Kenapa Belum Fasih Berbicara Svenska?

Gue ga suka pertanyaan ini!

Dan menurut gue tidak perlu dipertanyakan juga. Tapi kadang kadang, ketika kita merasa sudah mampu, suka lupa, kalau orang yang diberi pertanyaan bisa saja merasa tidak nyaman. Awalnya hendak memberi motivasi tapi berujung bablas. Privacy orang lain terbawa bawa, yang akhirnya membuat orang lain tersinggung. Yakinlah, setiap orang sudah memiliki rencana dan tujuan hidup. Kalau mereka harus melakukan yang ini, ataupun tidak melakukan yang itu, mereka sudah punya alasan yang kuat.

Sebenarnya kegiatan hari ini cukup membuat gue senang. Jalan ke kota, massages, makan siang di restoran China kesukaan, cuci mata kiri kanan walaupun tidak membeli apa apa. I love my simple life. It’s true! Dan gue bahagia.

Namun apa daya, harus terusik dan rusak, serta membuat mood gue berantakan, akibat pertemuan yang lagi lagi tidak gue harapkan sebenarnya. Pertemuan untuk kesekian kalinya, dengan seorang wanita paroh baya asal negara F. Menurut beliau, sudah 20 tahun stay di Swedia.

Gue ga ngerti ada apa dengan wanita ini. Setiap bertemu, selalu menyinggung tentang kesanggupan gue berbahasa Svenska. Mulai dari awal bertemu, entah mengapa gue sudah feeling not good dengan ini orang. Mungkin juga karena gue tipikal orang yang lumayan susah berhahahihihi dengan orang yang belum gue kenal. Atau berbasa basi merupakan kegiatan yang lumayan berat dalam hidup gue. Itu sebabnya sampai sekarang, sekalipun belum mempunyai teman baik di Swedia, buat gue so far so good. No problem. Sepanjang bisa internetan, malah waktunya kurang cukup, meskipun cuma gue habisin di dalam rumah. So…apakah dengan begini, lantas bisa dibilang hidup gue membosankan? Cuma wasting time?

Dan puncaknya adalah pertemuan hari ini. Masih di tempat yang sama, di halte bus. Dan seperti biasa, tanpa basa basi dia menanyakan kapan gue akan kembali melanjutkan sekolah. Ada apa sih? Jujur, gue sudah mulai gerah dengan pertanyaannya. Apalagi ketika ditanya, tidak bosan di rumah? hanya buang buang waktu? Tidak bertemu orang lain? apakah kamu ga ada niat bekerja? bagaimana kamu bisa kerja kalau bahasa Svenska kamu belum lancar?

Rasanya pengen gue bilang, kerja bukan prioritas utama gue saat ini. Percayalah, jika kalian di posisi gue, rasanya ga enak banget di cecer pertanyaan seperti itu. Apalagi pertanyaan itu terlontar dari orang asing. Gue kaga kenal!  Dan yang membuat gue makin nyesek, mimik mukanya kok terkesan greget, sambil lanjut bilang “Saya cuma berusaha kasih masukan aja, karena hal ini penting banget buat kamu. Dan kamu harus punya masa depan di Swedia. Whaaaaaattt?

Hey mom, masa depan gue di Swedia adalah ketika gue memutuskan menikah dengan suami gue! Dengan segala perngorbanan yang besar! Ninggalin karir dan keluarga. Bukan dari transferan gaji setiap bulan ketika gue bekerja di negara ini. Yang notabene untuk bisa mendapatkan pekerjaan itu gue harus bisa berbahasa Svenska. Trus kalau tidak bekerja, apa lantas gue tidak punya masa depan? trus lagi, apa setiap orang yang hijrah ke negeri orang wajib bekerja? wajib banting tulang? wajib cepat cepat sekolah supaya mahir bicara dan gampang cari kerja? Maaf kalau gue harus bilang bukan itu tujuan utama gue datang ke negara ini.

Semua juga butuh waktu dan proses. Dan setiap orang memiliki latar belakang, tujuan dan alasan yang tidak sama, ketika memutuskan meninggalkan kampung halaman. Jangan disamaratakan. Well, di usia gue yang mendekati 45 tahun, separoh hidup gue, gue habiskan banting tulang di Jakarta. Gue bukan seorang yang pemalas. Bangun subuh, pergi pagi dan pulang malam. Macet dan dan capek!

