Cerita Winter Dari Negeri Kulkas

Wah…sudah winter lagi aja. Rasanya belum lama menyimpan perlengkapan winter ke dalam lemari dan sekarang sudah harus dikeluarin lagi. How fast the time flies!

Ceritanya suatu pagi gue terbangun. Cek instagram dan terlihat time line penuh dengan quote “Welcome November”. Ternyata sudah masuk bulan November. Kemudian gue membuka gorden jendela kamar. Dan gue pun terkesima dengan pemandangan yang ada di luar. Salju turun!

Meskipun bukan kali pertama melihat salju, tapi tetap saja bikin perasaan gimana gitu. Apalagi datangnya tepat di tanggal 1 November. Saat orang ramai menulis Welcome November dan gue malah kedatangan salju. Di pagi hari pula. Itu rasanya gimana ya. Seperti terbangun di negeri liliput.

IMG_3310 (1).JPG
1 November 2016. Bangun dan melihat ini dari jendela kamar
img_2876
My Winter Wonderland (tahun 2015)
IMG_2873.JPG
My Winter Wonderland (tahun 2016)

Sejujurnya November adalah bulan yang kurang gue suka. Bukan cuma gue, suami dan warga di desa gue pun kurang menyukai hari hari di bulan ini. November ibarat awal bermandikan kegelapan. Sinar matahari mulai terasa pelit. Kebanyakan mendung. Sekalinya matahari bersinar cerah rasanya senang luar biasa.

Di bulan November, siang hari mulai terasa sangat pendek. Tidur gelap dan bangun pun masih gelap. Suka terkecoh dengan waktu. Berasa pukul sembilan malam padahal baru pukul setengah enam sore. Rasanya malam menjadi panjang sekali. Keadaan ini berlangsung sampai berbulan bulan. Meskipun tingkat kegelapannya berangsur angsur  berkurang hingga menjelang musim semi tiba. Pokoknya November merupakan bulan permulaan dimana harus beradaptasi kembali dengan panjangnya malam dan pendeknya siang.

Bisa bayangin di daerah lingkaran artic kutub utara? Contohnya seperti Kiruna Lapland Swedia (daerah paling utara Swedia). Ada masa terutama pada Malam Polar atau Polar Night, warga di sana hidup tanpa adanya siang alias 24 jam nonstop tanpa matahari. Gelap!

Bangun tidur, sarapan, makan siang, makan malam, ngantor, sekolah hingga kembali tidur adanya cuma gelap sepanjang hari. Tapi meskipun begitu gue punya impian bisa mengunjungi Kiruna Lapland Swedia di saat winter. Pengen tau liburan tanpa sinar matahari itu seperti apa rasanya. Kira kira sanggup ga. Sekalian melihat aurora. Amin.

IMG_3284.JPG
Winter tahun 2015 
IMG_2825.JPG
Sebuah desa!

Akibat hari hari yang sangat dominan dengan kegelapan, suka atau tidak suka warga di desa gue lebih memilih salju turun di bulan November. Tanpa salju suasana gelap akan berasa semakin gelap. Warna putih salju mampu memberi efek yang lumayan terang di alam sekitar.

Sebenarnya puncak dari pendeknya siang ini terjadi pada bulan Desember. Apalagi mendekati malam Polar Night di daerah kutub, pukul dua siang pun sudah mulai berasa gelap. Tapi berhubung Desember sangat identik dengan tradisi natal, buat gue pribadi secara tidak langsung membantu mood jadi lebih oke. Banyak hiburan natalnya. Setidaknya bulan ini bisa dilalui dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan.

Apalagi Swedia masih menjalankan tradisi Minggu Adven dimana hampir setiap rumah, gedung perkantoran, toko toko dan rumah sakit, memasang lampu adven berbentuk lilin di setiap jendela. Dari luar terlihat sangat cantik dan semarak lampu lampu lebih berasa. Akibatnya suasana di bulan Desember jadi lebih bersinar.

Selain itu masih ada tradisi lain seperti perayaan Santa Lucia, Julbord hingga konser natal. Belum lagi hunting christmas tree ke hutan, dibawa pulang dan dihias dengan pernak pernik santa. Buat gue itu seru. Inilah alasan meskipun bulan Desember sangat gelap, tapi bisa gue lalui dengan lebih sukacita dibanding November.

