Yup! Kalau cuma gue simpan sendiri kok rasanya sayang. Kali aja ada bagian dari tulisan ini yang bisa berguna bagi yang memiliki rencana berlibur ke Canary Island (khususnya pulau Gran Canaria). Jadi tulisan ini bisa dibilang sebagai bagian akhir dari rangkaian semua cerita liburan gue di Gran Canaria, Canary Island.
Bicara Hipnotis, gue percaya ga percaya sih. Tapi intinya, ada beberapa hal yang pengen gue kasih tau tentang pengalaman berlibur selama di Gran Canaria. Kalau sebelumnya gue bercerita tentang hepi dan asiknya aja, maka kali ini lebih ke cerita yang sedikit mengerikan atau membuat kurang nyaman.
Dan perlu diketahui, tulisan ini hanyalah sharing pengalaman tentang apa yang gue dan suami alami selama berada di Gran Canaria. Berupa segelintir kejadian yang tak mengenakkan dengan segelintir orang juga. Tepatnya orang orang yang tidak punya “Attitude” dalam mencari uang.
Tidak ada maksud untuk membuat kesimpulan yang bersifat general. Tapi dari pengalaman segelintir ini, mudah mudahan mampu membuat pembaca lebih berhati hati ketika berlibur. Di negara mana pun hal serupa ini bisa terjadi. Kita tidak pernah tau.
Jadi begini, selama liburan di Gran Canaria, gue dan suami menginap di kawasan pantai Playa Del Ingles Maspalomas. Tempat yang sangat menghibur memang. Banyak hotel dan cafe/restoran, pemandangannya juga bagus. Jadi wajar menjadi kawasan favorite.
Tapi sangkin banyaknya turis di kawasan pantai ini, sepertinya membuat beberapa pihak mengambil kesempatan yang terkesan membabi buta. Tanpa perduli dengan kenyamanan wisatawan itu sendiri. Menggunakan cara yang kurang terpuji dan ujung ujungnya membikin kesal.
Ketika berjalan di sepanjang alun alun Playa Del Ingles, gue melihat lumayan banyak pria yang berdiri dan menawarkan brosur. Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan kegiatan mereka ini. Bagian dari sebuah pekerjaanlah. Namanya juga kawasan wisata. Wajar saja.

Tapi menjadi sedikit membuat gerah, ketika mereka mulai memaksa orang lain untuk berhenti, bahkan harus mendengarkan mereka berceloteh panjang lebar. Dan tidak sedikit turis yang terlihat gerah, tapi harus mendengar. Atau pada saat turis berusaha menyudahi penjelasan (mungkin tidak interest, dan berhenti pun karena terpaksa), begitu beranjak jalan, para agen ini masih saja ngekori, memasang muka yang kurang sedap dilihat.
Dan semakin bikin pusing, karena brosur yang dibagikan bukan tentang tour travel semata, melainkan brosur makanan dan restoran juga. Jadi kebayang kan, bagaimana langkah kaki dikit dikit harus terhenti, atau paling ga tangan dan mulut harus memberi isyarat No.
Jujur nih, gue paling malas dipaksa dan dibuntuti kaya gini. Gimana sih, sedang liburan tapi ga feel free to enjoy. Jangankan makan, jalan kaki pun kita butuh kenyamanan kan.
Dan bahkan di pusat perbelanjaannya pun begitu. Maksud hati cuma iseng iseng cuci mata, ehhhh diintilin terus. Gue uda bilang cuma liat liat, tapi bolak balik ditawari ini itu. Kemana pun gue melangkah diekori terus. Seperti di salah satu toko parfum. Semua botol dibukain, disuruh nyobain aromanya.

Disamping gue udah malas ya, gue juga jadi ragu dengan kredibilitas tokonya. Selain sikap pelayan yang ambisi banget nawari produk, gue pun jadi kurang percaya dengan harganya. Mana produk brand pula. Kan agak sensitif ya. Apalagi mereknya familiar banget. Bicara brand pasti standarisasi harga adalah. Jadi kalau pun harga beda (sekalipun dengan embel embel “tax free”), ya ga segitunya juga kali ampe terjungkal abis. Kecuali lagi pesta diskon, itupun kebanyakan produk keluaran lama setau gue.
