wajah dan badan mereka juga oke banget. Tinggi langsing, muka tirus, mirip model model dunia gitu. Wajah wanita ex Soviet pada umumnyalah. Memang cantik cantik kan.
Nah, mereka itu sepertinya untuk sekedar jalan, suka banget pakai high heels, wadges, make up full abis, lipstick merah menyala, mau di pasar, jalan agak berbatu, di bus, di tram, semuanya rata rata bergaya. Bahkan seumuran emak emak juga gaya. Tapi ada juga sih yang berpenampilan apa adanya. Gue bicara mostlynya aja.
Menjelang malam, di beberapa titik lokasi, banyak para wanita yang berdiri dengan penampilan keren. Tidak seronok dan tetap asik dilihat. Tapi kurang tau mereka berdiri menunggu apa.
Riga memiliki kawasan Medieval Old Town yang sangat mempesona. Berjalan kaki seharian di kota tua ini tidak pernah bosan. Secara keseluruhan mampu menampilkan aroma abad pertengahan. Kota tua yang langsung membuat gue jatuh cinta. Cafe, restoran, bar, toko souvenir, lorong lorong kecil, bunga warna warni, alamak, cantik dan romantis. Semua memiliki magnet kuat yang mengharuskan gue pengen berhenti dan berhenti lagi. Kawasan ini pun ditetapkan Unesco sebagai salah satu heritage dunia yang dilindungi. Agak mirip dengan kota Tallin Estonia, cuma Tallin memang lebih ramai dan lebih cantik menurut gue. Untuk kota Tua Tallin Estonia, bisa baca di sini.
Gue sangat menyukai bunga. Dan bunga bunga yang bergantungan di kota tua Riga sangat membuat gue jatuh cinta. Setidaknya untuk negara yang pernah gue kunjungi, kawasan old town Riga gila gilaan banget bunganya. Dan dengan berat hati harus gue katakan, Gamla Stan Stockholm yang selalu menjadi favorite gue itu, masih kalah saing dengan bunga bunga di Medival Old Town Riga. Percayalah, kamu harus ke Riga untuk membuktikannya!
Di kota tua Riga, banyak sekali dijumpai cafe restoran unik bergaya Autentik Medieval atau abad pertengahan. Crazy to the max melihatnya. Dan enaknya lagi, kota tua Riga surganya wifi gratis. Sepertinya semua bangunan punya wifi. Apalagi cafe restonya. Bahkan, berdiri di tengah alun alun kotanya pun kadang bisa dapat wifi. Entah wifi dari cafe dan resto mana sangkin bersenggolan dan berdekatan gitu. Hahaha. Makanya kalau melihat map tourist, lambang lambang wifi selalu ada di setiap tempat wisatanya. Ya meskipun agak lemot sih. Tapi namanya juga gratis.
Oh iya, harga makanan di kawasan old town Riga terbilang tidak murah juga. Setidaknya untuk cafe resto yang kami coba, menyajikan harga yang relatif mahal. Contohnya, segelas bir, wine non alkohol, seporsi chicken wings, dan segelas air putih, dihargai 30 euro. Demikian juga makan di salah satu resto bergaya abad pertengahan, dihargai sekitar 45 euro.
Souvenirnya juga, rata rata berkisar mulai dari 6 hingga 8 euro lebih. Mungkin karena kawasan medieval ini merupakan pusat kunjungan para turis. Semua nyaris numplek di kota tua ini.
Tapi begitu keluar dari kawasan kota tuanya, harga pun terbilang anjlok. Contoh lagi, kami makan 2 mangkok country soup ukuran besar, satu gelas ice cream porsi gede, 2 gelas Kvass (sejenis minuman soft drink), hingga satu botol air putih, cuma dikenai 13 euro. Padahal itu di kawasan wisata juga, di open air museumnya.
