Detik Detik Horor di Hotel Gammelgården

Masih berhubungan dengan cerita weekend di kawasan pegunungan Sälen, Dalarna. Kali ini, gue akan bercerita tentang sebuah hotel dan sedikit kejadian magis yang gue rasakan, di sebuah hotel tempat gue dan suami menginap. Biasanya, kalau hotel yang kami kunjungi mampu menarik perhatian, pasti gue tulis di blog. 

Sebenarnya, Sälen hanya berjarak satu setengah jam dengan mengendarai mobil dari desa gue.  Jadi tidak jauh. Malah suami gue sendiri pun, sehari harinya bekerja tidak jauh dari kawasan ini. So, kenapa harus menginap di Sälen? Seperti kurang kerjaan saja kan.

Manalagi, penginapan di Sälen bisa dibilang tidak murah (buat kami berdua tentunya), karena kawasan ini dikenal sebagai tempat wisata “musim dingin” paling hits di Dalarna. Turisnya bejibun, terkhusus di bulan bulan Januari hingga Maret (musim bermain ski). 

Cuma entah mengapa, suami gue lagi kambuh genitnya. Dia pengen menginap satu malam di Sälen. Idenya muncul ketika kami berkeinginan hendak bermain kereta seluncur anjing atau Dog Sled dan menghabiskan makan malam di Lammet & Grisen, sebuah restoran yang tidak begitu jauh dari lokasi tempat kami menginap. Agar tidak repot bolak balik, dan bisa beristirahat juga sehabis bermain Dog Sled, suami pun memutuskan stay one night di Sälen. Ya sudalah, hitung hitung quality time berdua. Secara sudah lama juga ga liburan…upss pacaran maksudnya…ehhh upss lagi. Hahaha.

img_0604

IMG_0622.JPG

Hotel tempat kami menginap bernama GAMMELGÅRDEN. Sebelumnya, jika kami berkunjung ke Sälen dan melewati Gammelgården, gue suka bilang ke suami, “bagus ya hotelnya”. Bahkan suami pernah menghentikan mobil, agar gue bisa motoin bangunannya. Warna hitam wooden housenya, berpadu dengan warna putih merah di bagian jendela. Kontras sekali. Ga tau kenapa, gue suka aja ngelihatnya.

Seperti biasa, gue itu cuek banget urusan booking hotel dan tetek bengeknya. Gue pasti percayakan ke suami semua. Pemalas banget memang. Jangan ditiru deh. Gue mending disuruh masak daripada harus booking membooking.

Dan ga disangka sangka, modal cuma bilang suka dengan hotelnya, suami langsung ingat dan malah membooking penginapan di hotel Gammelgården.  Kesannya kok seperti cerita ala ala princes ya. Fiuhhh…sok banget kedengarannya. But its true, kalau boong, tar  oppung marah😛

Next time, harus sering kasih kode nih, tinggal bilang suka ini suka itu, kali aja suami ingat. *isteri ga becus. Dicela orang orang yang langsung cepat menyalah artikan candaan 😤

Singkat cerita, kami tiba di hotel. Sebenarnya, ini bukan kali pertama gue menginap di hotel bernuansa Vintage. Apalagi hotel hotel di Swedia dan Eropa, lumayan banyak yang menggunakan konsep interior tempoe doloe.

Namun keantikan Gammelgården sungguh di luar perkiraan gue. Ga nyangka sampai seakut itu. Ketika gue memasuki lobby hotel, gue melihat pemandangan yang berbeda dengan bangunan luarnya. Agak agak spooky👻

IMG_0654.JPG

FullSizeRender (41).jpg

FullSizeRender (47).jpg

Sebelumnya, gue sudah dapat bocoran dari suami, kira kira seberapa besar biaya menginap permalam yang dikenakan pihak hotel. Awalnya gue bisa memaklumi. Karena seperti yang gue bilang, antara bulan Januari hingga Maret, harga hotel di Sälen pasti melambung.

Dan begitu memasuki lobby hotel, gue disambut dengan sebuah penampakan layaknya sebuah gudang. Namun meskipun begitu, semakin diperhatikan nilai seni dari barang barang antiknya all out banget. Menjadi unik karena tidak seperti hotel kebanyakan yang memiliki lobby hotel yang luas, cahaya lampu dan lantai marmer yang mengkilat.

Sebaliknya, Gammelgården justru sangat percaya diri dengan tampilan lobby yang sempit, minim sinar lampu dan lebih menonjolkan candle light. Dan dinding kayunya itu loh, sengaja dipertahankan sesuai umurnya.

Yang namanya ceret antik, panci, lampu, buku, tempat lilin sampai hewan, semua berjejer rapat di dinding lobby hotel. Perapiannya juga sudah keliatan uzur banget. Gilanya lagi, ayunan bayi tua pun ada. Maksudnya apa coba, bikin ayunan bayi segala 🙄 Sampai gue malas motoinnya. Seperti barang barang di film Friday the 13th. Berikut di bawah ini, beberapa photo yang berhasil gue jepret.

fullsizerender-43
Beberapa buku tua sengaja disusun di atas perapian yang sudah kotor banget. Plus lentera lilin yang sudah ratusan tahun umurnya. 