Ketauan beli barang nobrand deh. Daripada daripada kan. Sial aja rasanya beli produk yang salah. Tapi lagi lagi nih menurut gue, belanja itu feeling so good. Kalau merasa ragu, jangan beli deh. Kadang sistem pelayanan yang terlalu over dan maksa juga bikin hati jadi kurang yakin. Semakin disodorin yang ada gue malah semakin curiga.
Nah balik lagi ke topik utama. Gue melihat beberapa toko sepertinya sengaja melakukan sistem pelayanan yang lumayan memaksa, yang tanpa disadari membuat calon pembeli merasa sungkan, ga enak hati, atau berada di bawah tekanan, karena bolak balik disodorin ini itu. Buktinya nih, suami gue uda sempat merasa ga enak ketika gue bilang ga ada yang cocok. Tuh kan!
Dan puncaknya adalah ketika kami memasuki sebuah toko elektronik. Mau beli charger handphone. Gue lupa bawa dari rumah. Singkat cerita nemu barang dan harga yang cocok.
Dan anehnya, tiba tiba si pegawai nawarin charger yang mahalan. Dengan alasan kualitas lebih bagus. Karena merasa tidak perlu, ya gue tolak. Ehhh dia maksa mak. Lucunya lagi, dia langsung main turun harga, padahal gue ga bilang yes mau beli. Apalagi nawar.
Berbagai cara dia lakukan loh, sampai akhirnya gue juga ga ngerti kenapa malah beli itu charger. Meskipun selisih harganya tidak banyak. Jangan jangan yang ditawari ini malah kualitas yang lebih jelek! Grrrrr.
Dan drama pun belum berakhir. Tiba tiba dia melihat ke arah tangan gue yang memegang kamera. Dia nanya berapa harganya ketika gue beli. Dan bloonnya lagi, gue malah jawab. Wah, dengan semangat dia bilang kalau di toko mereka harganya cuma sekian. Sontak membuat gue ternganga. Tapi ga percaya. Masa sampe segitu murah? dipalsuin pun rasa rasanya ga segitu deh.
Tanpa gue minta, dia mengeluarkan lensa kamera. Entah mengapa tiba tiba hati gue merasa ga enak. Begitu tau gue menolak produk mereka, yang tadinya semanis madu, tiba tiba si pegawai toko terlihat semakin garang. Berbagai cara dilakukan untuk menahan kami agar tidak keluar dari toko.
Dan gue merasa semakin berada di bawah tekanan. Tiba tiba takut. Dan anehnya ga berani keluar dari toko. Di situlah dia berusaha merusak konsentrasi gue. Dengan bolak balik menyuruh gue melihat ke salah satu objek yang dihasilkan lensa yang terus terang membuat gue bingung apa maksudnya. Gue antara sadar dan tidak menyaksikan semua.
Sadar pengen keluar tapi kok melangkah keluar rasanya susah banget. Mata gue tetap harus melihat yang dia kasih tunjuk. Samar gue merasakan tangan suami memegang erat tangan gue. Semacam kode. Sepertinya suami gue merasakan hal yang sama dengan gue. Aduh apalagi dia ya, yang sungkanan gitu.
Dan di situlah gue pengen nangis. Sentuhan tangan suami seperti menguatkan gue kalau kami berada diantara orang yang ga bener. Ga ngerti apakah itu sebuah upaya Hipnotis. Yang jelas gue merasa takut, capek dan membatin sangat. Dan kalau dengar cerita di masa kerja dulu, korban hipnotis biasanya dibuat capek sedemikian. Juga takut. Karena sewaktu di Jakarta, gue pernah dicobai kriminal mengaku dari telkomsel. Begitu dia tau kalau gue sudah hapal trik tipuannya, dia balik ngebentak gue. Dan gue kaget banget. Sepertinya itu salah satu cara mereka, agar korban merasa lemah jantung deh.
Setiap mau keluar, rasanya langkah tertahan terus. Setiap mau keluar lagi, si pegawai menahan lagi, dengan menurunkan harga hingga empat kali lipat. Padahal gue ga niat beli apalagi nawar. Gila kan!
Dan begitu gue bilang ga, dia langsung panggil bosnya. Di sinilah puncak ketakutan gue. Diserang dua orang sekaligus. Gue juga ga ngerti perasaan takut yang gue rasakan sangat berlebihan. Entah mengapa. Rasanya takut yang tertekan batin gitu. Susah jelasinnya. Sampai sekarang kalau mengingat itu, gue juga ga habis pikir. Kok bisa.
