Menyimpan Barang Kenangan?

Setelah menikah, gue baru tau rasanya tidak memiliki benda kenangan di waktu kecil. Bahkan foto diri sendiri pun cuma ada satu yang tersimpan. Kalau gue runut, sepertinya bokap nyokap bukan tipikal orang tua yang sering membuat foto untuk anak anaknya. Ada sih, tapi tidak banyak. Satu satunya benda kenangan yang bisa gue bawa ke Swedia hanyalah foto sewaktu kecil bareng bokap nyokap.

IMG_2313.jpg

Bercerita benda kenangan, dulu sewaktu bokap pensiun dan mulai sakit sakitan, dia rajin menulis ulang lagu lagu pujian rohani dari Buku Ende (semacam kidung pujian rohani berbasa batak). Ditulis di buku notes kecil. Tebal banget. Waktu itu gue masih kuliah dan sempat berpikir kalau bokap seperti kurang kerjaan. Lah jelas jelas sudah ada bukunya buat apa ditulis ulang lagi.

IMG_2316
Kumpulan kitab berumur ratusan tahun dari generasi ke generasi

Hingga suatu hari bokap pernah bilang jika ajal memanggil, buku berisi tulisan tangannya itu akan menjadi memory. Dan benar saja setelah bokap meninggal, buku itu menjadi rebutan. Dan sekarang tetap disimpan oleh saudara gue.

Dulu gue lumayan suka menulis diary. Bahkan sampai gue lulus kuliah dan bekerja, masih suka curcol di buku. Setelah bekerja di Jakarta, barulah kebiasaan curcol di buku  berhenti.

Begitu berencana pindah ke Swedia, gue mulai menyortir semua barang. Sebagian gue buang. Termasuklah buku diary itu. Sekarang menyesalllll banget. Padahal gue masih lumayan ingat apa aja yang gue tulis. Lucu kan kalau dibaca ulang.

Bahkan souvenir yang gue beli ketika traveling, sempat mau gue hibahkan ke saudara. Tapi waktu itu suami nyaranin sebaiknya gue bawa ke Swedia. Kata dia, suatu saat nanti gue akan mengerti kalau benda benda itu akan memiliki nilai memory.

IMG_2315.jpg

Sesampainya di Swedia, barulah gue sadar betapa telatennya keluarga suami menjaga barang barang mereka. Kadang nih, suami gue sampai tau cerita dibalik sebuah barang. Siapa yang kasih, atau dibeli dimana dan kapan waktunya. Mulai dari cerita lucu hingga mengharukan. Ga tanggung tanggung, barang yang disimpan mulai dari beberapa generasi.

IMG_2909
Gambar hasil karya tangan suami ketika berumur 9 tahun. Masih nempel di dinding rumah sampai sekarang. Oh my God!

Contohnya nih, sampai kumpulan kitab Bible dari tahun 1777 masih ada. Lembarannya uda sobek dan dekil. Fontnya pun masih bergaya gotic. Pertama melihat, gue sampai geleng kepala. Uda kayak benda di museum aja. Disimpan dari abad ke abad dan diperoleh secara turun temurun.

IMG_2319
Kitab dari tahun 1777. Uda kayak benda museum aja yak!

Salutnya lagi, mereka selalu mencantumkan tulisan tangan di lembaran pertama atau terakhir kitab. Lengkap dengan tanggal, bulan dan tahunnya. Bahkan jika kitabnya merupakan hadiah dari seseorang atau dari pihak gereja, ada nama yang memberi dan ada juga nama yang menerima.

IMG_2321.jpg
Tulisan tangan di buku kitab. Vintage.

Tak hanya itu, perlengkapan balita suami dan kedua mendiang mertua gue pun masih ada. Lagi lagi masih tersimpan baik. Kondisinya masih bagus!

Diperkirakan baju baju bayi mendiang mertua sudah berumur kurang lebih 85 tahun. Warnanya masih jelas. Modelnya imut dan lucu. Rendanya mirip baju baju kerajaan. Rasanya pengen gue bingkai aja. Hahaha.

37AC619C-AB4C-457D-8974-1DEAC1A41008.jpg
Huaaaa…gemes. Baju mendiang mertua ketika balita. Baju baju ini kurang lebih sudah berumur 85 tahun tahun dan masih okeh

Bahkan sepatu kakeknya suami (catat ya kakeknya suami…huaaaa) juga masih ada!  Sepatu waktu kakeknya masih balita juga. Kulitnya uda ampe terkelupas. Ratusan tahun umurnya. Generasi orang tua suami dan kakeknya loh. Kepikiran aja bisa nyimpannya. Itu uda lama banget kan. Bukan nyimpan benda kenangan biasa lagi.

Yang membuat gue terharu, gambar hasil karya tangan suami ketika dia berumur 9 tahun, sengaja disimpan mendiang mertua dan sampai sekarang masih ditempel di dinding rumah. Itu umur 9 tahun loh. Salut.

IMG_1318
Hahaha…sepatu suami waktu bayi. Lutunaaa!

Tak hanya itu, ketika pertama tiba di Swedia, gue melihat boneka butut, dekil dan sedikit sobek di dalam keranjang. Gue mau buang dong. Sampai akhirnya suami minta pengertian, agar gue tidak membuang boneka itu.

Terus terang gue tidak terlalu banyak nanya, kenapa harus disimpan. Waktu itu gue cuma mikir, mungkin boneka ataupun benda lainnya, memiliki memory tersendiri buat suami. Terutama masa kecilnya bersama bokap nyokapnya. Gue berusaha memahami aja sih. Meskipun gue ga suka boneka itu. Ga ada manis manisnya. Hahahha.

IMG_2826
Sepatu suami sewaktu bayi. Seandainya gue punya satu aja sapatu peninggalan kaya gini. Envyyy!

Barang barang kenangan yang gue posting di tulisan ini, baru sebagian kecil saja. Masih banyak barang antik yang kalau diurai satu demi satu ga ada habisnya. Sebenarnya tidak hanya di keluarga suami aja sih, semua warga di desa gue juga begitu. Menyimpan benda warisan keluarga secara turun temurun.

IMG_2829.JPG
Boneka kesayangan suami waktu dia masih balita
IMG_2830.JPG
Koper keranjang tempat menyimpan baju baju balita di atas. Ini saja pun bentuknya menggemaskan.

Nah kalau kamu, punya barang kenangan yang masih disimpankah? Terutama barang barang ketika kamu masih balita gitu?

Salam dari

Swedia

7 Comments

  1. Barang kenangan waktu kecil hancur terbawa banjir thn 2002 ka,semuanya habis makanya jadi sedih gak punya satupun kenangan waktu masih bayi padahal ada ditaruh beberapa album sama ayah tapi karena panik waktu itu gak sangka banjir akan masuk dan besar sekali jadinya kebawa deh,hiks hiks hiks

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s