Riga memang sangat melekat dengan medieval old townnya. Banyak banget yang bisa di explore di sini. Memiliki predikat sebagai the Home to Many museum, salah satunya adalah Museum of the Occupation of Latvia. Kami tidak sempat ke museum ini. Apalagi museum lagi direnovasi dan semua benda benda di museum dipindahkan ke gedung lain yang lokasinya agak jauh dari pusat old townya.
Jangan lupa masuk ke St. Peter’s Church, gereja tua yang menjadi incaran para turis di old town Riga. Gue sangat merekomen. Kenapa? karena dari tower gereja inilah landscape indah kota Riga bisa dilihat dari ketinggian.
Enaknya lagi, untuk bisa mencapai ketinggian tower, pengunjung tidak perlu capek naik turun tangga, karena tower gereja sudah dilengkapi dengan fasilitas lift. Lift hanya bisa digunakan dalam hitungan persepuluh menit.
Sambil menunggu, mata bisa menyaksikan tayangan di layar tv yang sengaja dpasang di atas pintu lift. Berisi sejarah tower gereja yang memiliki ketinggian total 123 meter. Mengalami kerusakan parah akibat serangan bom di jaman perang dunia ke II. Perbaikan kerusakan tower gereja kemudian dimulai pada tahun 1968 dan selesai pada tahun 1970. Kalau tidak salah, view pointnya berada di ketinggian 75 meter. Dan lift berhenti sampai di ketinggian ini saja.
Selain itu, ada the House of the Blackheads, bangunan yang sangat ngehits di seantero Riga bahkan Latvia. Jika kamu mengetik kata kunci “Riga” di mbah Google, mostly yang muncul adalah bangunan the House of the Blackheads ini.
The House of the Blackheads kalau tidak salah nih, awalnya dibangun pada abad ke 14. Merupakan bangunan yang diperuntukkan bagi Botherhood of Blackheads, semacam perhimpunan/asosiasi pengusaha (pria kaya) asal Jerman tapi tidak menikah. Katanya di era itu banyak pria Jerman yang sukses dan membentuk asosiasi seperti ini. Asosiasi yang sangat terkenal. Gue juga masih samar samar tentang defenisi Botherhood of Blackheads ini. Kurang lebih gitu deh. Mudah mudahan ga salah menyimpulkan.
Akibat keganasan perang dunia, bangunan the House of the Blackheads hancur total tak bersisa. Kemudian dibangun kembali dengan model yang hampir sama. Jadi bangunan yang ada sekarang bisa dibilang bukan bangunan tua. Tapi entah mengapa, lagi lagi turis tidak boleh masuk. Sepertinya Riga memang lagi repot banget dengan segala renovasi bangunan dimana mana. Menurut info petugas di kantor tourist information, belum tau sampai kapan bangunan ini dibuka untuk umum.
Masih bercerita tentang bangunan tua, di medieval old town Riga, tepatnya di Maza Pils Street, terdapat 3 buah bangunan tua yang saling berdampingan bernama Three Brothers. Disebut Three Brothers karena dibangun oleh 3 pria dari sebuah keluarga dalam periode tahun yang berbeda. Three Brothes merupakan bangunan medieval tertua di kota Riga dan menjadi salah satu iconic terkenal di kota ini.
Setiap bangunan mewakili era di masanya. Bangunan nomor 17, merupakan bangunan tertua bergaya Gotic dengan sentuhan design abad pertengahan awal yang dibangun di abad 15. Bangunan nomor 19, dibangun pada tahun 1646 bergaya Medieval Belanda. Dan bangunan terakhir nomor 21, dibangun pada abad ke 17 dengan model bangunan bergaya Barok. Three Brothers konon menyamai bangunan tua Three Sisters di kota tua Tallin Estonia. Nemu aja ya bangunan yang sama gitu. Atau dipaksain biar terlihat sama? Hahahha.
Mengelilingi old town Riga bisa ditempuh dengan berjalan kaki, pun dengan kereta lucu ala ala dan cukup membayar 5 euro. Selain itu, juga ada transportasi becak ala kota Riga dan bus hop-on hop-off.