Lalu si bos ngomong ke gue dengan mimik muka seperti tertahan marah (bayanginnya seram), “Kamu ngerti ga yang dijelasin pegawai saya?”
Gila deh. Dia maen buka komputer. Langsung nunjukin gambar gambar yang lagi lagi membuat gue bingung. Cuma gambar biasa yang ga ada artinya sama sekali. Katanya hasil kerja lensa. Pretttt! Emang gue ga bisa lihat photo bagus apa. Sayang, batin gue meskipun takut, tapi masih bisa melawanlah.
Dan disitulah gue mulai sadar, gue harus keluar dari neraka ini. Ya Tuhan, gue marasa capek dan letih banget rasanya. Seperti melawan sesuatu tapi tertahan. Dan tiba tiba gue dengar suami setengah teriak, “Ok, stop semua ini. Kami harus pergi”
Disitulah awal keberanian gue. Dan gue pun melangkah cepat keluar dan masih sempat mendengar suara ngoceh dari mulut mereka. Tapi gue tidak mau melihat ke belakang. Beneran loh, gue sedih dan ngeri kalau mengingat itu. Dan gue sedih campur baur, ketika suami gue bisa seberani itu. Ternyata dia bilang, dia sudah tak tahan. Dan dia pun ga ngerti kenapa bisa tiba tiba setegas itu ke mereka. Tuhan menolong kami.
Mereka mengaku imigran dari *Ba**desh. Perawakan wajah dan kulit memang cocok. Gue tau dari mereka sendiri. Ketika di awal awal berusaha merayu agar gue membeli lensa. “Kita saudara, sama sama dari asia” mengutip kalimat si pegawai. Untunglah gue ga jadi sodara dengan mereka. Pelaku dagang yang bar bar.
Tanpa berniat rasis, gue cuma menulis kebenaran yang gue alami. Gue juga perantau di negara orang. Tapi apa yang mereka lakukan terhadap kami, sampai sekarang pun masih membuat bergidik. Kalau kalian melihat langsung, bagaimana mimik wajah mereka yang berusaha membuat tertekan dan ketakutan, pastinya lebih bisa memahami posisi dan perasaan kami saat itu.
Pengalaman lainnya adalah ketika kami berjalan menuju pantai, tiba tiba dihadang seorang pria. Ditawari selembar kartu. Gue udah males bersikap manis deh. Apalagi, si pria ini berusaha menarik perhatian kami dengan trik yang sedikit basi menurut gue.
Tiba tiba suami disuruh menggores kartu dengan koin. Dan taraaaaaa….Congratulation! “Kalian dapat hadiah. Amazing! Jarang jarang loh seperti kalian ini beruntung”. Katanya kami dapat handphone, menginap di hotel berbintang, dll. Dan tanpa basa basi, dia memanggil seorang wanita yang mengaku bosnya. Hmm, perasaan sistemnya selalu panggil bos deh. Si wanita ini pun kembali mengulang kalimat si cowok tadi. Kalau kami beruntung dapat hadiah.
Dan gue dong ya, akibat pengalaman di toko sebelumnya, entah mengapa mulai gerah dengan semua gangguan ini. Dan merasa sontoloyo juga, kenapa harus berhenti dan teposeliro segala dengan menerima kartu yang disodorin. Tapi taulah, lagi lagi sulit menjelaskan kekuatan apa yang dimiliki orang orang kaya mereka. Terutama suami gue nih, sudah gue wanti wanti jangan berhenti, payah deh. Sungkanan banget orangnya.
Dan tanpa bisa berlama lama lagi, gue langsung to the point aja. Menanyakan tujuan mereka kasih hadiah untuk apa. Toh kami tidak melakukan apa apa. Dan gue perhatikan ya, selalu deh jawaban mereka yang ga masuk akal gitu. Seperti berusaha mengalihkan konsentrasi. Katanya sih karena kami mempromosikan hotel yang ada di kartu. Dan untuk itu kami wajib ke kantor mereka.
Ohhhh yaaaa? Promosi hotel? kapan mak? Kartu aja baru didapat. Trus nyuruh ke kantor, kami mau dibekep dong pikirannya? Sorry deh, gue uda ga bisa berpikir positif lagi saat itu. Supaya bisa lepas dari orang orang kaya gini, ya harus punya pikiran jelek. Biar aura negatif mereka ga masuk ke batin. Bye!