Dan ketika gue memutuskan menikah dengan suami yang nota bene harus membawa gue menyebrang benua, apa iya, gue melangkah jauh dari keluarga tanpa memikirkan matang matang seperti apa hidup gue nantinya di Swedia? Apa iya, gue ga paham betul seperti apa latar belakang suami gue? Dan kalau akhirnya gue dan suami sepakat, mencari pekerjaan bukanlah prioritas utama gue di Swedia, dengan kata lain GUE MALAS CARI KERJA, KARENA GUE SUDAH CAPEK KERJA SELAMA di JAKARTA!  Apa gue salah?  Toh belajar Svenska bisa kapan aja kan. Berbicara  English pun rasanya oke oke saja, polisi Swedia ga nangkap gue. Kecuali ada keperluan mendesak yang mengharuskan gue sekolah lagi, ya lain cerita.

Dan ketika orang lain harus bekerja keras di negara orang, kemudian di sisi lain ada orang yang sangat easy going, kaga kerja, kaga sekolah, lantas disebut tidak memiliki tujuan dan kualitas hidup? batasan penilaian seperti ini darimana meniliknya? Rasanya inilah yang gue simpulkan dari ucapan dan mimik wajah si nyonya. Tidak terlalu susah kok membaca bahasa tubuh seseorang. Ada hawa sensitif yang gue tangkap. Mungkin dia lagi kecewa.

Gue tidak pernah memungkiri, belajar bahasa itu penting. Gue juga bukan di posisi yang bahagia banget sampai saat ini belum memiliki kemampuan berbicara Svenska yang baik. Tapi setidaknya gue sudah pernah sekolah juga, dan gue punya alasan yang kuat, yang rasanya orang lain ga perlu tau kan, kenapa gue tidak melanjutkan sekolah lagi. Apa rencana gue ke depannya? Dan yang jelas, gue baru dua tahun di Swedia, masih pengen santai, ga mau mikir berat berat, lantas salahkah?

Beda orang ya beda juga rencana dan tujuan hidupnya. Kalau mau belajar giat silahkan, kerja keras silahkan, mau di rumah aja silahkan, mau malas malasan silahkan. Biarkan orang lain dengan pilihannya. Dan kita dengan pilihan hidup kita. “Dan kalau mau memberi nasehat, ucapkanlah tanpa harus menghakimi. Jangan sampai membuat orang lain tidak nyaman, apalagi tersinggung” 

Dan satu lagi, tanpa fasih berbahasa Svenska pun, hidup gue ga hancur kok. Masih bisa berdiri gue. Terus kalau sebagian besar waktu gue habisin di rumah, so what? Sungguh gue menyayangkan ketika ada orang lain yang sepertinya lebih tau hidup gue daripada gue sendiri. Jangan sampai gue memiliki sikap yang sama dengan beliau.

Bahagia dan pahitnya hidup, takarannya berbeda bagi setiap orang. Buat orang lain, sekolah dan sekolah lagi adalah nikmat yang tiada tara, buat gue ga, cukup sampai S1 saja. Buat orang lain rumah kotor itu ga masalah, buat gue jadi masalah. Buat orang lain musik klasik itu nyebelin, buat gue nyenengin. Dan masih banyak lagi….bla bla bla! Namun perbedaan itu tidak lantas membuat gue harus memaksakan orang lain melakukan kegiatan dan selera yang sama dengan gue kan.

Sepertinya si nyonya itu kurang piknik, sehingga dia terlalu letih, sampai tidak bisa mengontrol bicaranya. Akhirnya dia menganggap gue seperti seorang perempuan tamat SMA yang akan memulai bangku kuliah. Anak kuliah pun gue rasa malas dapat perlakuan seperti ini. Ahhhh…menyebalkan sekali.