Itu hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak tempat menarik di medieval old town Riga. Bahkan sekelas toko souvenirnya pun mampu membuat menggila. Lucu lucu dan unik banget.
Perhiasan seperti kalung, anting dan gelang batu berwarna kuning kecoklatan, menjadi pemandangan yang biasa di toko souvenir kota tua ini. Batu batu yang konon katanya berasal dari lautan Baltik. Lucunya, selain dijual di pinggir jalan dengan box yang rata rata mirip keranjang anyaman rotan, perhiasan batu ini juga dijual di toko bahkan butik berkelas dengan harga yang menggile. Muncul pertanyaan, bedanya dimana ya, kalau memang sama sama dari lautan Baltik, kenapa bisa timpang banget harga yang di kaki lima dengan di toko butiknya? Berhubung gue tidak tertarik dengan perhiasan kayak gini, jadi mahal or murah biarkan saja. Hahahaha
Bicara souvenir, gue justru lebih tertarik dengan souvenir autentik berbentuk boneka dan rumah warna warni khas Riga. Tapi herannya, hampir kebanyakan toko souvenir di kota tua Riga menempatkan dagangan souvenirnya di dalam lemari kaca. Dan itu dikunci.
Apa alasanya gue juga kurang tau pasti. Tebakan yang paling jitu sih apalagi kalau bukan takut dicolong. Pas gue masuk ke salah satu toko souvenir dan bermaksud hendak membayar belanjaan, beberapa turis asing masuk ke dalam toko.
Dan jreng jreng…………….si penjaga toko langsung ninggalin belanjaan gue dong. Keren banget kan langsung main ninggalin belanjaan gue gitu aja, padahal mau hitung hitungan. Hahahaha. Dan dia pun nanar memperhatikan turis yang masuk. Tebakan gue mendekati kebenaran.
Apalagi rata rata wajah pelayan tokonya dingin banget. Flat tanpa senyum. Kalaupun senyum ya seadanya. Yang ramah itu menurut gue mostly pelayan restoran. Bahkan malah ada yang kelewat ramah. Mungkin sangkin banyaknya cafe restoran di sekitar old town ini. Jadi pelayanan terbaik merupakan cara jitu menarik pelangggan.
Meskipun berpredikat sebagai kota tua, di sekitar old town Riga berdiri sebuah store modern bernama Galeri Center (GC), store yang menjual berbagai perlengkapan fashion brand terkenal. Tak jauh dari GC, berdiri pula sepasang restoran siap saji yang sangat digemari di Indonesia. Pizza Hut dan KFC. Huaaaa……ada KFC!
Sudah lama gue merindukan kriuk kriuk KFC. Tapi entah mengapa, gue ga sempat atau berasa tidak terlalu antusias untuk mencobanya. Sejujurnya sih gue lebih merindukan KFC Indonesia. Mungkin karena pernah mencoba makan KFC di kota Kopenhagen Denmark, dan rasanya entahlah mak, kok kurang nendang. Efeknya jadi tidak terlalu antusias pas melihat KFC di kota Riga. Atau mungkin juga karena gue lebih terlena dan memilih duduk manis di cafe cafe bergaya madievalnya.
Nah, jika kamu bosan dengan liburan yang kotanya itu lagi dan itu lagi, negara Baltik ini bisa jadi pilihan berliburmu.
To be continued…
“Semua photo merupakan dokumentasi pribadi ajheris.com”
Kota yang indah, tapi kok kayak sepi ya mbak? Apa mungkin karena Latvia bukan merupakan salah satu tujuan wisata populer, terutama untuk wisatawan dari luar eropa?
LikeLike
Wah aslinya rame bgt loh. Aku memang usahain foto pas ga banyak orang. Kayak resto yang baru buka misalnya hahhaha. Takut orang ga nyaman. Dibanding eropa barat memang masih kalah terkenal khususnya turis dari asia. Cuma sekarang ex unisoviet lagi naik daun kayaknya. turis korea, cina dan jepang banyak aku liat.