Di tempat gue musim dingin yang lumayan berat biasanya jatuh di bulan Januari. Selain dingin yang menusuk tulang, salju juga turun sangat deras. Ketebalannya bisa mencapai paha.

img_3048
Ketika rumah serasa berada di atas langit

img_2815

 

img_3429

img_2823
Winter 2015. Sebuah summer house di tengah hutan. Mirip gambar kartu natal atau kalender.


img_2863

img_3374
Winter 2016
IMG_3368.JPG
Ketika salju menjadi kembang gula. Hahaha.
img_3022
Narnia !!!!
img_2868
Winter 2015
IMG_2998.JPG
Sunset di saat winter itu indah banget. Perpaduan cahaya redup mentari dan salju 
IMG_3423.JPG
Winter 2016. Salju mulai menutupi permukaan danau. Dan nantinya danau ini akan membeku
IMG_3424.JPG
Winter 2016.  Salju di atas danau
IMG_3420.JPG
Winter 2016. Tepatnya tanggal 11 November 2016. Indah sekali ketika matahari luar biasa cerah. 
img_2830
Danau yang sudah membeku. Ketebalan es kurang lebih dua meter

Musim dingin mulai membosankan dan membuat gerah ketika mendekati musim semi. Rasanya lama banget tidak kelar kelar. Hampir setengah tahun. Jenuhnya berasasekali.

Melihat jaket boots rasanya pengen cepat cepat diungsikan ke lemari. Parahnya lagi ketika salju sudah mulai mencair dan hilang dari permukaan tanah, suka kepedean kalau winter telah usai. Dan tiba tiba saljunya nongol lagi dong. Deras pulak!

Dalam hitungan jam sekitar halaman kembali memutih. Dan itu sering terjadi di saat beberapa negara Eropa lain sudah menari nari dengan musim semi. Memble banget rasanya.

img_2801
Winter 2015

Swedia termasuk salah satu negara yang mengalami musim dingin lumayan berat dibanding beberapa negara Eropa lain. Apalagi  di bagian utara Swedia bisa dibilang ekstrem.

Ketika negara lain masih bisa menikmati indahnya warna warni daun maple, di tempat gue malah uda saljuan. Di saat suhu udara negara eropa lain sudah plus derajat celcius, di tempat gue sudah minus 9 derajat celcius.

Sekitar 25 tahun yang lalu, suami gue pernah merasakan minus 40 derajat celcius. Sekali seumur hidup kata dia. Dan gue berharap mudah mudahan jangan terulang lagi. Menurut suami, wajahnya susah digerakin dan terasa sangat kaku ketika berada di luar rumah. Walaupun cuma hitungan menit. Seram.

img_3054
Winter 2014 di daerah Sälen Dalarna. Ketebatalan saljunya sungguh parah. Lihat saja pohon itu sudah seperti kapas. 
img_2997
Masih dari Sälen Dalarna tahun 2014

Sedangkan gue, terakhir kalinya merasakan suhu yang sangat frontal sekitar tahun lalu. Mencapai minus 32 derajat celcius. Untungnya keadaan ini hanya berlangsung 2 atau 3 hari saja. Benar benar kondisi yang lumayan berat. Mood jelek. Hidung gue sensitif berdarah. Bawaannya malas banget. Cepat lelah. Keluar kamar di atas pukul 10 pagi. Dan sekalipun berada di dalam ruangan, tetap saja masih berasa dingin. Kulit gue telat sedikit memakai lotion langsung memutih seperti kulit ular. Jelek banget. Dan gatalnya seperti ditusuk jarum. Sakit.

Kalau ditanya bagaimana rasanya hidup di suhu minus 32, secara keseluruhan gue sudah susah membedakan. Sama ajalah. Dingin dingin juga. Mungkin karena gue kebanyakan di dalam rumah ya.

Atau kalau jalan jalan ke kota paling langsung masuk mobil dan begitu nyampai tujuan langsung masuk  ke dalam gedung. Lagian kalau suhu kejam begini ga perlulah sering keluar kalau ga penting amat. Uda malas juga.

Sebenarnya tubuh manusia cenderung beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Ketika memasuki musim gugur misalnya, dinginnya lumayan berasa walaupun suhu cuma 10 derajat celcius. Tapi karena saat itu tubuh masih terbiasa dengan hangatnya musim panas ya jadi berasa dingin.

Memasuki winter pun begitu. Berasa semakin dingin karena suhu semakin rendah di bawah nol derajat celcius. Dan begitu seterusnya sampai akhirnya ketika suhu turun frontal tubuh pun tidak terlalu kaget. Paling mood yang diganggu. Itu sudah jelas.