Buat gue sih itu menyeramkan. Memang sih, jam terbang traveling gue masih dikiiiittttt banget. Tapi sejauh tempat yang pernah gue datangi, belum pernah mengalami hal yang menakutkan begini. Aman aman aja.
Belum lagi, kalau makan, hampir tiap menit didatangi penjual ini itu. Yang topi, kacamata, aksesoris. Bukan mau sok atau gimana. Ga sama sekali. Tapi sepertinya ketika liburan, apalagi pas makan, kalau selalu menjawab “sorry, atau no thank you”, makanan di piring juga ga bakal habis.
Tak sedikit turis yang terganggu dengan suasana ini. Tapi tak sedikit juga yang no problem. Dan kebetulan, gue masuk tipikal yang kurang nyaman untuk urusan kaya gini. Apalagi kalau makan pas lapar. Maksud gue, kan ada tempatnya ya untuk mereka menawarkan itu. Kalau rejeki pasti adalah yang beli.
Belum lagi, ketemu orang di jalan dan tiba tiba minta uang. Kaget kan. Ga dikasih teriakkkkk kenceng. Gue ada videonya. Kebetulan waktu itu, gue lagi buat video dan ngomong lucu lucu dengan suami. Maksudnya untuk video privatlah. Bukan untuk di publish. Lagi asik ngomong di video, tiba tiba ada yang menghadang dan maksa minta uang. Karena kami ga kasih, dia teriak kencang banget. Lemas kaki gue tau ga. Video pun langsung memble.
Aduh pokoknya sayang banget deh tempat wisata secantik itu jadi lumayan terganggu. Padahal kesan pertama itu loh yang membuat turis kembali lagi atau tidak. Apalagi sumber penghasilan mereka kan memang dari kunjungan turis.
Jika ada yang belum mengerti maksud tulisan gue ini, dan kemudian salah mengartikan, ga apa sih. Kalau bisa merasakan langsung ketakutan gue mungkin baru tau kenapa reaksi gue sedemikian.
Persoalan iba maupun positif thinking selalu ada porsinya. Waktu dan kondisi yang menentukan. Rasa iba akan muncul ketika berhadapan dengan orang yang benar benar perlu ditolong, tanpa niat jelek dan di saat yang tepat. Tuhan juga pasti menjadikan kita sebagai perpanjangan tanganNya. Gue sih yakin banget itu. Hati nurani pasti bersuara.
Begitulah ketika kami bertemu seorang pak tua. Setiap malam dia memainkan seruling di pinggir jalan. Dia bekerja tanpa menggangu kenyamanan orang lain. Tanpa membuat orang lain takut. Ikhlas bekerja dengan kemampuan yang dimiliki. Hingga larut. Gue pun rasanya berat hanya melangkah dan melewati permainan serulingnya tanpa menoleh dan mengulurkan tangan.
Maksud gue yang begini inilah. Nurani pasti berbicara dan bisa membedakan, kapan harus menolong orang yang niatnya bersih dan kapan harus menghalau orang yang menginginkan sesuatu dengan niat dan perangai jelek di hatinya. Aura baik or jahat seseorang, setidaknya bisa dirasakan. Tergantung sekuat apa mental kita bisa berani menghalaunya. Setidaknya buat gue seperti itu.
Seperti yang gue bilang di atas, ini hanyalah pengalaman jelek gue dengan segelintir orang di Playa Del Ingles. Bukan berarti semuanya menjadi jelek. Karena tak sedikit juga dari mereka yang baik dan ramah. Apalagi di wilayah lain Gran Canaria, seperti Las Palmas dan Puerto De Mogan, gue tak melihat hal dan prilaku jelek dari warga setempat. Termasuk juga penjaga tokonya. Semuanya santai aja.
Tapi meskipun begitu, tidak ada salahnya tetap berhati hati. Tapi ga harus parno juga. Gue percaya banget dengan feeling. Biasanya kita bisa merasakan maksud baik dan jahat seseorang.
Buat gue pribadi, ketika berada di luar sana, diantara orang yang tidak gue kenal sama sekali, rasanya sih normal aja untuk tidak terlalu mudah percaya. Kita tidak pernah tau, bahaya apa yang menunggu kita di luar sana, termasuk ketika holiday tentunya. Semoga menjadi tulisan yang berguna.