LikeLike
Latvia, Estonia, Tallin itu negara2 yang sudah kami rencanakan akan kami kunjungi Mei kemaren. Merencanakan dari tahun kemaren. Tapi ternyata tahun ini dikasih rejeki lain dan kayaknya ga memungkinkan pergi jauh2, jadinya banting stir ke negara2 tetangga saja haha. Tapi lihat foto2mu yang aduhai di sini, tetap suatu saat kami pengen ke sini. Soalnya kan negaranya berdekatan. Jadi sekali tepuk bisa 3 terjangkau haha.
LikeLiked by 1 person
Betul Den, langsung tour negara Baltik. Aku pengen ke Litunia juga biar puas sekalian hahhaha
LikeLike
Oh ketinggalan. Selamat ulang tahun pernikahan ke 3 Helena dan suami. Langgeng dan bahagia selalu
LikeLiked by 1 person
makasih Den 🙏
LikeLike
Wah, pnjng bnget ulasannya, perlu 5 kli saya membacanya. Kok diborong sih mbak nulisnya, 😇😇
LikeLike
Hahaha, kelihatan panjang karena fotonya banyak. Itu juga masih yang umum aja aku tulis masih bersambung😁 yo wess bacanya pas bener bener ga sibuk aja yak
LikeLiked by 1 person
Saya cb tes scroll cepat, ternyata lebih dari 100. Tanpa gmbar pun mungkin bs 50an. Kalau sy nulis paling banter bnyaknya scroll klau di hape paling 30 puluhan.
Ok, psti sy bca kok stiap bloger yg sy ikuti.
LikeLike
Jreng…jreng…akhirnya slsai juga sy bcanya..bnyak juga ulsannya. Salut sy dg pnjlsannya. Mbak Ajheris pndai berkisah, jd pnsran brp waktu yg diperlukan utk nyelesaiin postingan bgni, hee…
Sblumnya, happy wedding anniversary yg ke-3 ya. Beruntung dpt suami bule. Semoga sukses sllu.
Oya, ada juga si taxi driver yg tebang pilih bgtu di luar negri ya. Ya, nyebelin bnget tuh. Jd keinget sama dg pnglmanku bbrp thn lalu dikerjain oleh sopir taxi di Jakarta, nyebelin banget *udh lah kesel klau ngingat2nya lg.
Back to my comment:
Lanskap kota Riga Latvia indah bnget ya, pokoknya eye-catching banget…gak bosan ngelihatnya. Ditambah pula dg ulasan Anda yg terlihat bgtu lngkap ttg ini dan itu. Kyaknya niat banget nulisnya, keren. Dengan bgtu, kian terasa atau lebih tepatnya lebih trlihat bnget nuansa abad pertengahannya.
Ditunggu postingan lanjutannya.
Tks.
LikeLike
Makasih mas Des. Penyelesaian tulisan tergantung mood, beberes di rumah, kalau masak masak ini itu tulisan suka kepending hahhaa. Kalau tulisan ini sekitar 3 hari aku cicil ampe ngedit foto. Kalau mood oke bisa sehari juga. Tergantung kondisi.
Setiap negara ada aja mungkin yang driver taxinya gt. Untung untungan. Kalau aku lebih suka yang pakai argo sih. lebih jelas hitungannya. Negara Baltik sepanjang yang aku kunjungi memang cantik sih. Medieval banget. Kota Tallin Estonia apalagi, wuihhh cakep kotanya. Linknya aku ada buat di tulisan ini. Makasih buat komen panjangnya ya mas. Saya appreciate bgt.
LikeLiked by 1 person
Wah selamat ulang tahun pernikahan ka,semoga happy terus ya ka 😍 Dan spt biasa selalu suka baca postingan kaka soalnya tulisan dan fotonya keceh keceh banget..
LikeLike
Makasih Ulfa🙏 😉😉😉
LikeLiked by 1 person