IMG_3373.JPG
Winter 2016
img_3360
Winter 2016

Yang penting sedingin apapun cuaca di luar sana, selama pakaian benar dan lengkap biasanya bisa dilalui. Makanya orang Skandinavia punya pepatah “Det Finns Inget Dåligt Väder, Bara Dåliga Kläder”. Yang bisa dimaknai, “tidak ada yang salah dengan cuaca, yang salah itu pakaiannya”. So jika merasa kedinginan jangan salahkan cuaca tapi pakaiannya yang harus diganti😊

img_3018
Gue dengan jaket super tebal dan topi serigala. Hahaha

Gue pernah melakukan tes sederhana. Sengaja menumpahkan sedikit air di teras rumah. Waktu itu suhu sekitar minus 24 derajat celcius. Kurang lebih 10 menit airnya langsung membentuk butiran es halus. Surprise juga melihatnya. Sehingga tidaklah salah, jika Swedia diberi julukan Negeri Kulkas. Sehari harinya hidup serasa di dalam freezer. Di saat winter warga Swedia memiliki kulkas alam tanpa batas.  Panci berisi makanan menjadi pemandangan yang biasa di meja teras. Dijamin awet😎

img_2806
Winter 2015
IMG_3015.JPG
Sebuah desa. Nyaris tenggelam.
IMG_3051.JPG
Gundukan salju yang dibersihkan
IMG_3050.JPG
Sebuah desa

Kebutuhan akan kayu bakar sangatlah penting bagi warga di desa gue. Terutama di saat winter penggunaannya bisa melonjak drastis. Karena pemanas ruangan bukan berasal dari listrik. Melainkan dari sebuah tabung besar berisi air yang proses pemanasan airnya berasal dari kayu yang dibakar. Selain berfungsi memanaskan air di rumah, tabung besar ini juga berfungsi mengalirkan panas ke seluruh elemen pemanas ruangan.

Kenapa tidak menggunakan listrik? Karena hunian di desa gue bukanlah hunian apartemen melainkan bangunan rumah yang terbuat dari kayu dan rata rata terdiri dari dua lantai alias bertingkat. Yang akibatnya masing masing rumah harus menggunakan banyak elemen pemanas.

Seperti di rumah gue misalnya, ada 9 elemen pemanas. Yang jika menggunakan listrik tentu saja pembayarannya sangat mahal. Listrik hanya digunakan dalam keadaan mendesak saja. Misalnya kalau meninggalkan rumah berhari hari atau tidak sempat membakar kayu.

Sebagai perbandingan jika menggunakan kayu bakar pembayaran listrik kurang lebih mencapai satu juta rupiah lebih. Tapi jika memanaskan air di tabung dengan listrik, pembayaran pun bisa melonjak mencapai sembilan juta rupiah. Berasa banget kan bedanya.

img_3001

Dan berhubung sebagian besar warga desa memiliki lahan hutan sendiri, menggunakan kayu dalam jumlah yang banyak tidak menjadi masalah. Alias tidak perlu beli. Menggunakan elemen pemanas sebanyak itu juga dibutuhkan mempertahankan dinding kayu rumah agar tetap awet dan tidak mudah rusak akibat suhu dingin.

Selama musim dingin setidaknya diperlukan satu gudang kayu. Dipersiapkan di saat musim semi. Jadi begitu winter usai (dengan kata lain bekas dan baunya pun masih tercium), warga desa gue sudah sibuk mempersiapkan stok kayu untuk winter berikutnya. Tujuannya agar kayu bisa mengering di saat summer. Hidup di wilayah yang musim dinginnya lumayan berat, membuat warga di tempat gue sangat tau mempersiapkan segala kebutuhan winter.

img_3311
Kayu pinus siap dibakar. Minimal 3 keranjang sekali membakar. Dan dilakukan minimal 3 kali sehari juga. Jadi sehari paling sedikit ada 9 keranjang kayu bakar yang dibakar. Dan itu bisa lebih jika suhu sangat ngedrop

Menyalakan perapian sudah menjadi keahlian baru buat gue sejak tinggal di Swedia. Di saat winter frekwensi  membakar kayu hampir tidak berhenti setiap hari karena alat pemanas sangat cepat menarik suhu panas dari dalam tabung air. 

Sekali membakar bisa sampai 3 keranjang penuh dan itu dilakukan bisa 3 kali dalam sehari. Namun jika suhu anjlok parah, kuantitas pembakaran pun bisa lebih sering dalam hitungan yang tidak terlalu lama.