Ohya, di bawah ini adalah bagian yang agak melenceng dari cerita di atas. Tapi pengen gue sharing juga.
Sekedar info, Gran Canaria memiliki air yang kurang bagus. Jadi jangan sekali kali meminum air dari kran. Bahkan katanya, untuk memasak pun, mereka tidak menggunakan air kran. Karena air di kran diambil dari air laut yang kadar garamnya dihilangkan. So kalau mau minum, beli minuman botol.
Untuk internet? Menurut gue, ga di hotel maupun restoran, layanan internetnya lemot banget.
Masalah on time? Busnya pernah telat limabelas menit. Begitupun di pintu sebuah restoran tertulis buka pukul setengah dua siang, kenyataannya buka pukul 2 siang lewat.
Jalanan bersih? Bersih banget. Tapi di suatu pagi di hari Minggu, sekitar alun alun Playa Del Ingles, pernah melihat sampah berserak. Mulai dari tissue, botol softdrink, botol minuman, plastik, tergeletak manis di depan toko dan jalanan. Dan memang langsung dibersihkan petugas. Jadi kesimpulannya, warga luar ga semuanya tertib sampah.
Ohya, kalian punya pengalaman dengan scammerkah ketika liburan? Ayo sharing dong biar sama sama tau 🙂
See you in my next story.
Waktu di Bali aku pernah tuh ka pura2 ditawarin kartu juga katanya aku beruntung dpt hadiah liburan ke resort,dan emang aku juga jail jadi aku ladeni aja itu salesnya ngomong sampai cape aku tanya2 dan ujung2nya aku bilang aku gak berminat karena aku juga sales resort sama kaya dia dan akhirny si salesnya pergi tanpa permisi,hehehehe
LikeLike
idihhhh ternyata sampai bali juga ya hahahah. aku tau trik ini karena kakak aku pernah kena. dibilang menangi hadiah. trus dibawa ke kantor. sampai sana disuruh beli ini itu. ampe jutaan. dan barang ringsek ga kepake semua. abal abal.
LikeLike
Bener bgt ka makanya aku kerjain aja salesnya dan satu lagi klo ngomong sama org ky gitu aku gak akn liat matanya takut kena hipnotis.
LikeLike
ih serem ya Fa. aku beneran loh, kalau ingat muka pemilik toko ampe skrg bergidik. trus pas nulis tulisan ini sambil geram gt kok aku bisa ciut bgt☹️. Katanya sih gt ya. Jangan lihat mata. idihhh serem
LikeLike
Betul ka jgn liat matanya klo ada kaya gitu.
LikeLike
Wah saya belum pernah tuh ditawari macam-macam pas liburan. Klo pun iya bakalan saya tolak biasanya. Kecuali klo ada barang bagus yg murah.
Tapi klo liat pengalaman di atas pemasarannya termasuk agresif sekali. Saya sendiri orangnya nggak sungkanan, klo penjualnya gak menghargai saya, saya ya bakalan ikut marah. Soalnya saya itu ya gitu, suka ikut-ikutan cara ngomongnya orang. Klo orangnya teriak galak, saya juga bakalan teriak wkwkw……
Untungnya srlamat dan tidak membeli. Siapa tahu barang imitasi karena harga yg kelewat murah biasanya selalu bermasalah
LikeLike
sebenarnya aku termasuk galak sih😂tapi tah mengapa kok kayak melempem bgt ama si pemilik toko. ihhh ciut bgt gitu. sampai skrg kalau ingat muka mereka suka bergidik. makanya pas ketemu scammer yang bagi kartu, gue mulai bisa galakan. karena kondisi sadar bgt waktu itu😅. betul. aku kalau u barang yg merk uda familiar bgt tiba tiba harga miringgg bgt suka ga pecaya
LikeLiked by 1 person