Mora, 18.10.2016

“Gue memang lagi kesal”

img_8275

33 Comments

  1. Sabar Helena, sini makan bakso pedes dulu biar emosinya turun hehe (padahal ga punya bakso, berharap ada tukang bakso lewat). Bener sekali prioritas hidup orang berbeda2, ga bisa disamakan. Masalahnya seringnya orang lihat dan menilai hidup orang lain dari kacamata mereka, bukan dari sudut pandang orang lain. Akhirnya yg ada justru penghakiman. Kalau kita menjalaninya bahagia dan tahu konsekuensinya apa, jalan terus saja.
    Kalau di Belanda karena ada ujian yg wajib lulus dalam waktu 3 tahun, mau ga mau ya harus belajar bahasa Belanda. Dan karena memang akunya yg tertarik belajar, jadinya senang2 saja. Justru suara sumbang yg kudengar itu “lulusan s2 kok nyampe Belanda kerjanya parttime dan ga sesuai bidangnya.” Lah, kan suka2 aku ya. Wong tujuan utamaku kerja saat ini untuk memperlancar bahasa Belanda. Hubungannya apa coba sama aku lulusan apa. Suamiku malah bilang, aku kerja dan ga kerja itu terserah aku. Dia santai2 saja. Herannya justru orang lain kok malah yg ruwet sama hidupku. Sama Helena, aku di sini juga ga ada temen yg deket banget. Temen asal kenal aja. Aku soalnya “pertapa” haha.

    Like

    1. Hahaha, ketawa aja deh. Pengen bakso tapi ga ada stok. Apalagi dingin dingin ya Den.
      Sebenarnya gue bukan orang yang anti nasehat sih den. Apalagi diberi motivasi. Tapi cara penyampaiannya yang kadang salah. Menggurui dan menghakimi. Ahhh jujur sih aku agak sedih td dicecer gt. Suka ga habis pikir ketika ada orang lain yang merasa lebih tau rencana dan alasan hidup kita ke depan itu apa. Buat dirimu juga, jalan aja terus. Orang lain kadang bicara sinis karena tidak memiliki banyak kesempatan untuk bahagia. So jika kamu bahagia dengan pilihanmu jalani aja. Aku pun begitu. Meskipun si nyonya berhasil membuat aku manyun. Huhhh tar pasti ketemu dia lagi deh 😬😬

      Like

  2. Halo, salam kenal Mbak.:)
    Aku ikutan ngomel-ngomel sambil ngemil bakso ya.:D
    Kadang sebagian orang mungkin maksudnya baik, tapi cara mereka ngomong itu seakan-akan saking ceplas-ceplosnya bikin orang yang dinasehatin jadi gerah dengernya.
    Aku belajar buat cuek bukan berarti aku ga mau dengerin nasehat orang, cuma kan yang jalanin hidup kita, yang tau konsekuensinya juga kita. Kalau menurut aku itu baik, ya aku jalanin aja sesuai yang aku mau. Ada bagusnya ngedengerin nasehat orang lain, cuma jangan sampai bikin pusing apa lagi bikin mood kita jadi jelek, prinsip aku sih gitu, Mbak. Semangat yaaaaaa.:)

    Like

      1. Karena Mbak Denny nyebutin bakso jadi kepengen ya, Mbak.:D
        Berharap jarang-jarang ketemu orang yang nyebelin ya, Mbak.hahaha

        Like

  3. Ada juga yg kepo disana ya mbak seperti nyonya itu,haduh jgn didengerin mbak,nanti aku jg klo udah pindah keswedia gak boleh kerja udah cape kerja dijakarta kata calon suami,jd nanti nikmatin aja jadi ibu rumah tangga kan masih banyak yg bisa dilakuin tuh kaya berkebun atau lainnya…

    Like

      1. Insyaallah tahun depan mbak,rencana mau merit disana,makanya mau tanya” klo sipil meritnya gmna ya disana? Aku di Lindesberg dekat ke orebro kayanya..

        Like

      2. Calon kamu pasti sudah lebih paham. Ga seribet di Indonesia kok. Saya juga nikah di Swedia. Tapi pemberkatan di gereja dan di catatkan di catatan sipil Swedia

        Like

      3. Iya mbak,trs mbak bikin RP dulu sebelum nikah gak? Agak ribet takutnya klo cuma numpang nikah aja,trs mbak boleh tanya lagi gak dokumen apa aj yg kita bawa selain surat keterangan single? Thanks mbak 😊

        Like

      4. Saya ngurus RP dulu, setelah kartu di tangan, baru berani memutuskan move ke Swedia. Bawa surat ket single yang di translate ke bahasa Inggris oleh penerjemah tersumpah ataupun oleh notaris. Di Swedia baru tar kamu urus person number, setelah dapat nomor, balik lagi ke tax office ngurus Surat ijin menikah. Pokoknya yang di Swedia calon kamu uda lebih ngertilah itu.