Sebenarnya membakar kayu bakar itu asik sih. Punya sensasi sendiri. Feel winternya lebih berasa. Seperti di film film. Apalagi aroma kayu bakar itu khas banget kan. Belum lagi mendengar suara gemericik apinya. Di jaman modern dan canggih seperti sekarang ini, tidak semua bisa melakukannya. Iya toh? 😉

IMG_3026.JPG
Gue menyebutnya rumah santa 
IMG_3003.JPG
Ketika winter boat kecil ini harus dibuat terbalik. Biar tidak rusak
IMG_3005.JPG
Salju di tepian Danau sebelah rumah sebelum akhirnya akan membeku

Lantas bagaimana dengan kegiatan sehari hari? Ya jalan terus seperti biasa. Ngantor, sekolah, belanja, bahkan sampai berolahraga di alam terbuka. Tidak ada yang berubah. Perbaikan jalan atau pemasangan pipa bawah tanah pun menjadi hal biasa jika dikerjakan di saat winter.

Justru di saat musim panas sebagian besar orang malah kurang aktif bekerja. Lebih memilih berlibur. Karena jika semakin tidak ada pergerakan, dinginnya malah lebih berasa. Suami gue lumayan rajin exercise di saat winter. Karena kurang baik juga tidak merasakan udara segar di luar. Yang penting jangan salah kostum aja. Gue aja sih yang masih angot angotan kalau diajak exercise. Hahaha.

IMG_2864.JPG
Di saat winter salah satu kebiasaan beberapa warga di desa gue adalah memberi makan burung liar. Foto ini adalah tempat makanan burung berbentuk rumah. Gue suka melihat mereka dari jendela dapur. Makan dengan lahap.

img_3036

Bahkan bagi pencinta olahraga tertentu musim dingin adalah surganya. Waktunya bermain ski. Bahkan ada beberapa tujuan wisata yang memang ramai hanya di saat musim dingin. Musim dingin pun bisa dihabiskan dengan bermain snow scooter, spark winter, dan membuat snow man. Bermain snow scooter di hutan, di gunung sampai di atas danau yang membeku seru loh. Bahkan memancing di atas frozen lake pun menjadi salah satu kegiatan yang banyak digemari di saat winter.

IMG_2845.JPG
Foto ini gue ambil tahun 2015, ketika berada di cable car pada ketinggian pegunungan di Sälen Dalarna. Tempat orang orang bermain ski. Tapi gue bukan mau bermain ski sih. Cuma pengen makan di restoran satu satunya di puncak gunung ini. Viewnya tralala trilili.  Kece sekali!
img_2809
Gue, duduk dan memancing ikan di atas danau. Danau  yang membeku. Dulu tidak pernah membayangkan bisa duduk di atas danau. Memancing pula. Percayalah, ini  seru sekali!  Memancing di atas danau kebayang ga sih. Haahahha
img_2804
Bermain Snowscooter. Ahhhh ga sabar pengen main lagi. Seru banget naik ini kawan!!
img_2799
Salah satu puncak gunung di Dalarna. Banyak yang bermain Snowscooter di sini

Jadi ga selamanya winter itu menyebalkan. Setidaknya itulah yang gue rasakan sampai sekarang. Dibalik cerita ga enaknya ada bagian yang menyenangkan dari musim ini. Karena winter itu punya salju. Dan salju itu indah.

Mau tau seperti apa salju? Salju ibarat padang putih, sangat kering dan ringan jika berada di suhu yang sangat rendah (dibawah nol derajat celcius). 

Sedikit berbahaya ketika berubah menjadi es. Selain membuat jalanan sangat licin, becek dan kotor, juga rawan terjatuh dan terpeleset (Kalau sudah begini, biasanya gue melekatkan sesuatu di bawah boots. Seperti karet yang ada pakunya. Jadi kalau dipakai, resiko terpeleset lebih kecil. Jalanan pun tidak berasa licin banget).

IMG_3427.JPG
Winter 2016
IMG_2827.JPG
Butiran salju yang halus. Winter 2015

Coba pejamkan mata, bayangin kamu berada di dekat jendela, dan tiba tiba melihat butiran ringan putih seperti kapas, pelan pelan turun melayang di udara. Itu rasanya gimana? Romantis!

Ketika salju sangat kering dan ringan tanpa air, ibarat pasir gampang sekali dihempas dengan kaki. Kondisi seperti ini diakibatkan salju yang terus menerus turun dan suhu terus menerus minus. Akibatnya salju pun tidak bisa dibentuk. Membuat snowman apalagi. Susah!