Mbaaa salam kenaal.. biasa silent reader, tapi klo soal scammer ga bisa tinggal diem deh jadi pingin cerita juga. Hihii.. aku dan suami dulu ada pengalaman jelek waktu injekin kaki pertama kali di Paris :(. 7 thn lalu ceritanya kami euro honeymoon, masuk dari London dan menuju Paris pakai eurostar. Baruu bgt sampai di stasiun di Paris, kami celingak celinguk bingung mau beli kartu utk naik metro nya. Ada orang Turkey nyamperin. Katanya dia student dan tiba2 ramah bgt nanyain kita darimana. Pas tau kita dari Indonesia dan muslim juga, tambah senang dia katanya ketemu ‘saudara’. Dia tanya kita mau kemana, suami yg jarang2 mau ngobrol sama strangers tiba2 kok ikrib sama dia. Ujung2nya ceritanya dia mau bantuin kita beli kartu metro. Aku udah narik2 suami, ga usaaah kita beli di konter aja.. cuma bener loh! Itu suamiku kok yaa tumbeen percaya2 aja sama si turki. Singkatnya, dia mau bantuin kami beli 3 day pass. Dia giring kami ke mesin yg ga nerima cash. Dia bilang gapapa pakai kartu dia aja, jadi kami kasih cash ke dia. Dia beliin kami tiket 3 day pass utk 2 orang, lupa berapa totalnya tapi kami kasih dia 50 euro. Dia beliin tiketnya di mesin dgn menu bahasa Perancis. Jelas kami ga ngerti kan dia beli yg mana. Ternyataaaa yg dia belikan utk kami itu hanya tiket sekali jalan! Yg masing2 kayanya cuma seharga 1 atau 2 euro dah, lupa, yg jelas ga sampe itu 50 euro. Hahahahahha.. Sejak kejadian itu aku males sama Paris 😅 Kami bawa bagpack sampe aku gembok saking parnonya. 😂
LikeLiked by 1 person
wah info bagus mba ini. setidaknya kita jadi tau. Aduhh i feel you bgt mba ketika tau ketipu. 50 yuro lumayan loh selisihnya. emang bagusnya sih kita usahakan sendiri dolo deh ya kalau mentok baru tanya orang. Sama mba, aku yang agak garang gini aja melempem pas di toko. ihhh ga ngerti juga deh bisa gitu. btwy salam kenal juga mba
LikeLike
Ihh kok ngeselin banget yah kak! Aku paling gak nyaman juga kalo ditawarin selebay itu.
Kalo aku pernah waktu di Paris lebih tepatnya suamiku kak. Aku sih udah ngelengos ketika ditawari tapi suamiku malah kena perangkap jd si penjualnya maksa mau makein gelang jualannya di tangannya. Udah sampe pegang tangannya. Pas aku balik belakang langsung aku tarik aja tangannya dan cepet pergi terus muka penjualnya bete. Kata temenku biasanya kalo dia berhasil pakein gelang itu bakal disuruh bayar 5 euro.
LikeLike
kalau yang di toko itu memang seram deh. yang lain sih masih batas bikin ga nyaman dan terganggu. tapi yang di toko lensa itu idihhh ampun deh kalau ingat. gaib hahahaha. aku lom pernah ke Paris karena memang jauh dari list liburan. Paris uda kota turis bgt sih ya jd kemungkinan trik nakal banyak dilakuin kelompok jahat. bagus nih info kalian. suatu saat kalau ke sana uda bs lebih hati hati. tq infonya rie😉😉
LikeLike
Aku kurang lebih mengalami hal yang sama denganmu mbak
Terus skrg aku udah dapat hikmahnya, itu karena kita memang bersikap manis ke smua orang, ya maklum sih budaya indonesia ya banyak gtu, kita ramah kesemua orang, nah semenjak saat itu akhirnya aku memutuskan pasang earphone kemanapun pergi, dan cuek bebek ga mau peduli, ya tujuannya untuk menghindari hal anoying dan scam macam itu
LikeLike
Horeeee ada yang bisa memahami maksud gue*paanseh*
Intinya emang harus hati hati ajalah. Bila perlu kalau mereka main garang, ya garangin lagi (itupun kalau punya nyali😫). Paling ga enak lagi asek jalan diganggu kejadian kayak gini. Untungnya kami masih selamat. Btwy makasih ya komennya😊
LikeLike
HAhahahah aku pernah hampir kena scam di hochiminh, langsung ku getok pakai kamera ekwkwkwk
LikeLike
Haha, emang serem ih. Kudu hati hati dan harus berani emang.
LikeLike
Tapi ujungnya tetep deg2an sih dan melipir ke polisi yg lagi polisi yg lagi patroli, then gue nyesel deh knpa gue getok pakai kamera hahaha
LikeLike