Sebenarnya bukan hal yang aneh, jika hotel hotel di Dalarna, sangat percaya diri dan bangga menonjolkan interior vintage. Karena semakin antik, nilai jualnya semakin tinggi. Setidaknya untuk pangsa pasar yang menggilai nuansa jadul. Dan bukan tidak banyak orang Swedia yang menyukainya.

Bahkan di sebagian besar wilayah negara Eropa, nuansa vintage menjadi sebuah prestise yang ditawarkan pihak hotel. Mereka bangga jika mampu menampilkan koleksi  barang antiknya. Seperti Gammelgården ini misalnya, sampai kesurupan majangin semua perkakas spookynya itu.

fullsizerender-40

fullsizerender-42
Bandingkan dengan lobby hotel kebanyakan. Jauh dari kesan kinclong. 

Untuk restorannya pun, Gammelgården tetap mempertahankan konsep old style. Bedanya, terlihat lebih fresh dibanding lobby utama hotel. Dan lebih luas juga. Dominasi kayu sangat jelas terlihat. Penataannya lebih elegan.

Oh iya, Untuk kualitas makanan dan sarapannya, gue akui memang enak.

img_0618

img_0610

img_0611

img_0593

img_0615

Bagaimana dengan kamarnya? Huaaaaaaaaa…lega!

Interior kamar bergaya klasik modern. Kesan pertama sih jauh dari aroma spooky. Toiletnya juga cerah ceria. Lengkap dengan printilan botol kecil berisi shampo, handbody, dll.

Di dalam kamar juga tersedia pemanas air, bubuk kopi dan milk. Secara keseluruhan no problemlah. But………………………………..mulai deh masuk ke cerita di bawah!

IMG_0626.JPG

IMG_0625.JPG

Sungguh gue tidak menyangka, justru di kamar yang nyaman inilah, malah gue merasakan sebuah kejadian aneh nan magis. Menjelang tengah malam pula. Ngok..ngok…!

Jadi ceritanya, after dinner, gue dan suami balik hotel sekitar pukul 10 malam. Sampai hotel kami masih nonton teve. Ngobrol sebentar.

Singkat cerita, suami gue tidur dan seperti biasa, gue masih terlena dengan kamera. Tiba tiba, gue mendengar suara sendok seperti mengaduk minuman. Suaranya sangat jelas. Tapi anehnya, gue bisa ga peduli.

Gue konsen banget dengan kamera  di tangan. Dan bodohnya lagi, gue mikir kalau yang ngaduk itu tangan suami gue. Kok bisa bisanya gue punya pikiran seperti itu, jelas jelas gue tau kalau suami lagi tidur. Sepertinya pikiran gue sengaja dialihkan. Tapi gue ga takut. Beneran! Gue belum merasakan hal yang aneh saat itu.

Dan, entah mengapa, tiba tiba perut gue mules. Gue langsung ke toilet. Tapi kok gue susah pup. Tidak lama berselang, eh…gue mendengar lagi suara sendok tadi. Dan lagi lagi gue masih aja ga ngeh. Ahh…paling kamar sebelah. Tapi suaranya kok jelas banget. Sampai yang ketiga kali, barulah semacam tersadar, tepatnya seperti ada yang menyadarkan.

Dan …..tek! tiba tiba gue merinding disko dong. Tiba tiba banget.

Dan sontak ketakutan. Rasanya kepala gue gede banget. Konon kata orang dulu, kalau merasa kepala kita tiba tiba gede, berarti……huaaaaaa!

Ih, gue merasa dia ada di toilet deh. Kayanya sengaja menggiring gue ke toilet. Jahil banget kan. Nulis sambil merinding kalau ingat itu.

Dan refleks gue teriak memanggil suami. Dan suami gue dong, lama banget menjawab. Bayangin aja, sangkin takutnya, gue bukannya kabur dari toilet. Seperti terbodoh. Begitu gue panggil lagi, barulah suami nongol dengan muka kebingungan. Dia pikir ada apa kok sampai gue suruh ke toilet.  Gue cerita dong. Dan bisa ditebaklah. Kaga percaya dia.

Dia bilang, paling dari kamar sebelah. Dan memang, tadinya gue pun sempat mikir gitu kan. Tapi apa iya, orang ngaduk minuman sampai tiga kali gitu? dengan rentang waktu yang berbeda pula. Lagian kalau dari kamar sebelah, pasti beda dong suaranya. Ini jelas banget, walaupun terkesan sekelibat. Ngerti kan maksud gue. *Nanya sambil gigi gemeter.

Dan You Know What? begitu keluar dari toilet, tiba tiba suami gue bilang “ahhhhh…aku lupa minum kopiku. Kok bisa ya” Dan suami pun meminum kopinya sambil bilang, ahh udah dingin. Ga enak!