Namun tumpukan salju akan mengeras jika suhu kadang kadang naik dan turun. Artinya salju sempat mengalami pencairan dan kemudian membeku kembali. Gitu deh! *Penagamatan berdasarkan pengalaman*

IMG_3363.JPG
Lelehan salju yang membeku
img_3370
Keren yak! lelehan salju sedikit demi sedikit mencair, membeku lagi, mencair, membeku lagi, sampai akhirnya memanjang gitu.
img_3425
Sebelah rumah
IMG_3011.JPG
Cakep
IMG_3009.JPG
Ini alasannya mengapa gue masih menyukai winter. 
IMG_2821.JPG
Pohon pohon yang memutih
IMG_3034.JPG
Suka foto ini
IMG_2819.JPG
Winter Wonderland. Impian di masa kecil ketika dulu hanya bisa melihat di cerita kartun, sekarang bisa jelas ada di depan mata

Dibalik cerita ga enaknya sebenarnya winter itu menyenangkan. Musim yang memberi suguhan lukisan alam dan keindahan negeri dongeng dalam dunia nyata. Hanya di saat winterlah gue bisa merasakan indahnya White Christmas, bermain dengan Snowman buatan tangan gue sendiri. Hanya di saat winter jugalah gue bisa merasakan serunya bermain Snowscooter di sebelah rumah, hutan, frozen lake bahkan sampai kepuncak gunung. Dan hanya di saat winter pula gue bisa menguji kekuatan mental dari segala musim yang ada. Iya, hanya di saat winter.  

IMG_2855.JPG
Landscape

IMG_2857.JPG

Salam dari Dalarna.

“Semua foto di dalam tulisan ini adalah dokumentasi pribadi ajheris.com, dilarang menggunakan tanpa seijin penulis”

27 Comments

    1. Iya Adi, Ada beberapa tempat bermain ski di Dalarna. Termasuk favorite. Dan mereka sangat menggilai olahraga ini. Sampai sampai di saat summer pun ada juga yang memakai mirip alat ski sekalipun tidak ada salju. Sepatunya beroda haha

      Like

      1. Iya Di, negara Skandinavia kayanya suka skin dan hockey . Beda ama eropa lain yang memang suka banget sepakbola. Termasuklah kita di Indonesia ya

        Like

      1. Polar Night tidak ada di tempat aku. Cuma di daerah yang letaknya pas di titik polar circle. Kaya Kiruna dibagian paling utara swedia. Kalau di foto ya sama aja sih kaya malam. Di tempat aku pun pukul 4 sore nantinya akan berasa seperti pukul 8 malam. Cuma memang masih bisa merasakan terang walaupun kebanyakan mendung.

        Like

  1. Bangun tidur baca tulisanmu lamgsung buka jendela berharap diluar sana warnanya putih karena salju juga Helena. Kenyataannya kabut seperti biasa haha. Seruuu ya merasakan sensasi salju dengan kehidupan sehari2. Yg jadi pertanyaanku : kan punya hutan masing2 ya supaya kayunya bisa ditebang. Nah, pasti hutan masing2 yg dipunyai itu luas banget ya. Soalnya kebayang kebutuhan kayu setiap harinya banyak, trus numbuhin pohon itu kan bisa berpuluh2 tahun gitu. Jadi masih seimbang kah antara kebutuhan kayu dan persediaan pohon di hutan?

    Like

    1. Wah Den, hutannya luasss banget. Penggunaan kayu cuma secuil dibanding luas. Dari satu batang pinus itu bisa menghasilkan banyak kayu. Lingkaran batangnya gede dan panjang. Jangankan buat bahan kayu bakar, kayunya kan dijual ampe berkubik. Bisa 3 truk truk besar sekali menjual. Tapi memang kuantitas menjualnya bukan kaya jual sembako ya. Jumlah orang di desa gue cuma 30 orang. Ga sebanding ama luas hutan yang mengelilingi mereka. Hihi. Sangat sangat lebih malah kalau hanya u kayu bakar.

      Like

  2. Halo, saya minta izin untuk menggunakan beberapa foto dan cerita pengalaman kakak sebagai tugas matakuliah Percakapan Arab saya di UGM. Tugasnya diminta menjelaskan musim2 di negara pilihan, mohon diizinkan 🙂
    Terima kasih 🙂

    Like

Leave a comment