        Like

  4. Hai mbak, gak sengaja landing disini dr web nya Bebe… Baru berani komen nih 😀
    Aku ngerasain itu bangett, masih d indo pulaak.. Dan rasanya, pengen nyeret orang yg ngomong td depan cermin deh 😅 dan bilang “bok,ngemeng aja ndiri. Situ udah okehh”
    Mungkin nyonya tadi lelah, butuh hiburan mbak.
    Seneng mbacain tulisannya 😘

    Like

  5. Emang ngga enak sih klo ada orang yang want to know aja kaya gitu, tapi buat aku pribadi mau ditanya orang apa enggak, belajar bahasa sudah jadi prioritas nomer satu.

    Jaman aku dulu baru pindah sini tahun pertama sambil kuliah sambil kursus bahasa malam 2x seminggu, sekalinya 4 jam langsung. Mabok! Tapi karena pengen bisa, pengen baca koran, pengen ngerti orang ngomong apa dan tentunya supaya lapangan pekerjaan terbuka lebar.

    Like

    1. Benar mba. Semua pengen bisa berbicara bahasa yang bisa dimengerti terutama untuk kegiatan sehari hari. Aku pun juga demikian. Tapi semua juga punya alasan knpa harus menunda terkait lingkungan, tujuan ke depan apa yang menjadi prioritas, pasti setiap orang punya rencana dan alasan. Kita yang lebih tau tujuan hidup kita dan apa resiko yang akan kita dapat tentu sudah harus siap. Tapi orang lain ga perlu intervensi terlalu jauh juga. Bukan urusannya juga ya hehe

      Like

  6. kak aku akhirnya bisa kunjungi tulisan kakak yang baru, geram aku bacanya (mudar batak) Sabar ya kak, masih banyak kok orang yang mau berbagi kecerian dengan kakak. (semoga coment ini gak hilang (newbie nih aku)

    Like

      1. Salam kenal HELENA 😁
        Setelah baca byk komen jadi tau nama
        Aku suka dengan gaya menulismu. Jadi dapat inspirasi utk tulis BLOG

        Btw anggota komselku separuh nya batak manise. Tangguh tangguh 😍

        Like

  7. Hi mba Helena, akhirnya bisa nemu blog yang sepertinya dari tulisaannya saya banget. Hahaha Suka kesel sama orang yang dengan mudahnya menghakimi tanpa mengetahui lebih dulu dan nyolot pula. Sangat setuju dengan beberapa statementnya mba, “Perbedaan itu tidak lantas membuat kita harus memaksakan orang lain melakukan kegiatan dan selera yang sama”. Sangat setuju, setiap orang punya rencana, tujuan dan konsekuensi hidup. Memang, kita makhluk sosial tapi apa harus kita memaksakan sesuatu atau menerima hal yang tidak sesuai dengan kenyataan dan pemahaman bahkan prinsip hidup? Kirain cuma di Indo aja banyak nitizen yang suka ngejulid, sok pintar, sok tau, nitizen maha segalanya dah. Haha. Semua butuh proses kan mba? Btw salam kenal mba helena, saya suka masak, suka photography juga kayak mba :). Semoga bisa ketemu ya kita, kalo saya jadi move ke swedia juga, inshallah 🙂
    Salam manis dari saya Meko, Gorontalo

    Like

    1. Hai Meko… Makasih sudah follow blog aku ya😉😉. Dimana mana selalu adalah karakter orang yang bersikap seolah olah mereka lebih jago mengambil keputusan hidup. Malesin banget. Kapan ke Sweden? ditunggu kabarnya ya. God Bless

      Like

  8. Apakan sekali kak, biar gak apa kali dia… hehehe … awak kok esmosi bacanya. suka-suka awak lah mau kekmana… hehehe… awak nyangkut di tempat kakak gara-gara postingan Korean Garlic Cheese Bread… Salam kenal dari Binjai kak

    Like

      1. Hallo kak, gila ini postingan 4 tahun lalu , dan aku baru tau skrng ada blogger indo di Sweden😢😢. Kebetulan aku lg tertarik banget belajar Svenska, and I feel u. Tak segampang itu jago Svenska😢😢 tapi aku yakin kakak ini pasti udh lancar skrng.
        Aku coba cari username ini di Instagram and nemu!! 😁 aku lgs follow. Salam kenal dr follower baru yaa 😢😁

        Like

Leave a comment