Dan barulah gue ingat, sewaktu kami tiba di kamar hotel, suami memang langsung menyeduh kopi. Tapi gue benar benar ga tau, sudah diminum apa ga. Akhirnya gue jadi mikir macam macam deh.

Jangan jangan “si dia” mau ngingetin, supaya kopi itu di minum? Dan memang agak aneh sih, karena gue tau banget kalau suami nyeduh kopi, pasti langsung diminum. Tapi kali ini dia bisa kelupaan. Pokoknya gue makin macem macemlah mikirnya.

Sebenarnya, gue termasuk orang yang tidak gampang percaya dengan mistik. Tapi kalau dengar cerita hantu suka takut juga. Hahahaha. Apalagi seperti kejadian di hotel ini, ngalami langsung pulak. Jelas aja kebawa suasana.

Tapi lucunya setelah kejadian itu, gue bukannya susah tidur. Malah blass ngorok ampe pagi. Semakin mikirlah gue, maybe si dia hanya mencoba mengingatkan supaya kopi  di gelas segera diminum. Jadi bukan iseng gangguin. Mending mikir baik baik aja daripada kepikiran terus kan.

Atau jangan jangan gue mengalami cerita seperti di film horor yak. Kebanyakan melihat barang antik di lobby hotel, trus gue diikuti sampai kamar. Hahahhaha….mulai ngayal lebay!

Jadi konon, bangunan lobby hotel Gammelgården memang benar benar minta ampun tueknya. Dibangun pada tahun 1600 an. Bayangkan saja umurnya sudah 400 tahun. Makanya diberi nama Gammelgården (Gammel=tua).

Awalnya, bangunan ini berada di sebuah kota bernama Malung. Lalu oleh pemilik hotel dibeli dan dipindahkan ke kawasan Sälen, untuk difungsikan sebagai lobby hotel dan restoran Gammelgården..

Hotel Gammelgården sendiri, menjadi salah satu hotel terkenal di Sälen, dengan biaya kamar hampir menyamai harga hotel di daerah Gamla Stan Stockholm. Meskipun mengenakan biaya yang tidak murah, sekitar 2800 Sek atau setara 4 juta rupiah lebih permalamnya (tergantung seasons), hotel ini selalu penuh pengunjung.

Hotel yang mengusung perpaduan interior kasik, vintage, kozy dan modern. Plus ada si “dia” lagi. Kurang apa coba. Hahaha.

img_0621
Tulisan di dinding yang menjelaskan jika bangunan lobby hotel dibangun sekitar tahun 1600 an. Kemudian pada tahun 1945, dipindahkan dari kota Malung ke area hotel Gammelgården di Sälen
img_0605
Gammelgården memiliki beberapa bangunan terpisah. Dan ini adalah bangunan tua yang berfungsi sebagai gedung receptionis, lobby hotel dan restoran itu 

 

img_0603
Bangunan hotel Gammelgården di bagian paling depan

So, dengan biaya 4 juta rupiah lebih  permalam, ada yang tertarik ingin mencoba bermalam di hotel ini? Psssstt…..coba lihat! Ada siapa di sebelahmu. Hihihi.

 See you in my next story

Salam dari Mora,

Dalarna, Swedia.

“Semua foto di dalam tulisan ini, merupakan dokumentasi ajheris .com

21 Comments

    1. orang Swedia yang pernah gue lihat, selalu minum pas panas. kdg suka heran mereka kalau lihat aku minum teh terus banyakan di embus embus gitu biar dingin. mereka ga tau lidahnya kaya apa bisa minum pas panas.

      Like

      1. Oh…. Udah kebiasaan kali mbak. Saya jarang klo minum kopi panas, klo hangat sih beberapa kali. Tapi seringnya pas dingin.

        Like

  1. Mbaaak.. lobby nya spooky banget ish. *merinding*. Haha, itu bisa jadi emang ngingetin biar kopinya cepetan di minum yaa. Eh sempet kepikiran justru “si itu” yang bikinin kopi. Duh, aku anaknya terlalu berimajinasi. Hahaha

    Like

  2. Klo aku yang disitu bukanna teriak kali ka tapi pengsan dgn sukses,hehehe… Spt biasa fotonya keceh-keceh beutttty deh ka,terus apa masih berani nginep dihotel itu lagi ka??hehehehe

    Like

  3. Baca ada tulisan friday the 13th aja aku langsung merinding. Dulu hobi banget nonton itu tiap Kamis malam, tapi sudahannya ga bisa tidur ketakutan. Masih inget aku kalo pintunya dibuka ada suara lonceng kecil.

    Like

    1. Lama ga nongol dirimu. Blogku kangen😁 sibuk kerja Den? iya sama aku juga dulu suka nonton itu. kalau ga salah nama cowonya si Ryan😂 sekalian idola ama mukanya yang ganteng🙈 seram ya. film itu berhasil mensugesti pikiran waktu itu, kalau barang barang antik bisa bernyawa hahahahah. aya aya wae

      Like

Leave a comment